•
[Can We be Together]
—Part 19—
•Rafa sudah membereskan mejanya bahkan bel pulang masih butuh sekitar 10 menit lagi untuk berbunyi. Rafa ini tipikal anak nakal tapi rajin. Selalu membawa buku pelajaran secara lengkap dan rapi.
"Lo mau cabut kemane Raf? Udah rapi bener tu meja gue liat liat," celetuk Galen yang duduk semeja dengan Rafa.
Rafa tidak menjawab, memilih fokus dengan penjelasan guru di depan. Masalahnya jika ia menimpali Galen, tidak akan ada habisnya nanti.
Galen mencolek bahu Nathan yang duduk tepat di depan nya, "Psstt psst nyet,"
Nathan menoleh dan menaikkan alisnya seolah bertanya ada apa. Galen kemudian menunjuk Rafa menggunakan dagunya. Orang yang sudah berteman dekat biasanya sering mengobrol dengan bahasa tubuh. Buktinya, Nathan langsung paham dengan maksud Galen.
Nathan yang mengerti maksud Galen, kini juga menatap Rafa bingung, "Mau kemana lo?"
Rafa masih diam. Kalau ia jawab pasti habis dirinya di jadikan bahan ejekan teman teman nya. Seperti tidak tau watak Galen dan Nathan saja.
"Nath, kita ada janjian habis ini?"
Nathan menggeleng, "Kaga dah kek nya, gue habis ini ada bimbel, lo berdua juga kan?"
Galen nampak berfikir. Benar juga apa yang di katakan Nathan. Mereka memang akan ke suatu tempat tapi itu bimbel, tidak mungkin jika Rafa se-excited ini.
"Kan kaga mungkin juga tu bocah semangat banget kalo cuma berangkat bimbel," gumam Galen.
Nathan yang tidak terlalu peduli dengan urusan Rafa kembali memperhatikan papan tulis. Senakal nakal nya murid tetap harus belajar bukan?
***
Bel pulang akhirnya berbunyi. Rafa langsung menyaut tas nya dan mengambil langkah cepat agar sampai di kelas Dita sebelum gadis itu keluar dan kabur.
"Woy Raf! Mau kemana?!" teriak Galen melihat Rafa yang hendak keluar kelas dengan buru buru
"Nonton!" balas Rafa dengan suara tak kalah keras.
"Asik ayo Nath buruan beres beresnya,"
"Sama Dita!" sambung Rafa.
Galen berhenti memasukkan buku dan alat tulis nya ke dalam tas, "Yah, yaudah deh Nath sante aja gausah buru buru." ucap Galen kecewa.
Nathan menggelengkan kepala melihat Galen yang terlalu ke-pd an lalu langsung dijatuhkan ekspetasinya di menit itu juga.
"Makannya gausah sok tau! Malu kan," ejek Nathan.
Galen mendengus, "Ya beginilah hidup sahabat. Tidak mungkin ada hal bahagia yang datang tiba tiba, semua butuh proses dan usaha." entah dari mana asal kata kata puitis yang Galen katakan barusan.
"Eits satu lagi Len, jangan over confident HAHAHA!" sambung Nathan.
Galen menonjok bahu Nathan pelan, "Sialan lo nyet!"
***
Dita masih menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Anak ini tidak akan bisa menahan rasa kantuknya sama sekali. Kalau ngantuk ya tidur.
"Ta, woi udah bel!" Lalak berusaha membangunkan teman nya itu. Benar kata Mama Dita dan Tera yang memberikan cap 'kebo' untuknya. Dita memang benar benar menjalankan dengan baik julukan itu.
Rafa yang melihat kelas Dita sudah tidak ada gurunya langsung masuk begitu saja. Kehadiran Rafa membuat murid yang ada di kelas kaget dan menjadikan nya pusat perhatian. Bagaimana tidak, seorang Rafael Damar yang digandrungi siswi seantero sekolah tiba tiba masuk kelas 11 dan berjalan di hadapan mereka.
Dengan cepat mata elang Rafa menangkap sosok Dita yang masih tertidur di bangku pojok. Meja yang sama seperti biasanya.
"Ta bangun," Rafa menggoyang goyangkan bahu Dita pelan.
"Ngghh," bukan nya bangun, Dita malah semakin membenamkan wajahnya, mencari posisi paling nyaman untuk tidur siang nya.
Rafa memajukan wajahnya mendekat ke telinga Dita, "Bangun, kebo." bisik Rafa tepat di telinga gadis itu.
Dita terlonjak kaget. Mata nya terbuka sempurna, masih merah dan bengkak, khas orang bangun tidur.
Ia mengucek matanya. Menghilangkan rasa kantuk yang tersisa. Tangan nya mengelap sudut bibir yang sedikit berair itu.
"Lo ngiler ya Ta," ejek Rafa yang melihat ada bekas cairan mengering disana.
Dita menutup wajahnya malu, "Apaan sih lo Raf! Udah gue mau ke kamar mandi!" Dita kemudian bangkit dan buru buru keluar kelas menuju ke kamar mandi.
"Bisa bisa nya gue sampe ngiler!" Dita merutuki kebodohan nya sendiri.
"Lo ngiler juga tetep cantik Ta!" sahut seseorang di belakang nya.
Langkah Dita berhenti, ia membalikkan tubuhnya menghadap ke sumber suara, "Gausah ngaco deh yan!"
Fian terkekeh sambil mengacak rambut Dita, hal yang dulu selalu ia lakukan tetapi sudah jarang belakngan ini, "Siapa yang ngaco sih Ta? Lo mau ileran beleran juga tetep cakep,"
"Stop ya yan, nanti kalo ada yang liat gimana? gue ga mau dikira pelakor sama cewe lo!"
"Lah alay lo ah, siapa coba yang berani bilang lo pelakor? Gue tandain!"
Dita berdecak sebal, mantan nya ini sama sekali tidak paham situasi. Bisa saja kan ada yang melihat interaksinya dan berspekulasi yang tidak tidak terhadap mereka. Ditambah dengan gosip yang sedang berhembus mengenai dirinya yang sedang dekat dengan Rafa.
"Ta buruan ke kamar mandi, katanya mau nonton," ujar Rafa yang tiba tiba datang dan berdiri di samping Dita.
Fian tersenyum kecut, "Gue duluan deh Ta kalo gitu, have fun ya kalian!"
Dita menatap Fian yang semakin menjauh. Perasaan nya masih nano nano. Ada rasa sedih juga kehilangan yang datang bersamaan, kini semakin jelas jika kisah mereka sudah usai.
"Udah gausah galau, kan kita mau nonton,"
Dita tersenyum pada Rafa, "Gue ke kamar mandi dulu," gadis itu kemudian berlalu dari hadapan nya.
"Lo belum bisa move on ya ta?" tanya Rafa namun dengan suara berbisik yang tidak mungkin akan di dengar Dita.
Mengejar Dita ternyata sulit. Bukan karena subjeknya saja namun juga hal hal di sekitar mereka yang seolah mengatakan bahwa ia dan Dita tidak bisa bersama.
Namun mencintai itu di luar kendali. Jika Rafa bisa memilih dan mengendalikan perasaan nya, ia akan buang jauh jauh nama Dita.
Sejak dulu, semakin ia ingin melupakan gadis itu, semakin ia penasaran dan mencari tau tentang nya. Bukan rasa penasaran yang terobati tapi malah luka hatinya yang perlahan pulih. kini ada 3 hal yang mengganggu pikiran Rafa; Dita, masa lalunya, dan semesta.
[tbc]
Heyyoo welkambek!!
Baru syibuk gais sama olshop jadinya ini dianggurin:( tapi aku kangen sama Rafa jadinya mampir wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN WE BE TOGETHER?
Teen FictionSemesta memang selalu punya cara untuk mempertemukan orang-orang tak terduga. Pun juga dengan mudahnya menumbuhkan cinta tanpa kita tau kepada siapa. Jika bisa memilih, Dita tidak akan menaruh cinta pada Rafael. Atas pertemuan tanpa sengaja itu mala...