013 Coward : Don't Wanna Lose You

814 101 33
                                    

Chapter 013
Coward : Don't Wanna Lose You

.
.
.

You built a boundary between us. Though I never brought it up, I've realized it long ago. As long as you're not bothered and feel comfortable doing it, I'll just let it be. Just watching you from afar and see you happy, that's enough for me.

.
.
.

Jieun tahu, jika sebelumnya ia tanpa sadar membatasi dirinya dengan Yoongi, kali ini dia secara langsung memperlihatkan akan keengganannya untuk berada di dekat Yoongi. Entah kenapa, dia melakukannya. Jika dia ditanya apakah ia membenci Yoongi? Tidak. Dia tidak membenci Yoongi, hal itu begitu mustahil ketika segala emosi campur aduk yang dirasakannya beberapa hari terakhir ini tidak lantas membuat kebencian itu ditujukannya pada sang suami. Melainkan suatu emosi yang kadang membuatnya sedih, kadang membuatnya marah tanpa sebab. Dia menyadari akhir-akhir ini, emosinya begitu mudah naik turun dan satu-satunya usaha untuk mengontrolnya ialah dengan memberi jarak dengan Yoongi.

Dia tidak tahu apakah Yoongi menyadari perubahannya, namun Jieun memilih menutup mata dan menyibukkan diri dengan melakukan banyak aktifitas diluar rumahnya. Entah bekerja atau saat dia tengah senggang, ia akan membawa Holly mengunjungi panti asuhan dan bermain bersama anak-anak panti atau pilihan lainnya ialah belanja atau menghabiskan waktunya di kafe yang letaknya dekat dengan agensinya.

Jieun tidak tahu sampai kapan ia akan melakukan hal itu. Apakah hingga ingatannya kembali? Dia tidak tahu, karena sejujurnya dirinya bahkan tidak tahu kapan ingatannya kembali. Dia merasa, waktu berjalan begitu lambat. Ralat, hanya baginya, karena dirinya sadar saat sekelilingnya orang-orang telah sibuk dengan urusannya namun Jieun masih terpaku di tempat yang sama. Berdiri tanpa tahu apakah ia harus menengok kebelakang atau justru melihat ke depan.

"Hentikan helaanmu. Wajah cantikmu itu nanti keriput akibat stres." suara itu menyelutuk dari sampingnya.

Jieun menoleh dan menemukan presensi Jungkook dengan baju santainya tengah menikmati kopi paginya. Senyum ringan menjadi sapaan dan kemudian, pria itu berdiri dan menduduki kursi yang ada di seberangnya.

"Minumanmu sudah tidak dingin lagi kurasa." ucap Jungkook seraya menatap pada gelas besar Jieun yang memang telah diabaikannya tanpa sadar.

Jieun tanpa kata menarik gelasnya dan meminumnya melalui sedotan yang tersedia.

"Sudah lama sejak terakhir melihatmu datang ke kafe ini." ujar Jungkook membuka suara.

Jieun mengendikkan bahu ringan, "Hanya bosan. Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini sepagi ini?"

"Apartemenku dekat dari sini." balas Jungkook seadanya.

Jieun mengangguk singkat menanggapi, namun tidak berkomentar apapun. Pikirannya terlalu penuh oleh pertanyaan yang belum terjawab.

"Apa kau masih memikirkan perihal itu?" tanya Jungkook tiba-tiba.

Di seberangnya, Jieun menatapnya tanya, "Maksudmu?"

"Noona tahu maksudku." Jieun hanya mendengus saat mendapat balasan itu. Apakah wajahnya begitu mudah terbaca hingga Jungkook dapat mengetahuinya dengan cepat?

"Tidak coba menanyakannya pada suamimu?"

Jieun tidak membalas, pun tidak menaikkan tatapannya pada Jungkook melainkan pada gelasnya yang masih terisi setengah dari milkshake coklat.

"Kau menghindarinya bukan?"

Hening kembali membalas. Jungkook mendecak di tempatnya, membuang pandangannya dengan jengah. Dia bersedekap dan menyamankan punggung atasnya pada kursi yang didudukinya, sementara matanya menatap lurus pada Jieun saat dia berujar, "Dari dulu kalian tidak berubah, padahal hanya tinggal bicara maka masalah beres tapi kalian selalu mengulur hingga masalah runyam baru kalian berbicara.”

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang