Part 14 [Stop suka sama gue, Rafa!]

45 15 3
                                    

"Andaikan kita nanti seamin, tapi kita udah ngga seiman,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andaikan kita nanti seamin, tapi kita udah ngga seiman,"


[Can We be Together?]
—Part 14—

Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Dita sudah menyelesaikan pekerjaan nya satu jam yang lalu namun masih enggan untuk tertidur.

Suasana hatinya hari ini benar benar naik turun. Perubahan mood nya yang amburadul juga disebabkan karena PMS, dimana kadar estrogen dan progesteron turun. Dan perubahan hormon ini bisa menyebabkan gejala emosional.

"Kenapa gue harus marah marah sih? Toh kalo di pikir pikir gue sebenernya biasa aja sama Rafa," Dita bermonolog

Ia teringat perkataan nya di ruang keluarga tadi. Menurutnya itu sangat berlebihan, apalagi ia sebenarnya belum menaruh rasa sama sekali untuk Rafa.

"Ah kebawa sensi aja kali ya. Kalo gini mulai besok gue harus jauh jauh dari Rafa, bisa aja gue tiba tiba sayang kan mampus,"

Tiba tiba sebuah panggilan masuk dari ponselnya. Dita segera mengangkatnya tanpa melihat nama yang tertulis di sana.

"Halo siapa?"

"Ini video call bego, gausah lo tempelin kuping!"

"Eh iya sorry," Dita kemudian menjauhkan ponselnya dari telinga.

"KAK RAFA?!" pekik Dita kaget

"Kenapa lo? Reaksinya gitu banget,"

"Ga ada, lo sendiri kenapa call gue?"

"Kangen," jujur Rafa

"Bullshit,"

Rafa terkekeh, "Gue beneran kangen sama lo tau Ta, masa lo engga sih?"

Dita menatap wajah Rafa yang ada di ponselnya. Wajah tampan itu, Dita benar benar menyadarinya sekarang.

"Gue engga,"

"Yah kok gitu sih Ta," Rafa mengerucutkan mulutnya. Lucu.

"Kalo ga ada yang penting gue matiin ya,"

"Besok gue jemput!"

"Eh ga—" panggilan di putus oleh Rafa sebelum Dita sempat menjawab nya.

Dita menatap langit malam yang semakin gelap. Suasana malam yang hening membuat nya teringat akan kenangan masa lalunya. Tentang seseorang yang sebenarnya sangat sangat ia rindukan. Namun tanpa Dita tau kenapa, orang itu pergi. Dan sampai kini ia seolah tak mau mengenal nya lagi.

"Pa, Dita kangen tau. Tapi papa terlalu brengsek buat di kangenin,"

Dita kemudian bangkit dan masuk ke dalam kamarnya. Ia belum mengantuk namun sepertinya sudah saatnya ia tidur.

***

Dita ikut bergabung di meja makan bersama mama dan adiknya. Tubuhnya tampak lesu.

"Mau makan Ta?" tanya mama

Dita menggeleng, "Engga, makan sekolah aja, ini nunggu Rafa,"

Mama menghentikan kegiatan nya yang sedang menata piring di rak. "Kan mama udah bilang kak, kalian jangan terlalu deket. Semakin deket kalian maka akan saling melukai,"

"Dita tau, tapi ga mungkin secepet ini kan ma Dita ngejauh, toh baru kemarin kita bener bener baikan dan ga saling marah marah,"

"Idih yang marah marah lo doang kali kak. Kak Rafa mah mana pernah, dia itu definisi kata sempurna tau," cibir Tera

Dita memutar bola matanya malas " Yaya serah lo deh, dasar PMR!"

"PMR? Apa hubungan nya sama PMR bego!"

"PMR; Pasukan peMuja Rafa!"

"Yeu,"

Suara mobil Rafa menghentikan obrolan kakak beradik itu. Dita segera berdiri kemudian berpamitan pada sang mama dan menghampiri Rafa.

"Pagi cantik!" sapa Rafa hangat.

"Hm,"

"Lo marah sama gue?"

Dita menggeleng, "Ga,"

"Lo kenapa ta?"

"Udah buruan jalan, keburu telat,"

Rafa mengangguk dan melajukan mobilnya. Sesekali ia menoleh kesamping.

Dita memang hobi marah marah tapi bukan seperti ini. Seingat Rafa kemarin hubungan mereka sudah ada kemajuan. Lalu mengapa hari ini tiba tiba menjadi ada kemunduran.

***

Mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah. Dita masih diam, tidak memulai berbicara juga sepertinya belum mau turun juga.

"Ta lo ga mau turun?" tanya Rafa

"Raf, gue mau ngomong,"

Rafa menoleh, "Kenapa Ta?"

"Lo suka sama gue?" tanya Dita serius

"Iya, kenapa? Tapi gue ga maksa lo kok kalo emang lo belum suka sama gue."

"Stop suka sama gue Raf,"

Rafa bingung dengan perkataan Dita, apa maksud Dita menyuruh nya berhenti menyukai nya, "Maksud lo Ta?"

Dita menarik napasnya dalam dalam "Kita ga seiman Raf,"

"So what? Gue ga peduli Ta kita ga seiman, yang penting kita bakal se amin,"

Dita menatap Rafa serius, "Kita gabisa, sekalipun gue sama lo sama sama suka, kita ga bisa Raf,"

"Gue bakal lakuin apa aja biar kita sama sama Ta,"

"Ngga Raf, yang perlu lo lakuin cuma satu; lo harus stop suka sama gue."

"Ta gue ga bisa, gue suka sama lo,"

"Diluar masalah kita yang beda. Lo harus inget kalo gue itu ga suka sama lo! Gue ga mau lo sakit hati kalo kelamaan kek gini!"

"Lo apaan sih Ta, kok lo ngantur perasaan gue?" Rafa sedikit tidak setuju dengan pendapat Dita.

"Raf denger! Kita baru kenal satu bulan oke, dan itu masi gampang banget kalo lo mau ilangin rasa suka lo ke gue,"

"Lo ga tau kan Ta, berapa lama gue nyimpen perasaan ini buat lo sampe akhirnya gue bisa secara terang terangan mutusin deketin lo."

"Berapa lama emang? 2 bulan? 3 bulan? 4 bulan, alah gausah cari alibi deh Raf, lo itu banya yang mau Rafa!"

"GUE SUKA LO DARI 5 TAHUN YANG LALU DITA!"

"SEJAK KETEMU LO DI HARI PERTAMA TERA LATIHAN!"

Dita membulatkan matanya, "Ga ga, lo ngaco sih ini, ngaco banget. Lo bohong!"

Rafa membuang napasnya kasar, "Buat apa gue bohong sama lo ta? Lo adalah cewe yang berhasil curi perhatian gue sejak orang yang gue suka ninggalin gue! Ya cuma lo Ta, cuma lo!"

Dita tertawa hambar, "Ngarang lo ga masuk akal!" ucapnya sambil menunjuk kepala.

Setelah mengucapkan itu Dita keluar dari mobil Rafa.

Rafa mengacak rambutnya. Apa masalahnya jika mereka tak seiman? Laki laki itu melajukan mobilnya keluar dari gerbang sekolah dengan kecepatan diatas rata rata.

Persetan dengan amukan papanya. Saat ini ia benar benar tidak bisa mengendalikan emosinya.


tbc





.

CAN WE BE TOGETHER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang