Prolog

279 41 12
                                    

•[Can We be Together?]—PROLOG—•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Can We be Together?]
—PROLOG—

Hari ini cuaca mendung. Mungkin sebentar lagi hujan akan turun. Tipikal bulan di akhir tahun. Siapapun akan malas jika disuruh untuk beranjak dari kasur. Sama seperti gadis yang tengah bersenandung kecil sembari berbaring.

"Kak, anterin adek taekwondo ya. Mama mau arisan RT dulu,"

Gadis itu mendengus, "Go car aja kenapa sih, aku males bangun sumpah ma,"

"Dita! Hemat! Wong kamu bisa nyetir mobil juga, pake gocar segala! Dipikir gocar ga mahal. Coba kamu bayang—"

"Shhh iya Dita anter, udah sana katanya mau arisan,"

Sang mama kemudian berlalu menuju kamarnya. Mungkin bersiap siap untuk menghadiri arisan RT. Sedangkan Dita dengan sangat terpaksa bangkit dan berganti baju.

"KAK CEPETAN WOY!" teriak Tera, adiknya

"Bacot lo ah, udah bagus nih dianterin," Dita kemudian menoyor kepala adiknya itu

"Yee ntar juga seneng, latihan nya hari ini di hotel soalnya,"

Dita membulatkan matanya, "Astaghfirullah!!"

Tera mengernyit bingung, sedetik kemudian menendang kaki kakaknya itu, "Pikiran lo sampe mana bego,"

"Ye gasopan lo! Ya kalo bilang hotel pasti gue mikir ke sono lah!"

"Yaudah ayo buru, gue udah mau telat nih!"

Dita mengangguk kemudian menuju garasi. Sebenarnya ia malas mengantar adiknya itu, tapi daripada Ibu Negara nanti mengeluarkan rap mematikan nya, maka Dita lebih memilih mengalah dan menunda bermalas malasan.

Didalam mobil tetes-tetes air hujan mulai memenuhi kaca depan. Hujan turun cukup deras. Seharusnya ia sudah menuju alam mimpi jika tidak mengantar adiknya.

***

Mereka telah sampai di hotel tempat Tera berlatih taekwondo. Melihat cuaca sore ini membuat Dita memilih untuk ikut masuk dan check-in. Alasan utamanya adalah untuk tidur.

"Lah lo ga balik kak?"

"Kaga lah mager, nanti masih jemput lo lagi. Gue mau check in ae lah. Ngantuk,"

Tera mengangguk, "Yaudah gue naik duluan, nanti lo jangan lupa kasi tau kamar lo!"

"Njih ndoro,"

Tera kemudian berlalu meninggalkan Dita yang sedang memesan kamar. Sebenarnya boleh jika ingin menunggu sambil melihat latihan. Tapi memang dasarnya pemalas, susah.

Setelah selesai memesan kamar, Dita buru-buru naik menuju kamarnya. Baru saja ia keluar dari lift, ponselnya bergetar.

Adek rese is calling...

"Halo, kenapa lagi?"

"Kak tolong pelindung tangan gue ketinggalan di mobil,"

"Bangke lo! Males banget, ambil sendiri sono!"

"Janji jiwa,"

"Mantap, otw bos," kemudian Dita menutup telepon nya.

Dengan segera ia kembali lagi ke parikiran untuk mengambilkan pelindung tangan milik adik tersayangnya itu. Ia kembali menghubungi adiknya setelah menemukan apa yang ia cari.

"Woy latihan lo dimana?"

"Lantai paling atas samping gym,"

"Belok kanan kiri ga?"

"Ngga, disini cuma ada 2 ruangan. Buruan kak!" Tera menutup panggilan sepihak.

"Ye asu malaikat menilai akhlak lo sangat buruk," Dita bermonolog.

Ia kemudian naik lift menuju ke tempat latihan Tera.

Sampai di lantai 12, Dita langsung di sambut oleh para laki-laki yang sedang nge-gym.

"Allahuakbar zina mata!" kaget Dita sambil menutup mulutnya.

"Zina mata tapi yang di tutup mulutnya," cibir seseorang dibelakangnya.

Belum sempat Dita membuka mulut untuk membela diri, laki-laki itu sudah keburu menjauh dari hadapan nya.

"Kece juga,"

***














.

CAN WE BE TOGETHER?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang