00 Prologue : Divorce

5.2K 393 28
                                    

Chapter 00
Prologue : Divorce


.
.
.


I already know if all of this will happen between us. We just keep quiet and pretend as if nothing is wrong. But when nothing becomes a thing and the argument that we always avoid is happening, we will never say sorry just because the pride that we have is too high, even though we both know we'll get hurt. That's what we are.


.
.
.


"Ok. Selesai." teriakan fotografer mengakhiri pekerjaan hari itu.

Jieun segera bergegas mengganti bajunya untuk pulang lebih awal. Ajakan makan malam bersama yang disampaikan suaminya di meja makan pagi tadi mengharuskannya mengosongkan jadwalnya malam ini.

Berdalih dengan alasan ia yang memiliki acara keluarga yang harus dihadiri, ia menolak halus setiap ajakan teman kerjanya.

Hari itu adalah perayaan pernikahannya yang kelima dan sudah menjadi kebiasaan bagi keduanya untuk merayakannya dengan makan malam bersama.

Jieun tahu jelas bagaimana hubungan canggung yang terjadi di antara mereka, namun ia menghargai bagaimana cara Yoongi untuk membangun hubungan baik dengan melakukan suatu hal di hari perayaan pernikahan mereka.

Tepatnya pukul 8 ketika Jieun tiba di rumahnya bersama Yoongi. Ruangan itu gelap selayak tidak berpenghuni. Seusai melepas sepatunya, Jieun berjalan naik ke lantai atas menuju kamarnya. Ia berencana untuk membersihkan diri dan mengganti baju sembari menunggu Yoongi yang kemungkinan masih dalam perjalanan pulang dari kantor.

Saat ia tiba, ketimbang melihat kamarnya yang kosong, ia justru menemukan Yoongi telah berada di kamar mereka. Duduk di tepi ranjang dengan mata yang menatap nyalang ke arahnya. Wajahnya keras dengan otot rahang yang tampak menegang, seolah menunjukkan jelas emosinya saat ini.

"Kau memiliki kekasih?" tanya Yoongi tanpa basa-basi. Beberapa buah foto yang berceceran tepat di sebelah Yoongi cukup menjelaskan tentang pertanyaan dari Yoongi.

"Dia bukan kekasihku. Kami hanya teman."

"Teman? Aku baru tahu jika seorang teman bisa berpelukan dan berciuman."

Ada tawa kecil yang dikeluarkannya. Tawa penuh ejekan dalam kalimat sindirannya. Sesaat tawa itu menghilang dan tergantikan oleh ekspresi dingin yang ada di wajah itu. Matanya menatap lurus Jieun.

"Kau bercanda? Apa kau berusaha membohongiku huh?"

Detik berikutnya sesuatu hal yang tidak diharapkannya untuk muncul ataupun dilihat oleh Yoongi, kini tersodor padanya. Sebuah foto ciumannya bersama pria yang menjadi rekan kerjanya.

Jieun membeku melihat foto yang dibuang di lantai oleh Yoongi. Jantungnya terasa kebas mengetahui Yoongi telah menemukan hal tersebut.

"Yoon-" Jieun hendak membuka suara namun kalimat yang dilontarkan Yoongi berikutnya membuat kalimatnya tertahan di tenggorokannya.

"Jika kau tidak tahan bersamaku, katakan saja padaku jangan bersikap seperti jalang Jieun. Kau tahu aku benci pengkhianat." seru Yoongi sedikit menaikkan suaranya. Napasnya sedikit memburu, pria itu berusaha menekan emosinya yang hampir meluap pada Jieun.

Jieun membuang pandangannya dengan bibir yang terkatup rapat saat lelehan air mata itu berhasil jatuh membasahi sebagian wajahnya. Ia benci situasi saat ini. Dimana ia bungkam dalam kesakitan hatinya dan hanya membuang mukanya demi menutup air mata yang telah keluar membasahi wajahnya. Kalimat Yoongi telah menyakiti hatinya.

"Aku tidak pernah menuntutmu untuk mencintaiku tapi setidaknya jaga kehormatanmu sebagai istriku." ucap Yoongi dengan suara yang merendah, kendati ketajaman itu masih dapat tertangkap dalamnya.

"Jalang?" gumam Jieun sedikit menertawakan dirinya sendiri.

Ia beralih melihat Yoongi kembali. Membalas tatapan dingin yang serupa dengan suaminya. Ia mengacuhkan air matanya yang mungkin masih menyisakan jejak di wajahnya.

"Geurae, kau benar. Aku melakukannya karena aku tidak tahan denganmu."

Sebanyak perasaan mengganjal yang menentang di hatinya, rasa marah dan benci itu memenangkan egonya dan membuatnya melanjutkan kembali perkataannya.

"Aku benci dan lelah melakukan pernikahan tanpa cinta ini. Aku butuh kebebasan dimana aku bisa berkencan dan menghabiskan waktuku bersama orang yang kucintai." seru Jieun dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya. Suaranya sedikit pecah seiring akan air mata yang telah menggepung di kantung matanya.

"Mari kita bercerai, Yoongi." Jieun berucap seiring ia memejamkan matanya guna menahan kesakitannya yang pada akhirnya ditunjukkan dengan sebuah lelehan hangat yang kembali mengalir bebas melewati pipinya.

"Baik, jika itu yang kau mau. Jangan pernah menyesalinya Jieun." balas Yoongi sedikit memberi penekanan saat ia menyebutkan nama Jieun, seolah menunjukkan emosi yang ditahannya.

"Tidak akan dan aku bersumpah atas itu. Jika aku menyesalinya sedikit saja, aku ingin Tuhan membentur kepalaku untuk menyadarkanku." ucap Jieun seraya tersenyum sinis.

Ia berbalik dan melangkah pergi dari tempat itu atau lebih tepatnya keluar dari rumah itu. Ia harus pergi sekarang juga, setelah kalimat tajam yang diucapkan Yoongi padanya, Jieun tidak tahan untuk bersama dengan pria itu.

Wajahnya telah kacau akibat air mata yang tidak pernah berhenti. Isakan yang terus keluar membuat dadanya semakin sesak. Jieun tidak mempedulikannya. Ia tidak peduli bagaimana wajahnya terlihat menyedihkan. Hatinya sakit dan ia butuh pelampiasan untuk mengeluarkan emosinya dan tangisan adalah satu-satunya cara.

Jalanan telah melenggang kala ia mengendarai mobilnya di bagan jalan. Ia tidak tahu kemana tujuannya. Ia hanya tahu ia pergi untuk menjauh dari Yoongi. Pikirannya telah kacau dan ia tidak lagi dalam keadaan sadarnya ketika suara klason milik mobil yang datang dari arah sampingnya itu terdengar.

Pada detik kelima seusai klakson ketiga berbunyi, Jieun menoleh dan terbelalak menemukan mobil yang tengah melaju cepat kearahnya. Ia tidak sempat memperhitungkan seberapa cepat kejadian yang terjadi, karena detik berikutnya ia merasakan mobilnya telah terpental akibat tabrakan dari arah kanan mobilnya. Kepalanya terantuk pada setir mobil dan bunyi berdebum yang keras terdengar kala mobilnya telah berbalik hingga sembilan puluh derajat.

Dalam setengah kesadarannya, Jieun melihat bagaimana mobilnya telah berbalik dengan kaca mobil depannya yang telah retak. Sakit menjalar di kepala, juga tangannya yang terkena serpihan pecahan kaca jendela sampingnya. Jieun meringis kesakitan.

Dalam keadaan seperti ini, ada satu orang yang diingatnya, Min Yoongi. Ia membutuhkan pria itu sekarang, untuk menolongnya untuk kedua kalinya.

Sekelebat ingatan pertengkaran yang dilakukannya dengan Yoongi terlintas di kepalanya. Ia menertawakan dirinya sendiri dalam pikirannya kala menyadari jika Tuhan tampaknya mengabulkan doanya untuk menyadarkan dirinya sendiri atas keputusan gegabah yang diambilnya, yaitu untuk berpisah dengan Yoongi.

Tuhan tahu bagaimana keinginan hati terdalamnya. Tanpa keegoisan yang menahan kejujuran. Tuhan membantunya, memilih keputusan terbaik untuknya, yaitu tetap berada di sisi Yoongi.


.
.
.


A/N : Hallo ketemu lg di new storyku yang bercast IU-Suga 😳 krn banyak yg nanyain ff dgn cast mereka berdua, akhirnya aku post juga ff ini 😀

Btw aku gak janji book ini bakal update cepet soalnya ini hny selingan dari ff lainnya yg blm kelar *cough* crush *cough* dan klo kalian pernah baca "IU's short story" maka kalian tau cerita ini karena aku pernah post ini sblmnya 😃

Anyway, see you then 😉

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang