Part 5 [Olahraga]

77 26 5
                                    

Katanya, jangan pernah menaruh hati pada orang yang belum selesai dengan masa lalunya? Padahal rasa tidak pernah tau akan jatuh pada siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya, jangan pernah menaruh hati pada orang yang belum selesai dengan masa lalunya? Padahal rasa tidak pernah tau akan jatuh pada siapa.


[Can We be Together?]
— Part 5 —

Dita memakan sarapan nya dengan lahap. Gado gado bu Ida memang tidak pernah mengecewakan. Seperti biasanya, Dita selalu menunggu bel dengan sarapan di kantin. Ia tak terbiasa sarapan dirumah, alasan nya pasti nanti sakit perut dan harus buang air besar.

"Woi Ta!" sapa Lalak yang datang bersama Hanan.

Dita mengangkat tangan nya, "Hoy! Sini buru!"

Lalak dan Hanan kemudian duduk di hadapan Dita. Mereka juga ikut memesan gado gado, melihat Dita yang memakan nya sangat lahap membuat nafsu makan mereka tergugah.

"Bu Idaa! Mau gado gado sama aqua nya 2 ya!" seru Lalak.

"Siap Mbak Lalak, ekstra bakwan engga?" saking seringnya, Bu Ida sampai hapal dengan mereka bertiga. Bahkan pesanan nya.

"Boleh bu!"

Hanan kemudian menatap Dita serius, "Ta?" panggilnya.

Dita menoleh sambil tetap mengunyah. Sepertinya sahabatnya akan berbicara serius kali ini, "Kenapa?"

"Lo kemarin gimana? Cerita dong soal kak Rafa,"

Dita mengangguk, "Rafa tu apa ya, satu taekwondo sama adek gue, tapi bisa di bilang pelatih juga sih, gapaham tapi kayanya gitu deh," jelas Dita

"Terus lo kemarin bilang kalau pernah dianterin Kak Rafa, itu gimana ceritanya?" kini giliran Lalak yang kepo.

"Waktu gue mau balik dari tempat latian nya adek gue, eh mobil gue mogok. Itu posisi udah malem. Jadi dia nawarin buat nganterin balik, udah deh gitu,"

Mereka berdua mengangguk. Tapi ada satu hal yang masih terasa janggal, "Kok lo manggil dia nama doang gapake kak? Lo gatau kalau dia sekolah disini?"

Lalak mengangguk menanggapi pertanyaan Hanan, "Gue juga penasaran sama yang itu,"

"Oh itu, gue waktu ketemu pertama kaya ga asing tapi gue lupa. Baru inget kemarin pantesan kek familiar. Terus dari awal gue manggil nama karna ya gue kira seumuran. Tapi beneran seumuran kan selisih setahun doang. Jadinya sampe sekarang kalau manggil kak malah aneh gitu di gue," jelas Dita panjang lebar

Bersamaan dengan selesainya Dita menjelaskan. Pesanan mereka berdua datang. "Mbak ini pesenan nya, buruan lho udah mau bel," ucap Bu Ida

"Iya Bu Ida cantik, paling telat bentar," mendengar jawaban Lalak, Bu Ida hanya menggelengkan kepalanya.

Mereka bertiga bukan anak nakal yang senang membolos pelajaran. Tapi lebih ke murid yang tidak mau dikekang oleh aturan. Selama bagi mereka apa yang dilakukan tidak kelewat batas maka tidak masalah. Toh mereka juga tetap berprestasi. Sekolah rumah kedua bukan? Harusnya bisa bertingkah senyaman nya.

CAN WE BE TOGETHER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang