"Okeh, Giya. Semangat untuk hari ini."
Giyashi Jiheon Nandira atau biasa dipanggil Jiheon mengepalkan tangannya sebagai tanda semangat. Meskipun dia merasa lelah yg teramat sangat hari ini, namun dia tidak bisa beristirahat karena ini sangat bergantung pada kehidupannya.
Jiheon memencet bel di sisi gerbang tinggi yg ada di depannya.
"Gila. Gede banget nih rumah. Hadehh." Jiheon memandang kagum rumah besar yg ingin dimasukinya. Jiheon jadi bertanya-tanya.
Yang punya rumah kaki tangan presiden kah?
Arsitek kah?
Anggota DPR?
Karena teman ibunya tidak memberi tahu majikan Jiheon itu pekerjaannya apa. Yg Jiheon tau, dia adalah orang yg luar biasa kaya dan Jiheon hanya diberikan alamat yg tertera di secarik kertas yg diberikan oleh Ibu taeyeon.
Jiheon hanya diberitahu pekerjaannya oleh bu taeyeon yaitu sebagai asisten rumah tangga. Mengingat hanya itu yg bisa dikerjakan oleh Jiheon, jadinya Jiheon menerimanya.
Di umur yg masih belia ini dia harus membanting tulang dan harus bekerja untuk memenuhi kehidupannya.
Ayahnya sudah tiada sejak Jiheon berumur 5 tahun, sedangkan ibunya membuka toko bunga di depan rumahnya. Namun pendapatan dari jual bunga Jiheon rasa tidak cukup. Apalagi ditambah adik Jiheon yg masih sekolah juga.
Jadinya Jiheonlah yg harus membantu ibunya untuk meringankan bebannya.
"Lama banget sih," gadis itu mengipas-ngipas wajahnya dengan satu tangan, sedangkan sebelah tangannya digunakan untuk memencet bel.
Ting nong~ ting nong~ ting nong~
Dari kejauhan Jiheon lihat ada seorang satpam yg berlari ke arahnya. Jiheon menghelakan napas lega.
"Neng Jiheon ya? Maap ya lama, tadi saya ke dalem sebentar dipanggil nyonya. Silahkan masuk neng,"
"Iya makasih pak," Jiheon masuk ke perkarangan rumah tersebut.
"Nama saya Muhammad Jaehwan Fahri, panggil aja mang Jaehwan neng," Mang Jaehwan tersenyum khas bapak-bapaknya. Duh, jadi kangen ayah, batin Jiheon.
"Eh iya mang, nama saya Giyashi Jiheon Nandira, panggil aja Jiheon," Jiheon tersenyum balik.
"Emmm... ngomong-ngomong mang, saya gatau pemilik rumah ini siapa, saya cuman dikasih alamatnya sama bu taeyeon,"
"Ohh bu taeyeon? Saya kenal atuh sama dia. Dia juga pernah kerja disini, tapi ngundurin diri, soalnya ngurusin bisnis kuenya di rumah,"
"Ohh iya. Jadi, siapa mang nama pemilik rumah ini?" Jiheon kembali bertanya.
"Pemilik rumah ini namanya teh Tuan Jaewon saputra sama Nyonya Jennie Juliana, Neng,"
Jiheon melongo. Demi apa sih?
WAGELASEH!
ITUKAN CEO PERUSAHAAN BRAND TERNAMA JJ BEAUTY!
Jiheon meneguk ludah dengan susah payah. Waduh, pantesan rumahnya gede banget. Yg punya orang miliarder.
"Ayo silahkan masuk neng, Nyonya Jennie lagi di dalem," Mang Jaehwan membuka pintu mewah itu. Jiheon berdecak kagum saat melihat interior rumah tersebut.
"Ayo neng kita ke ruang tamu,"
"E-eh iya mang,"
Jiheon dan mang Jaehwan berjalan ke ruang tamu. Jiheon melihat wanita yg masih terlihat muda walaupun sudah berumur 40-an. Mukanya masih 11-12 sama anak kuliahan, keliatan belom nikah, padahal mah udah.
Jiheon melihat baju yg kini ia kenakan. Ia hanya memakai kemeja dipadu kaos abu-abu dan celana jeans, serta sepatu sneakers. Miris. Gak ada femininnya sama sekali.
Jennie yg tadinya sedang membaca majalah, mengalihkan netranya ke arah Jiheon. Dia tersenyum saat melihat Jiheon.
"Selamat siang, nyonya Jennie. Sa-saya Giyashi Jiheon Nandira. Ehmm... salam kenal nyonya..." Jiheon menganggukkan kepalanya sopan.
"Kamu Jiheon ya?" Jennie tersenyum lembut ke arah Jiheon.
"Perkenalkan, saya Jennie Juliana, pemilik rumah ini. Kamu diterima disini kok, nanti saya bakalan kasih tau dimana tempat-tempatnya. Kamu masih sekolah, kan? Sekolah di SMAN 1 Kebangsaan itu?"
"Iya... Bisa dibilang begitu heheheh."
"Ih kamu, jangan panggil nyonya, ketuaan saya kalo dipanggil itu. Panggil bunda aja. Bunda jadi pengen punya anak perempuan kalo ngeliat kamu, kamu lucu sih," Jennie mengusap pelan rambut gadis itu. Jiheon hanya melongo.
'Anjay.... gue kira setiap orang kaya sombong, gataunya nyonya jennie baik banget...'
Jiheon tersenyum manis dan agak canggung. Ya gimana ya? Disuruh manggil bunda gimana gak kaget.
"Emang gapapa kalo saya manggil bunda?"
"Loh? Kenapa harus gak boleh? Lagian bunda juga punya anak seumuran kamu, sekolahnya juga sama di tempat kamu. Santai aja sama saya mah," Jennie tersenyum.
"Ohh iya? Nyo-- Eh maksud saya, anak bunda Jennie siapa namanya?" Ucapnya sedikit kepo.
"Namanya-"
BRUK BRUK BRUK!
Baru aja jiheon mau ngomong, tapi dari arah tangga ada orang yang lagi turun. Dabak banget sumpah.
"Bunda, Yenan mau pergi ke rumahnya bang dhirga. Nanti aku pulang agak maleman,"
Jiheon melihat pemuda yg sedang melihat handphonenya tapi bibirnya berbicara tanpa melihat orang yg diajak bicara. Eh tapi Jiheon kayak familiar gitu sama mukanya.
Bentar...
LAH?!
INIKAN KAKAK KELASNYA YG DITUMPAHIN ES JERUK SAMA JIHEON KEMARIN DI SEKOLAH!
ANJRIT.
Matilah kau jiheon.
EH TAPI! salah dia juga gak liat ke depan, jadinya nabrak jiheon. Padahal jiheon udah minggir loh, tapi emang nih kakak kelas behel aja kalo jalan matanya ga dipake.
Pemuda itu menghampiri bundanya kemudian mengalihkan atensinya ke seseorang di samping bundanya.
Jiheon pura-pura tidak melihatnya dan mengamati ke arah lain.
Ia malah menyipitkan matanya melihat jiheon dengan seksama. Merasa familiar dengan rupa gadis itu. Dia kan-
"Loh kok?!"
Jiheon kaget. Bunda Jennie bingung.
"Kalian udah saling kenal?" Tanya Jennie.
Jeongin menyunggingkan senyum miringnya.
"Gak bun. Jeongin kira ini orang yg numpahin es jeruk ke yenan kemaren. Gak taunya bukan."
Ettt... ini si behel nyindir apa gimane? :)) tersungging neh.
"Yenan pergi dulu ya bun," Jeongin mengecup pipi bundanya dan melihat ke arah Jiheon seolah berkata,
"liat yg bakal gue lakuin ke lo ntar,"
Well, semoga hidupmu setelah ini menyenangkan Jiheon.
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
Maid ✓
FanfictionFt. Jeongin and Jiheon [Completed] Aku tidak peduli dengan yang terjadi di alam semesta karena aku buta dengan keindahan. Namun ku akui sekarang aku bodoh tidak menyadari bahwa keindahan yang nyata itu ada, karena aku sudah melihat keindahan yang se...