Chapter 14.0
Pillow Talk: Her Feeling.
.
.I don't know since when this has started. I feel mad yet broken and helpless when I see you talking and smiling so freely to her. The smile that I never seen when you around. Either it's because mad because I as your wife, never see those side of you or I envy her to become the reason of your smile.
.
.
.Mulut itu masih menolak bersuara. Bungkam tanpa sepatah katapun, pun lirikan tidak juga diberikan saat mobil yang dikendarai Yoongi telah mencapai basement apartemen mereka. Ia hanya melepas seatbeltnya tanpa kata dan keluar tanpa berniat menunggu Yoongi.
High heels yang dikenakannya telah digantinya dengan sandal rumah dan masih dengan wajah datar yang melekat, ia melangkah masuk ke dalam kamar dan menaruh tasnya di atas meja rias lalu masuk ke dalam ruang pakaian, mengambil pakaian tidur untuknya sebelum ia berjalan keluar, melewati Yoongi yang tampak ingin menahannya dan ia hanya berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Yoongi tengah duduk di pinggir ranjang dengan pakaian yang sama saat ia selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Pria itu mendongak, menatapnya dalam pengharapan, seolah menunjukkan jika ia menginginkan sebuah pembicaraan di antara keduanya. Entah ingin menjelaskan, memperbaiki di antara rasa bersalah atas dirinya yang harus melihat secara langsung bagaimana suaminya telah berkhianat ataupun rasa sesal atas pertemuannya bersama wanita lain yang harus ditangkapnya begitu cepat.
"Ji, bisakah kita bicara?" tanya Yoongi.
Matanya mengikuti setiap gerakan Jieun yang melongos berjalan santai, mengabaikan sosoknya sepenuhnya dan kemudian duduk di depan meja rias dan menyibukkan dirinya dengan mengeluarkan beberapa barang dari dalam tasnya termasuk ponselnya dan meletakkannya di sisi meja.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan Yoongi." balas Jieun dingin tanpa menaikkan pandangannya untuk menatap Yoongi, melainkan sibuk pada peralatan perawatan wajah di hadapannya.
"Ji, dengarkan aku-"
"Yoongi...aku lelah, bisakah kita membicarakannya lain waktu?" sela Jieun cepat.
Ada helaan yang dikeluarkannya seiring akan tangannya yang telah memegang dahinya dan memijitnya pelan. Setengah mati ia menahan air mata yang nyaris meledak dan dengan Yoongi yang terus mendesaknya berbicara, membuat usahanya semakin sulit.
Yoongi menggeleng, "Tidak. Kau salah paham atas segalanya dan aku mencoba menjelaskan padamu."
"Apa yang ingin kau jelaskan? Dia wanitamu yang lain? Kekasih? Tidakkah itu cukup jelas? Segala respon yang kau tunjukkan padanya menjelaskan perasaanmu Yoon." sahut Jieun dengan nada penuh sindiran sementara mata itu menatap tajam Yoongi dari balik pantulan kaca.
Kalimat berikutnya yang terlontar, terujar lirih seiring akan rasa sesak itu kembali saat pikirannya mengingat kembali kejadian beberapa waktu belakang dan membuat lelehan air mata menyeruak membasahi wajahnya, "Apa sekarang kau ingin memintaku pergi setelah ini?"
Yoongi tidak membalas, melainkan bangkit dan berjalan hingga ia berdiri tepat di belakang Jieun, menatap mata bulat yang telah memerah tersebut dari balik pantulan kaca.
Dengan pelan, ia menyentuh lembut pundak kecil itu dan berujar tanpa memutus pandangannya, "Katakan padaku. Apa kau tidak menyukainya karena aku?"
Bibir itu tidak bergerak membalasnya namun mata itu tidak berpaling, seolah menyiratkan keengganan untuk bersuara dan hanya menunggu kalimat lainnya yang terucap dari bibir Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionJieun yang tengah meregang nyawa di malam kelulusannya, menemukan dirinya terbangun sebagai wanita dewasa berusia 27 tahun yang telah menikah dengan Min Yoongi, seorang pria berandal berwajah rupawan yang terkenal akan sifat dinginnya saat masa seko...