Part 3 [Guru Matematika VS Dita]

85 30 8
                                    

•[Can We be Together?]—Part 3—•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Can We be Together?]
—Part 3—

Hari ini Dita bangun kesiangan karena semalam saat ia pulang harus mendengarkan ceramah dari sang mama. Dan setelah itu ia harus menyelesaikan rekapan online shop nya. Alhasil ia baru bisa tertidur pukul 3 dini hari.

"KAKAK BANGUN! UDAH JAM BERAPA INI!" suara Mama memenuhi indera pendengaran Dita.

Dita sontak membuka mata, dan melihat jam di nakas nya, "HAHHH MAMPUS UDAH SETENGAH TUJUH!"

Dengan setengah berlari Dita menuju kamar mandi. Tak sampai 5 menit ia sudah keluar lagi dengan handuknya. Katanya 'the power of kepepet' dan itu memang benar benar ada ternyata.

Bel masuk kurang 15 menit lagi saat Dita menaiki ojek online. "Pak nanti ngebut aja nggapapa pak, saya kasih tip deh kalau ngga telat,"

"Oke neng siap!"

Jarak sekolah Dita lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 20 menit biasanya jika menggunakan motor. Semoga Pak Budi —nama driver itu di aplikasi, bisa mengantarnya untuk sampai di gerbang tepat waktu.

Tetttt tettt

"Neng cepetan neng!" seru Satpam pada gadis gadis yang sudah tahu bel masih bisa menuju gerbang sambil berjalan.

"Pak ini ya ongkos nya," Dita memberikan selembar uang kepada driver tadi yang sudah ia jadikan satu dengan tip nya.

"Neng tunggu!"

"Kembalian nya buat bapak aja!"

"NENG HELM SAYA JANGAN DIBAWA!"

Dita memegang kepalanya. Pantas saja kepalanya berat. Ternyata helm hijau itu masih nyangkut disana.

"Hehehe ngapunten pak, saya ngga sadar," Dita cengengesan malu.

Dita memang bisa naik mobil namun sekolahnya hanya membolehkan kelas 12 saja yang menaiki kendaraan pribadi. Sedangkan Dita sekarang baru menduduki bangku kelas 11.

Dengan tergesa Dita berjalan di lorong. Nekat, ia memilih melewati lorong kelas 12 karena itu adalah jalan tercepat yang ada. Mengingat pelajaran pertama adalah Bu Nurin, guru matematika yang terkenal galaknya.

"Assalammualaikum bu," ucap Dita sambil mencium punggung tangan gurunya.

"Ini sudah jam 7 lewat 3 menit lo mba, semalem ngapain aja? Pacaran ya? Atau sibuk nonton drakor, anak muda jaman sekarang kegiatan nya sia sia semua"

Dita tetap berjalan tanpa mengindahkan perkataan Bu Nurin yang tengah menyindirnya. Terlalu sering guru itu melakukannya. Dita hanya menganggapnya angin lalu. Selama ia tak mengeluarkan serapah yang berlebihan, Dita tak peduli.

Bu Nurin ini adalah tipikal guru yang dibenci murid nya. Sudah guru matematika, galak pula. Dikenal guru yang tidak mengenal istilah izin membuat siswanya tidak pernah mendapat 'jamkos' di pelajaran nya.

CAN WE BE TOGETHER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang