•
[Can We be Together]
—Part 20—
•Dita hendak mengantre tiket namun Rafa segera menarik tangan nya. "Gue udah beli tiket,"
Dita mengangguk. Baguslah, ia tak perlu repot repot berdiri untuk membeli tiket. Melihat keadaan bioskop yang ramai siang ini, membuat Dita sebenarnya tadi ingin membatalkan acara menonton nya saja. Ketimbang lutut nya sakit.
"Nonton apa jadinya?"
"Kan gue tadi ud—" belum sampai Rafa menyelesaikan kalimatnya, Dita buru buru memotong nya karena tak mau Rafa berbicara ngawur seperti tadi yang berdampak pada aliran pernapasan nya. "Gue serius nanya, kita nonton apaan."
"Spiderman, no way home. yang lagi rame tuh di omongin," jelas Rafa
Dita mengangguk, "Oke deh," kemudian ia merogoh tasnya dan mengambil selembar uang berwarna biru.
"Nih, kurang engga?" ia memberikan uang itu kepada Rafa.
"Ga usah ta," tolak Rafa. Mau ditaruh mana harga dirinya kalau ia mengajak jalan anak gadis orang tanpa membayari nya.
Dita bersikeras memberikan uang itu, ia tidak mau berhutang budi pada Rafa. Toh mereka juga tidak ada hubungan apa apa. "Ambil Raf,"
Rafa nampak berpikir dan akhirnya ia mau mengambil uang yang Dita berikan. Mungkin Dita tak mau merepotkan nya. Rafa bisa memahami itu, sifat alami gadisnya. Maksud Rafa, adalah Dita.
Tak lama Rafa mengajak Dita untuk segera masuk ke ruang teater. Ia sedikit kaget saat Rafa menggandengnya untuk masuk ke The Premiere dimana ia tau jika harga tiketnya lebih mahal dari yang reguler.
Mampus ia harus merogoh dua kali lipat untuk menonton. Sebagai orang yang tergolong pelit, Dita tidak bisa menerima ini. Ini over budget, dimana seharusnya ia bisa memakai uang itu untuk menonton dan membeli makanan. Tapi sepertinya ia terpaksa sedikit boros hari ini.
"Rafa, kok kita nonton disini?" bisik Dita setelah mereka duduk.
"Yang biasa penuh,"
Dita menggeleng, "Kenapa ga ganti jadwal aja atau diundur, kan bisa." heran Dita pada Rafa yang terlalu membuang buang uang.
"Kalo diundur takutnya lo berubah pikiran lagi," balas Rafa
Dita hanya bisa mengeluarkan napas pasrah. Dasar kaku dan keras kepala. Mentang mentang orang kaya. Begitu pikir Dita.
***
Mereka berdua keluar setelah kurang lebih 2 jam menonton film. Beberapa kali tadi Rafa modus namun Dita tidak menggubrisnya sampai akhirnya ia lelah sendiri dan memilih diam.
"Mau kemana habis ini?" tanya Rafa
Dita melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. Sudah pukul 4 sore. Ia belum sempat sholat ashar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN WE BE TOGETHER?
Teen FictionSemesta memang selalu punya cara untuk mempertemukan orang-orang tak terduga. Pun juga dengan mudahnya menumbuhkan cinta tanpa kita tau kepada siapa. Jika bisa memilih, Dita tidak akan menaruh cinta pada Rafael. Atas pertemuan tanpa sengaja itu mala...