44

123 20 0
                                    

"Kak yenan kenapa sih sering ngomong begitu? Aku gak akan pernah ninggalin kakak tau." Tukas jiheon sambil cemberut.

Kalo lagi berduaan, yenan tuh jadi aneh menurut jiheon, kayak demen banget ngomong galau. Jiheon kan jadi was-was dan kepikiran. Gimana kalo ternyata yenan-nya yang ninggalin jiheon?

"Gapapa, cuma mastiin aja kalo kamu emang gak bakal ninggalin aku."

"Gak mungkin kak, justru aku yang seharusnya ngomong kayak gitu..." Gumam jiheon dengan pelan.

Gadis itu menghela napasnya yang tiba-tiba menjadi sesak. Gak menutup kemungkinan kalau misalnya yenan bakalan meninggalkan jiheon, entah siap atau tidak siap, jiheon pun gak tau. Yang jelas jiheon pun gak mau yenan jauh-jauh dari dia.

"Ji, kok nangis?"

"Hah? Nggak..." Jiheon ngeraba pipinya dan ternyata basah. Padahal lagi gak hujan, cuaca cerah banget.

"Ji, kenapa sih?"

Jiheon mendengus pelan, "gapapa, aku reflek kali nangisnya. Lagian kak yenan ngomongnya aneh-aneh sih. Aku jadi kepikiran yang aneh-aneh..." Gumam jiheon dengan suara serak.

Akhirnya yenan membawa jiheon ke dalam pelukannya. Disitu jiheon malah nangis kencang gara-gara dipeluk sama yenan. Ah, salahnya dia juga, bukannya jiheon yang ninggalin tapi dia yang bakalan melakukan itu. Kedok bicara yang secara gamblang kepada pasangan membuat yenan semakin berat buat jauh dari jiheon.

Niat ingin menenangkan suasana, tapi dia malah memperkeruh suasana.

"Entah ini yang terakhir kita jalan-jalan, tapi aku harap kak yenan baik-baik aja nanti tanpa aku..."

"Ji."

Jiheon melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya. To be honest, dia malu sih hehe. Mungkin hormon sedihnya kebawa suasana jadinya begini.

"Aduh, aku pasti jelek banget ya nangis begini."

"No, you're pretty as usual." Yenan mencubit pipinya jiheon.

Jiheon mendengus geli sambil terkekeh pelan, "Makasih udah menghibur aku."

"Iya, sama-sama." Yenan membenarkan rambut jiheon yang terbang oleh angin.

"Kenapa kita gak seneng-seneng aja sih kak? Kenapa kita malah disini? Itu pasar malem asyik begitu malah dianggurin. Udah yuk kita ikutin aja yang lain buat maen kesana!"

Jiheon bangun dari duduknya dan menarik yenan buat berdiri juga.

"Ayo. Mumpung lagi enak banget udaranya dan lagi rame. Aku belum pernah naik komedi putar sama kak yenan."

"Ternyata aku ngatain kamu anak kecil waktu dulu bener juga ya." Ledek yenan.

"Ih apa sih? Emang naik komedi putar cuma buat anak kecil aja. Orang dewasa juga banyak tauuu. Kak yenan kan belum naik kayak gitu-gitu kan? Nah yaudah, sekarang ikutin aku aja. It's jiheon's day." Jiheon tersenyum lebar.

"Hmmmm... Terserah kamu aja."

Mereka akhirnya memasuki pasar malam tersebut. Keadaannya sama kayak yang waktu itu, ramai.

"Mau main claw machine lagi gak?" Tunjuk yenan ke sebuah permainan yang mengambil hadiah dengan capitannya.

"Gak mau ah. Nanti kak yenan yang menang, akunya emosi gara-gara kalah." Yenan tertawa mendengar jawaban jiheon.

"Padahal aku mau ngambil boneka buat kamu."

"Gak mauuu, aku trauma liat mesin itu. Udah ayo cari permainan yang lain aja." Sebenarnya jiheon iri sama yenan gara-gara selalu menang dalam segala hal.

Maid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang