•
[Can We be Together]
—Part 20—
•Rafa dan Dita berjalan bersebelahan menuju parkiran. Beberapa murid yang belum pulang memperhatikan mereka. Seolah tidak peduli, Dita tetap berjalan santai mengikuti langkan Rafa. Toh, semua orang sudah tau jika Rafa dan dirinya sering berangkat dan pulang bersama belakangan ini. Terlebih Dita yang sebenarnya malas menanggapi mereka.
"Tumben ta, ga salah tingkah di liatin anak anak,"
Dita mengangguk, "Udah kebiasaan,"
"Pemanasan jadi pacar ya ta," goda Rafa sambil tersenyum manis.
Beberapa gadis yang ada di dekat mereka menahan napasnya. Senyum Rafa itu sangat manis dengan gigi nya yang rapi. Sayang, laki laki itu jarang memperlihatkan nya.
Sama seperti yang lain, Dita terhipnotis senyuman Rafa. Sempurna. Dilihat dari jarak dekat membuat senyuman itu semakin indah rasanya.
"Ganteng ya gue?" goda Rafa lagi.
Dita yang tersadar segera mengalihkan pandangan nya. Mampus. Ia merutuki dirinya sendiri dalam hati. Bisa bisanya ia tidak mengontrol tindakan nya. Tapi Dita juga manusia biasa yang suka dengan hal hal yang indah. Senyuman Rafa salah satunya.
"Masih salting ta?"
Dita menggeleng cepat, "Engga siapa yang salting?" ia masih terus membuang wajahnya agar tidah terlibat dalam kontak mata dengan Rafa.
"Yaudah buruan masuk mobil, dari tadi cuma berdiri di depan pintu ga sadar?"
"Eh kan gue nungguin lo masuk," jawab Dita tanpa melihat Rafa sama sekali.
Rafa terkekeh, "Bahkan gue udah masuk dari tadi ta,"
Benar, Rafa sudah ada di dalam mobil. Mengapa siang ini ia bisa sebodoh itu. Mungkin efek tidur siang jadi nyawanya belum terkumpul semua, Dita mencoba berfikiran logis dan positif.
"Kok ga jalan?" tanya Dita pada Rafa yang belum melajukan mobilnya.
"Kan belum disuruh sama ayang," jawab Rafa asal.
Dita mengernyitkan dahi nya bingung. Siapa yang di maksud Rafa ayang? Dirinya?
"Siapa ayang?"
"Lo lah siapa lagi," gemas Rafa dengan otak lemot Dita.
"Lah kenapa ayang? Sejak kapan gue jadi ayang lo?"
"Sejak saat pertama, kulihat senyuman mu,"
Dita semakin bingung dengan kata kata Rafa yang absurd. "Lo ngomong apaan sih Raf, ga ngerti gue."
Rafa menangkup kedua pipi gadis di sebelahnya. "Ish itu lo Ta yang ada di tiktok, lo ga tau?"
Dita hanya menggeleng. Matanya masih melotot kaget karena tiba tiba Rafa memegang pipinya. Mulutnya pun kelu untuk menjawab perkataan Rafa.
Rafa menarik tangan nya dari pipi Dita, "Sorry ta, habisnya lo gemesin," Rafa mengacak rambut Dita yang tergerai.
"Apaan sih Raf! Berantakan ni rambut gue," kesal Dita. Sebenarnya ia tak sekesal itu, bahkan ia sendiri menikmatinya.
"Iya udah, kita berangkat sekarang ya, tuan putri Pandita Raqweena,"
"Lo tau nama panjang gue?"
"Yaelah, gue bahkan tau siapa jodoh lo,"
"Beneran!! Siapa emang Raf?"
"Gue" jawab Rafa sambil menunjuk dirinya sendiri.
Dita berdecak kesal. Sialan, ia tertipu dengan perkataan Rafa. Berkat lawakan Rafa yang jayus itu Dita jadi salah tingkah sendiri. Pipi nya mendadak panas dan dengan susah payah ia menahan senyuman nya agar tidak mengembang.
***
Mereka sudah sampai di salah satu Mall yang ada di kotanya. Paradise City Mall. Tempat yang sama dengan acara jalan bareng mantan kemarin. Dari sekian banyak mall di kota ini, kenapa Rafa selalu memilih yang ini?
"Bulan ini lo kesini dua kali ya ta?" Rafa membuka obrolan.
Dita mengangguk. Memang benar ia sudah dua kali datang ke tempat ini. Kemarin bersama Fian sekarang dengan Rafa. Sebenarnya Dita jarang pergi ke sini karena jaraknya yang cukup jauh dari rumah walaupun disini adalah mall yang paling besar dan lengkap.
"Kemarin lo kesini sama mantan kan?"
"Udah tau ngapain nanya?"
"Kalo sekarang lo kesini sama siapa?"
Dita menatap Rafa aneh. Apa pertanyaan ini penting untuk dijawab. "Jelas jelas gue kesini sama lo, masih nanya!"
"Yups! Kemarin lo kesini sama mantan sekarang lo kesini sama masa depan!"
Mendengar gombalan Rafa yang sedikit menggelikan. Dita menjulurkan lidahnya seolah ingin muntah karena tak tahan dengan gombalan Rafa.
"Kita mau nonton apaan?"
"Film dokumenter,"
Dita semakin tak paham dengan Rafa. "Hah?! emang ada film dokumenter yang tayang? Dokumenter apaan, ngaco!"
"Dokumenter keluarga bahagia kita nanti!"
Dita menoyor kepala Rafa. Takut jika otak nya semakin geser. "Sarap!"
"HAHAHAHA," Rafa tertawa renyah. Hari ini Rafa tidak hanya sering tersenyum namun ia juga tertawa. Dita bisa pasitikan kalau Lalak atau Hanan ada di sini sekarang, pasti sudah berteriak seperti kerasukan.
"Raf udahan, diliatin yang lain," kata Dita agar Rafa berhenti tertawa.
Entah mengapa ia sedikit tidak suka karena beberapa gadis bahkan ibu ibu yang ada di sana menatap Rafa secara terang terangan. Bahkan baru saja, nenek nenek yang lewat berbisik pada gadis disebelahnya, "Kamu kalo cari pacar yang kaya gitu dek,"
Dita kesal sendiri. Rafa memang benar benar narsis namun ia sembunyikan dengan rapi dibalik sifat dingin dan acuhnya. Bisa bisa nya ia membohongi publik.
"Rafa ayo buruan! Kita diliatin orang orang," bisik Dita pada telinga Rafa.
Rafa tiba tiba menoleh. Membuat jarak mereka hanya tersisa beberapa senti saja. Jantung Dita berdegup dua kali lebih cepat. Ia meneguk salivanya susah payah.
Rafa kemudian mendekatkan wajahnya, "Ngobrol bisik bisik seru juga Ta," bisiknya tepat di samping telinga Dita.
Dita membulatkan matanya dan mendorong bahu Rafa kebelakang. Menciptakan jarak diantara mereka. Jantungnya tidak kuat jika terus berlama lama dengan jarak sedekat tadi dengan Rafa.
Rafa menaik turun kan alisnya menggoda. Dita yang terkenal sebagai gadis judes, mandiri, dan galak. Kini Rafa akhirnya bisa melihat Dita sebagai gadis remaja biasa. Menggemaskan. Sangat.
"Lo gemesin," ucap Rafa tiba tiba
"Makasih." setelah mengucapkan itu Dita berjalan mendahului Rafa. Ia tidak mau Rafa melihat wajahnya yang sekarang terlihat seperti kepiting rebus.
Dita mulai sadar, Rafa seperti memiliki kharisma yang unik. Sekarang Dita jadi mengerti mengapa teman teman nya menggilai Rafa sampai sebegitunya. Meski tak setampan Galen, namun Rafa memiliki pesona yang khas. Sulit untuk menolak pesonanya yang hampir sempurna.
tbc
.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN WE BE TOGETHER?
Novela JuvenilSemesta memang selalu punya cara untuk mempertemukan orang-orang tak terduga. Pun juga dengan mudahnya menumbuhkan cinta tanpa kita tau kepada siapa. Jika bisa memilih, Dita tidak akan menaruh cinta pada Rafael. Atas pertemuan tanpa sengaja itu mala...