♪ e i g h t ♬

114 23 0
                                    

Seperti janjinya kemarin, Yedam pun menemani Chaehyun. Keduanya pergi ke alun-alun kota, untuk mencari referensi tema yang unik untuk tugas ekskul Chaehyun.

Gadis itu terlihat sangat antusias. Dengan sebuah color note yang sering ia bawa, juga kamera kesayangannya, Chaehyun begitu bersemangat.

Sebentar-sebentar, gadis itu menjepret apa pun yang ia lihat dan ia anggap menarik.

Yah, Yedam mau melarang sih. Tapi, dia tidak mau merusak kesenangan sahabatnya. Apalagi, Yedam tahu betapa cintanya Chaehyun pada fotografi.

Toh kalau memori kameranya habis pun, bisa langsung beli lagi. Sekalipun belum bekerja, Chaehyun sudah kaya.

"Chae, capek nih. Minum dulu yuk?" ajak Yedam sambil memayungi wajahnya dari panas teriknya matahari.

Wajah pemuda itu memerah, dan keringat bercucuran. Padahal ini baru jam 8 pagi. Yah, sudah lewat beberapa menit sih.

"Capek ya istirahat dong." kata Chaehyun tanpa mengalihkan pandangannya dari hasil jepretannya di kamera.

Senyumnya mengembang. Tak bisa ia pungkiri, jika dirinya memang berbakat hingga ini bisa membuat puas hatinya.

"Liat deh," Chaehyun pun menunjukkan hasil fotonya pada Yedam.

Laki-laki itu tersenyum simpul. "Keren." komentarnya singkat.

Senyum Chaehyun semakin sumringah. Ia mengangguk-angguk kecil dan mengucapkan terima kasih pada sahabatnya itu.

"Ayo, duduk yu!" ajak Yedam sekali lagi. Dan kali ini, Chaehyun menurut. Keduanya berhenti disebuah kafe bertemakan outdoor-indoor. Kemudian mereka duduk di salah satu meja disana.

Seorang pelayan perempuan menghampiri mereka.

"Mas sama mbaknya, mau pesan apa?" tanya pelayan itu, bersiap mencatat pesanan.

"Saya mau ngedate sama mbaknya aja, gimana?"

Chaehyun memutar bola matanya. Biasa, pikirnya malas. Sementara reaksi pelayan itu hanya tertawa kecil, tanpa menjawab apa-apa.

"Saya serius loh mbak." ujar Yedam.

Chaehyun semakin geram. Padahal tadi berisik minta minum, sekarang malah sibuk gombalin mbak-mbak kafe.

"Haha, enggak deh mas. Saya udah ada," balas si mbak yang kelihatannya jauh lebih tua dari mereka.

"Yah," Yedam menghembuskan nafas lesu.

Chaehyun lalu memukul kepalanya dengan sendok. "Buru pesen, jan bikin lama! Dasar alligator rawa!" omelnya.

"Ck! Iya iya!"

Lalu mereka mulai memesan masing-masing. Tapi, ketika mbak pelayan itu mau pergi Yedam kembali menghentikannya.

"Mbak, seenggaknya simpen nomor saya ya? Biar kalo putus sama pacarnya, mbak bisa langsung kasih tau saya." ujarnya memelas.

Mbak pelayan itu terlihat iba, namun Chaehyun hanya bisa menghela nafas jengah.

"Nyesel gue ngajak ni orang." desisnya sebal.

























































Mereka sudah pergi dari kafe tadi. Yedam pun terlihat bahagia ketika melanjutkan perjalanan mereka.

Dengan usaha yang gigih, pemuda itu berhasil bertukar nomor dengan mbak pelayan kafe tadi. Begitu senangnya ia, apalagi si mbak cantiknya bukan main.

Orangnya juga terlihat ramah dan baik hati.

Yedam sedikit terbayang, bagaimana jadinya jika ia dan si mbak tadi pacaran.

Sedangkan Chaehyun cuma bisa menghela nafas berat berkali-kali. Rasa malunya memuncak, ketika para pengunjuk kafe yang lain memperhatikan mereka.

"Bikin malu lo." sinisnya melirik sosok Yedam yang tengah berbunga-bunga sendiri.

"Mbak Xiaoying~" gumam Yedam tanpa memperdulikan Chaehyun.

Mendengar itu Chaehyun tiba-tiba merasa mual. Sedikit illfeel, apalagi Yedam salah menyebutkan nama mbak pelayan tadi.

"Xiaoting goblok!" ralatnya sensi.

Yedam mendelik. "Yaudah sih, suka-suka gue!" balas Yedam tak kalah sensi.

Keduanya saling mendengus lalu kembali pada kegiatan masing-masing.

Chaehyun agak kesal, rasa malunya belum juga hilang. Masih terbayang, bagaimana beberapa pengunjung kafe yang beranggapan jika dirinya dan Yedam adalah sepasang kekasih.

Yang masalah memang bukan itu, tapi banyak yang beranggapan jika Chaehyun bukan kekasih yang baik sehingga Yedam beralih ke perempuan lain.

Chaehyun kesal karenanya. Memangnya, dia kelihatan seperti gadis yang seperti itu? pikirnya kesal.

Gadis itu menghembuskan nafas gusar. Ia pun mengangkat kembali kameranya untuk mengambil beberapa gambar, berusaha mengalihkan pikirannya dan mencari cara agar moodnya membaik.

Tapi ketika matanya menatap lurus melewati lensa kamera, ia menangkap sosok yang familiar.

"Jake?" gumam Chaehyun.

Gadis itu menemukannya, Jake, dengan serombongan anak-anak. Tengah bermain, dan berjalan bersama-sama dengan riang.

"Lah, si Jake kan?" Yedam juga menyadari keberadaannya.

Chaehyun pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Gadis itu tak menurunkan kameranya dan malah mengambil momen-momen itu. Momen ketika Jake tertawa riang dengan anak-anak kecil yang bersamanya.

"Buat apaan?" tanya Yedam menciduk kegiatannya.

Chaehyun tiba-tiba gugup."Eh anu, gue.. gue," gadis itu memegang kameranya erat.

Yedam pun menggeleng-gelengkan kepalanya."Kek sesaeng fans di Korea lu, ngambil foto diem-diem."

"Ih kok gitu!" protes Chaehyun.

"Lah bener kok!" Yedam pun beralih ke depan, lalu melakukan sesuatu yang tidak pernah Chaehyun bayangkan.

"Jake!!"

Ya, Yedam memanggil pemuda itu.

It's so Hurt[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang