02 27 years old : Married

2.2K 327 14
                                    

Chapter 2
27 years old : Married

.
.
.

Anxious and nervous. 2 words that describe my feeling right now. To hear your soft voice, to see your beautiful smile, to having you by my side. Even after what happening between us. I don't know if I must feel happy or sad when you can't even remember thing.

.
.
.

"Pada awalnya kami mengira pasien Jieun hanya mengalami luka parah pada bagian luar tubuh karena hasil periksaan tidak menampilkan keanehan pada bagian dalam tubuh istrimu." Ucap dokter Ahn seraya mengambil catatan kesehatan milik Jieun dan membacanya kembali.

"Namun tampaknya bagian dalam otak istrimu mengalami trauma akibat benturan keras yang diterimanya saat kecelakaan sehingga membuatnya kehilangan ingatannya."

"Aku tidak tahu pasti seberapa parah trauma yang dimilikinya. Ada kemungkinan istrimu hanya akan mengalami amnesia dalam waktu singkat atau kemungkinan lainnya ia tidak akan mengingat selamanya." Jelasnya kemudian.

"Kami akan mengecek ulang keadaan pasien Jieun dan setelahnya istrimu harus mengikuti terapi untuk membantu pemulihan ingatannya." Dengan kalimat itu pembicaraan keduanya berakhir dan Yoongi dengan sopan berpamitan untuk kembali ke ruang inap Jieun.

Langkahnya memelan bersamaan akan pikirannya yang kembali mengingat akan perkataan dokter Ahn juga ingatan lama tentang Jieun.

Ada beberapa menit sebelum akhirnya ia tiba di depan pintu ruang inap Jieun. Ia menunduk, berusaha mengenyahkan segala yang ada di pikirannya dan berdalih membuka pintu dan melihat ke dalam ruangan dimana Jieun kini sedang melihat kearahnya.

Yoongi menutup pintu itu perlahan sebelum ia berjalan menuju Jieun dan duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur. Mata bulat itu melihatnya dan bibirnya terbuka sedikit tanpa ada kata yang keluar. Seolah ada keraguan juga ketakutan untuk menyampaikan kalimatnya.

"Kau ingin menanyakan sesuatu?" Tanya Yoongi. Sebanyak ketakutan dan kecemasan yang ada di hatinya, Yoongi memilih untuk mengabaikan segala hal yang ada pikirannya dan memberi Jieun kesempatan untuk bertanya padanya.

"Apa benar kata dokter itu, jika aku adalah istrimu?" Sebanyak pertanyaan yang ingin diajukan Jieun pada Yoongi, pertanyaan itulah yang paling ingin ditanyakannya.

"Jika kau tidak percaya, lihatlah cincin di jari manismu. Aku memiliki yang sama." Ucap Yoongi seraya menunjukkan tangan kanannya yang memang terdapat cincin yang serupa dengan yang dikenakan pada jari manis Jieun dan Jieun mengikuti pandangan Yoongi. Ia menghela napas seiring bahunya yang melemas turun sesaat ia menyadari jika segala yang diucapkan Yoongi benar adanya. Dia tidak bermimpi.

"Ada lagi yang ingin kau tanyakan?" Tanya Yoongi lagi dan kali ini Jieun mulai menegakkan kepalanya dan berdalih menatap Yoongi kembali sesaat ia menyadari tentang pertanyaan lain yang masih belum ditanyakannya. Dia tidak lagi ragu untuk bertanya, toh Yoongi yang menawarkan diri untuk ditanyakan bukan?

"Bisakah kau jelaskan padaku,.. mengapa aku berada di sini dan tiba-tiba saja orang mengenaliku sebagai istrimu, sedangkan yang kuingat aku berada di pesta kelulusan sekolah kita dengan kau yang merupakan teman sekolahku?" Dan kali ini pertanyaan itu tidak langsung mendapat respon, melainkan pria itu bungkam dan membiarkan pertanyaan itu menggantung dengan ia yang berusaha merangkai kalimat di pikirannya.

"Yoongi," Suara Jieun kembali terdengar, memutus kalimat di pikirannya dan membuatnya kembali menatap wanita di hadapannya. Mata itu menatapnya penuh dengan keingintahuan, tatapan polos selayak anak kecil dan Yoongi mendapati dirinya merasa suatu hal menggelitik dalam hatinya. Ini sedikit aneh ketika ia melihat sikap polos yang ditunjukkan Jieun namun sekalipun begitu ia tidak mengelak jika ia menyukainya. Sisi manis dari Jieun.

"Kita sudah menikah 5 tahun lalu. Usiamu tahun ini adalah 27 tahun dan itu sudah 7 tahun sejak kelulusan sekolah menengah kita."

"Kita sudah menikah 5 tahun?" Tanya Jieun tidak percaya.

"Iya, dan alasan kau berada di sini karena kau mengalami kecelakaan mobil. Kau mengebut di jalanan dan menerobos lampu merah hingga mobil lain menabrak mobilmu." Jelas Yoongi kembali. Dan kali ini Jieun kembali melihat Yoongi. Ada sebuah kalimat yang diucapkan Yoongi yang membuatnya bingung. Kalimat yang terasa janggal.

"Mengapa aku mengebut dan menerobos lampu merah? Apa aku sedang terburu?" Yoongi bungkam.  Ingatan di malam 3 minggu lalu kembali teringat di pikirannya. Alasan atas kecelakaan Jieun yang membuat wanita itu mengendarai mobilnya dalam kondisi emosi yang tidak stabil.

"Aku baru tahu ternyata kau secerewet ini." Komentar Yoongi dengan senyum mengejek yang terbentuk pada sudut bibirnya. Dan seketika membuat Jieun mendelik kesal kearahnya dan segera melayangkan protes.

"Aku hanya bertanya. Lagipula kaukan suamiku, apa salahnya aku bertanya padamu." Jieun bergumam pelan di akhir kalimat. Sedikit jengkel juga kecewa atas respon Yoongi terhadapnya.

"Tidurlah. Kau harus banyak beristirahat." Ucap Yoongi sembari menarik selimut hingga keperut Jieun namun tangan Jieun menahannya dan wanita itu mengelak dengan berkata, "Tapi aku baru saja bangun dan sekarang masih terlalu pagi untuk tidur."

"Kau lapar? Kau ingin kubelikan sesuatu?" Tanya Yoongi pada akhirnya. Tidak berusaha memaksa Jieun dan karena ia juga menyadari jika hari semakin siang sementara Jieun belum juga makan sejak ia bangun pagi tadi.

Jawaban itu nampaknya telah dinantikan terbukti dengan senyum yang kini menghias pada bibir Jieun dan anggukan antusias yang diberikan padanya.

"Belikan aku chicken dan pizza." Ok, ini random. Jieun memesan makanan yang jelas berasal dari 2 toko yang berbeda. Apa wanita ini berniat mengerjainya?

"Kau lapar atau kelaparan?" Tanyanya setengah menyindir juga terheran, mengingat porsi makan Jieun yang cukup besar.

Jieun menyengir malu meresponnya, sebelum ia berucap. "Aku memesan banyak juga untukmu, kupikir mungkin kau belum makan." Yoongi tidak menjawabnya melainkan hanya mendengus dan mengeluarkan handphonenya untuk mencari kontak list toko yang menjual makanan yang dipesan Jieun.

"Ah ya Yoongi, jangan lupa. Pesan satu porsi besar untuk setiap menu." Tambah Jieun kemudian.

"Merepotkan." Komentar Yoongi  jengkel, namun sekalipun begitu ia tetap melakukan permintaan Jieun dan menghubungi 2 toko yang berbeda untuk memesan makanan.

Sementara itu Jieun hanya terkekeh. Merasa lucu atas Yoongi yang tetap menurutinya sekalipun ia melakukannya dengan setengah hati.

Dalam hati ia berpendapat jika ia telah salah untuk menilai Yoongi sebagai orang yang kasar dan menyeramkan karena nyatanya Yoongi tidak seburuk yang ia lihat di sekolah.-Ah ralat, saat jaman mereka sekolah. Mungkin pertemuan pertama mereka saja yang begitu buruk membuat segala hal yang dilihat Jieun dari Yoongi selalu begitu buruk.

Jieun menjadi penasaran, bagaimanakah sifat Yoongi yang sebenarnya? Bukan perangai buruk Yoongi yang selalu didengarnya dari semua murid di sekolahnya, melainkan sisi baik yang dimiliki Yoongi yang hanya sebagian orang mengetahuinya.

Ia ingin mencari tahu alasan atas dirinya yang bersedia menikah dengan Yoongi. Tentu ada sebuah hal dalam diri Yoongi yang membuat Jieun menyukainya hingga ia bersedia menjadi istri Yoongi. Tentu ada bukan? Toh pernikahan mereka bukan atas paksaan atau apapun, benarkan?

.

Who knows? 😶 Halooo I'm comeback (akhirnyaaa ya 😅), gimana nih chap barunya? 🙃

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang