2

2.1K 338 10
                                    

Jiheon memukul-mukul bahunya sedari tadi. Merasa pegal. Parah nih rumah, satu ruangan aja luasnya mirip lapangan sekolahnya Jiheon.

Gak deng boong.

Yah, cukup lah menguras tenaganya. Jiheon melihat desain interior sekitarnya. Sederhana tapi kelihatan modern. Barang-barang yg diletakkan juga rapi. Sebenarnya sih Jiheon hanya bertugas mengepel, menyapu, dan membersihkan benda dari debu yg menempel, tapi tetap saja melelahkan.

Sudah seminggu Jiheon bekerja di keluarga tersebut. Sudah seminggu pula Jiheon mendapatkan hal-hal yg tidak terduga saat di rumah itu.

Siapa lagi kalau bukan kakak kelas aneh, terus behelan, terus jail, terus gak jelas.

Tiada hari tanpa menjahili Jiheon. Jiheon kerap kali mendapatkan Yenan (jiheon akhirnya tau namanya) dengan sengaja mengotori ruangan yg sudah Jiheon bersihkan.

Yailah. Dendaman amat jadi orang. Jiheon udah minta maaf juga.

Dengan wajah tanpa dosanya itu dia membuang sampah sembarangan di lantai.

See? Minta disedot ubun-ubunnya.

Sekarang Jiheon sedang duduk di sofa. Menyeka keringatnya sesekali. Dia memejamkan matanya sejenak. Kemudian saat membuka matanya, dia melihat Yenan sedang melipat tangan di dadanya sambil melihat ke arahnya. Jiheon memutar bola matanya malas.

"Apa lagi? gak mood di jailin nih."

"Dih pede amat lo bocah."

"Tidak meyakinkan,"

"Tuh lo tau,"

"Lo mau gue ngapain?"

Jeongin menyeringai. Sudah Jiheon duga kakak kelasnya itu pasti tidak akan melepaskannya begitu saja.

"Simple. Jadi maid pribadi gue selama 3 bulan,"

Jiheon membulatkan matanya. Apaan dah?! Cuma numpahin es jeruk doang ganti ruginya berkali-kali lipat?!

"Gak mau."

"Oh. Lo gak mau?" Jeongin mendekat ke arah sofa yg diduduki oleh gadis itu. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Jiheon.

Ettt!! Mau ngapain nih si behel?

"Ma-mau nga-ngapain l-lo?!" Jiheon siaga satu, mengeratkan kemoceng yg dipegang ke dekapannya.

Jeongin mengarahkan bibirnya ke telinga gadis itu dan membisikkan sesuatu.

"Kalo lo gak mau, gue bakalan menghantui lo seumur hidup."

DEG DEG DEG!

Jantung Jiheon berdegup kencang. Tubuhnya menegang saat pria itu membisikkan kata-kata yg sangat membuat Jiheon bimbang setengah hidup.

Jiheon menatap was-was ke arah samping kanannya. Ini si behel bisa minggir ga sih? Pusing nih Jiheon nyium wangi parfumnya yang menyengat tapi enak. Ji, fokus Ji.

"Bi-bisa ga lo ja-jauhan dulu?" Sialan. Kenapa mesti gagap sih? Ya lu pikir aja, seumur-umur Jiheon belum pernah dekat dengan pria manapun selain abang sepupunya.

Jeongin sebenarnya ingin tertawa. Namun, dia tetap stay cool. Seru juga ngejailin nih bocah.

"Kalo lo nerima tawaran gue, gue bakalan ngelepas lo dan bakalan ngejauhin lo."

'Ngejauh?' Kok Jiheon agak merasa aneh saat ada kata itu.

Jiheon menghelakan napasnya saat jarak dia dengan Jeongin sudah agak jauh. Dia memejamkan matanya. Mencoba meyakinkan bahwa keputusannya ini benar.

"Yaudah gue mau, tapi ada syaratnya."

Jeongin menaikkan alisnya sebelah. Merasa tertarik dengan syarat itu.

"Apaan?"

"Jangan ada yg tau di sekolah kalo gue jadi maid pribadi lo."

"Yaelah gue kira apaan, gampang itu mah. So, deal?" Pemuda itu mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya dimasukkan ke kantung celananya.

Jiheon berdiri. Meyakinkan sekali lagi, bahwa keputusannya ini tidak salah.

"Deal." Jiheon menyambut tangan yg menggantung di depannya. Sedetik kemudian badannya limbung. Pemuda itu menarik badannya Jiheon.

"Selamat menempuh hidup baru, bocah." Dia menyeringai. Perasaan Jiheon tidak nyaman dan tidak enak.

Setelah itu, ia menjauhkan tubuhnya dari Jiheon dan beranjak pergi dari situ.

"He's dangerous."
























[TBC]

Maid ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang