Pernah tidak kalian merasakan hal yang harus dilawan tetapi ada sesuatu yang menyakitkan saat terkena hal itu?
Dan juga meninggalkan rasa sakit akibat luka yang sudah lama tertutup.
Terkadang orang menutupi kesedihan mereka dengan suatu kebohongan agar orang disekitarnya tidak terlarut dalam kesedihan yang mendalam.
Kalian akhirnya tau, kalau bukan seperti itu yang sebenarnya.
"Mama?"
Eunji terbangun dari lamunannya. Kemudian ia tersenyum ke woojin yang sedang memasang raut wajah khawatir.
"Kenapa?"
"Mama masih takut ke rumah sakit?"
Eunji diam sebentar, sepertinya melamun di saat seperti saat ini bukan ide yang bagus. Eunji tersenyum sambil mengusap kepala woojin.
"Nggak, mama cuma beradaptasi sama bau-bau obat aja."
Lelaki berusia 14 tahun itu tau kalo mamanya masih mengalami trauma cukup mendalam di rumah sakit. Makanya woojin khawatir.
"Mama kalo capek pulang aja, biar woojin sama bang yenan yg jaga kak jiheon."
Terkadang melihat wajahnya woojin, eunji selalu merindukan sosok mendiang suaminya. Wajah woojin menduplikasi dari wajah suho, mirip sekali.
"Gapapa, mama disini aja sama kalian, lagipula mama sendirian dirumah, ga ada kalian mama jadi sedih."
"Ah mama jangan sedih lah, nanti kak jiheon ga sembuh-sembuh ngeliat mama sedih,"
Eunji tertawa. "Nggak dong sayang, kalau sama kalian mama seneng dong,"
Mereka berdua akhirnya tertawa satu sama lain.
"Loh? tante eunji sama woojin ngapain disini?"
● M A I D ●
Jiheon masih bergeming di tempat tidurnya. Kemarin saat ditanyakan sama Yenan, Jiheon gak sanggup buat menjawab karena keadaannya masih sangat lemah.
Sesungguhnya kejadian kemarin masih membekas sekali di ingatannya dan meninggalkan trauma sedikit. Dirinya masih shock dan sedikit bergetar jika mengingatnya.
Sangat jelas sekali saat perempuan itu memberikan ancaman kepadanya yang membuat dirinya takut.
Jiheon memegang dadanya yang tiba-tiba sedikit sesak. Yenan yang tadinya berada tak jauh dari Jiheon langsung menghampiri gadis itu segera.
"Ji, kamu kenapa?"
Yenan memegang bahu Jiheon sambil menatapnya khawatir.
"Kak,"
"..."
"Aku mau kasih tau soal kemarin, tapi aku selalu gak bisa. Aku takut banget." sahut jiheon memelas.
Yenan terdiam. Pemuda itu menyimpulkan kalau Jiheon merasa trauma. Sebenarnya ia butuh kejelasannya sekarang namun ia juga tidak boleh egois. Bagaimanapun kesehatan gadis itu yang menjadi prioritasnya sekarang.
"Yaudah, gapapa. Maaf aku terlalu maksa. Kamu kasih tau ke aku kapanpun kamu bisa. Jangan dipaksa, ok?"
Jiheon menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Hm, ok."
Baru saja Yenan ingin pergi tapi sesuatu menghalangi jalannya. Itu tangan Jiheon. Ia menarik kemeja abu-abu yang pemuda itu kenakan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid ✓
FanfictionFt. Jeongin and Jiheon [Completed] Aku tidak peduli dengan yang terjadi di alam semesta karena aku buta dengan keindahan. Namun ku akui sekarang aku bodoh tidak menyadari bahwa keindahan yang nyata itu ada, karena aku sudah melihat keindahan yang se...