25

1K 176 32
                                    

We can fix it.






















"Mau sampai kapan lu bakal begini?" Pemuda itu masih berdiri sambil melihat gadis yang dulunya adalah seorang perempuan yang manis dan baik namun sekarang berubah menjadi gadis yg penuh dendam dan obsesi.

"Bukan urusan lo." Gadis itu melengos saat orang yg tidak diinginkan menegurnya.

"Berhenti atau lu bakal menyesal seumur hidup."

Gadis itu berdecih mendengar celotehan pemuda yang menurutnya sok tahu.

"Gak usah munafik. Lu juga seneng kan kalo mereka pisah." Kata sarkasme itu membuat pemuda itu diam. Ya emang bener sih seneng, tapi ga gini caranya. Dia ingin mendapatkan seseorang yang disuka dengan cara yang lebih normal.

"Yaudah. Terserah lo mau ngapain. Gue ga peduli. Tapi inget, karma does exist, jin."




Yakin gak bakal peduli?


















Suasana dingin menguasai ruang kamar bernuansa feminin itu. Walaupun warnanya cerah namun tak secerah suasana pemilik kamar. Gadis itu hanya menekukkan kedua kakinya dan wajahnya bertumpu pada lutut sementara pandangannya kosong ke arah depan.

Handphone yg ada di sampingnya pun dianggurinya, padahal dari tadi berdering terus-menerus karena ada panggilan dari seseorang.

Jiheon menghela napasnya. Menelungkupkan kepalanya untuk menenangkan diri.

Ini sudah hari ke-7 semenjak kejadian itu. Kejadian yang membuat dirinya menjauh dari kekasihnya sendiri. Seluruh panggilan atau sms yang masuk tidak dihiraukan. Bahkan di sekolah pun Jiheon sebisa mungkin menjauh dari pandangan Yenan.

Ia harus menenangkan dirinya. Ada rasa kaget yang luar biasa. Rasa kecewa, sedih, marah, bercampur jadi satu. Jiheon hanya bisa merenung dan bersedih sepanjang malam di kamarnya.

Baru pacaran dan udah ada aja masalah yang menimpa. Apa jiheon putus aja sama yenan?

Jiheon jadi galau.

Ibu dan adiknya pun sudah membujuknya untuk keluar setiap hari namun jiheon tetap bersikukuh untuk mengurung diri di kamar.

Kenapa?

Kenapa di saat masalah yang lama sudah selesai, masalah yang baru muncul kembali? Apakah Tuhan tidak membiarkan Jiheon untuk bahagia setiap hari?

Gadis itu merasa kehidupan tidak adil baginya. Dia masih begitu belia, jiheon butuh kebahagiaan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Tapi apa yang didapatkan sekarang?

Orang lain akan merenggut orang yang dicintainya.

Apakah jiheon harus merelakan seseorang yang ia sayangi? Lagi?

Tok tok tok!

"Kak jiheon! Kak jiheon!"

Itu suara woojin, adiknya. Baru kali ini ia merasa rindu saat-saat ia bertengkar dengan adiknya itu. Sudah seminggu ia mengabaikan woojin.

Jiheon beranjak dari kasur untuk segera membuka pintu kamar.

Ia lihat woojin menatapnya dengan tatapan yg tidak biasa.

"Kak! Gawat kak! Gawat!" Woojin menarik tangannya jiheon terus turun ke lantai bawah.

Disana ia lihat mang jaehwan sama mamanya lagi masang raut wajah khawatir.

"Ji... ka-katanya yenan kecelakaan."



Rasanya seluruh dunia jiheon runtuh saat itu juga.






Maid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang