"Widia udah diproses di ruang BK. Aku udah ngasih semua buktinya ke pak Harun." Ucap yenan sambil berbicara ke jiheon. Disitu juga ada somi, hina, bahkan yujin pun juga ada. Dia juga bantu yenan buat bongkar perbuatannya Widia.
Jiheon hanya terdiam. Maksudnya, ini Widia sama sekali gak kenal dia, tapi kok bisa dia benci sama jiheon cuma gara-gara itu? Kenapa dia sebenci itu sama jiheon?
"Apa secara gak sadar gue berbuat salah ya sama dia...?" Gumam jiheon.
"Dia skors atau gimana kak?" Tanya somi ke yenan.
"Mungkin dia bakalan diskorsing selama sebulan atau lebih. Itu lebih baik sih, atau bisa aja gue ngeluarin dia dari sekolah ini karena udah merusak properti sama menyebarkan rumor palsu ke orang-orang." Jelas yenan.
"Bagus deh kalo sekolah usut kasus ini, soalnya pembullyan itu jarang banget dilirik sama guru atau kepala sekolah. Mereka malah ngebiarin gitu aja. Seharusnya tadi gue jambak aja tuh cewek!" Hina jadi emosi.
Somi melirik ke arah yujin dengan tatapan datarnya, "temen lo itu ada masalah apa sih sama jiheon sampai segitunya dia pengen nyingkirin jiheon?" Tanya somi ke yujin.
Yujin melipat bibirnya, "Widia itu ambisius banget, dia pengen di posisinya jiheon. Menurut dia, jiheon itu orang yang paling beruntung karena dapet privilege yang gak bisa dia miliki..."
"Ya ampun... Orang kalo terlalu ambis bisa mencapai gila kayaknya sampe nyakitin orang. Ada gitu orang yang begitu." Sungut hina.
"Ya ada. Tuh si Widia." Cetus somi.
"Gue minta maaf banget, soal temen gue si Widia, dia begitu soalnya tekanan dari keluarganya. Gue tau kok yang dia lakuin itu salah, gue juga bakal marah kalo Widia ngelakuin itu ke gue, tapi please... Dia temen gue... Di-diaㅡkalo bisa kasih hukuman yang setimpal gapapa, tapi jangan dikeluarin dari sekolah nan..." Yujin memohon kepada yenan.
"Tapi dia udah bikin jiheon celaka tau gak?! Masa iya gak dikeluarin dari sekolah." Sungut somi mendelik ke yujin.
"I-iya gue tau kesalahannya itu fatal banget, tapi gue gak mau dia dikirim ke asrama setelah dia dapet hukuman berat dari orang tuanya. Please, kalo kalian gak ngelakuin itu, gue yakin Widia cuma dapet hukuman ringan. Please, gue mohon sama kalian."
Jiheon yang melihat yujin memohon seperti itu lalu memegang tangannya yujin, "nggak kok Jin. Kita gak akan ngeluarin Widia dari sekolah? Itu namanya ngerusak masa depannya, gue berharap dia gak semakin benci sama gue gara-gara ini. Ya kan, kak?" Ucap jiheon sambil berbicara ke yenan setelahnya.
Sebenernya dalam lubuk hati yenan, dia udah kesal setengah mati, tapi apa boleh buat.
"Gue bakal bikin peringatan buat dia, jin. Pembullyan dia bisa bunuh banyak orang." Ucap yenan dengan serius.
"Iya, gue tau kok. Gue punya orang kepercayaan yang bisa memahami Widia. Gue pastikan dia gak akan gangguin lo lagi, ji. Gue jamin itu." Ucap yujin bersungguh-sungguh.
Jiheon tersenyum kecil sambil menganggukkan kepalanya. Sementara hina sama somi gak punya argumen lagi selain menyetujuinya.
"Makasih ya."
• M A I D •
"Apa dengan benci gue, jadinya bisa bikin lo lega?"
Jiheon memberanikan diri untuk berbicara dengan Widia, dia sebenarnya ingin tau motif Widia apa. Namun, jiheon tak menemukan niat untuk menjawab dari ekspresi Widia.
"Gue rasa lo udah tau jawabannya dari yujin." Ucapnya datar.
"Tapi gue pengen denger dari lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid ✓
FanfictionFt. Jeongin and Jiheon [Completed] Aku tidak peduli dengan yang terjadi di alam semesta karena aku buta dengan keindahan. Namun ku akui sekarang aku bodoh tidak menyadari bahwa keindahan yang nyata itu ada, karena aku sudah melihat keindahan yang se...