Part 24 [Di labrak]

27 13 2
                                    

•[Can We be Together]—Part 24—•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Can We be Together]
—Part 24—

Kini Rafa dan Dita sudah berada di lapangan indoor. Disana ada beberapa siswa yang memakai seragam taekwondo lengkap dengan sabuk berwarna hitam.

"Raf, sabuknya udah pada item ya?" tanya Dita pada Rafa. Setaunya, kalau sabuk hitam itu sudah berada di tingkatan tertinggi.

Rafa mengangguk, "He'em, mereka kan ikut latihan di luar juga. Disekolah cuma buat ngejar tambahan nilai aja," jelas Rafa. Dita kemudian mengangguk paham.

"Ta, gue ganti baju dulu ya," pamit Rafa kemudian ia berlalu menuju ke ruang ganti.

Dita memilih duduk di tribun sambil menunggu Rafa. Menurutnya, sudut ini pas sekali jika ingin melihat Rafa berlatih tanpa menganggunya.

Tak lama Rafa terlihat keluar dengan seragam nya atau mereka menyebut itu dobok. Ia nampak lebih keren mengenakan nya.

"Keren banget," gumam Dita.

Sekarang Rafa sedang maju untuk melawan salah seorang rekan nya. Beberapa kali Rafa terkena tendangan di kepalanya. Namun ia segera membalas itu secara bertubi tubi. Dan mengakhirinya dengan tendangan memutar yang sangat mengesankan.

Mereka kemudian saling membungkuk untuk memberi hormat, dan pertandingan itu selesai. Rafa melepas pelindung kepalanya dan terlihatlah rambut jambul nya yang menjadi poni karena basah.

Rafa menghampiri Dita. Melihat Rafa mendekat, Dita tersenyum. "Capek?"

"Lumayan," jawab Rafa terengah engah.

"Tadi yang menang siapa Raf?"

Rafa tersenyum geli, "Ga ada, cuma latihan itu. Ngetes aja kemampuan kita gimana,"

Dita manggut manggut, "Kalo ditendang sakit ga sih Raf, gue ngeri tau liatnya,"

"Lah Tera ga pernah cerita rasanya di tendang?"

"Cerita sih, kata dia biasa aja itu gitudeh, ga jelas dia kalo cerita."

Rafa terkekeh dan mengacak rambut Dita gemas. Bisa bisanya gadis itu terlihat sangat menggemaskan saat bercerita.

"Rafa! Lo tu ya!" bentak Dita tiba tiba.

"Eh kenapa?"

"Lo ga ngerti hah gue kalo pas rambut di gerai tu berarti tadi pagi nyatok dulu. Lo mah main acak acak aja ini rambut gue gampang kusut," gerutu Dita.

Untuk tipikal rambut yang mudah kusut seperti milik Dita. Membiarkan rambut tergerai adalah sebuah hal yang butuh pengorbanan. Ia harus bangun lebih pagi hanya untuk mencatok rambutnya.

"Lagian lo gemesin banget Ta," Rafa mengembangkan senyumnya.

Dita terdiam sejenak, menikmatinya. Jika bisa di misalkan, senyuman Rafa itu seperti gula namun sayang sedikit lebih manis. Tidak baik jika Rafa terlalu banyak tersenyum, Dita jadi diabetes nanti.

CAN WE BE TOGETHER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang