♪ e i g h t e e n ♬

62 13 0
                                    

"Chaehyun!"

Chaehyun yang tengah ada diparkiran saat itu berhenti melangkah.

Ia lantas memukul kepalanya sendiri.

"Apa sih?!? Kenapa yang kedengeran suara Jake mulu?!" gumamnya menggerutu.

Tapi, itu bukanlah hanya khayalan atau suara dalam pikiran semata. Itu benar-benar Jake.

"Yaelah, gue cariin juga." Jake menggerutu lalu melangkah ke hadapan Chaehyun yang membelakangi tubuhnya.

"Elu kemana? Terus, kenapa sekarang susah banget diajak ngobrolnya?" tanya Jake tiba-tiba, memberondongnya.

Chaehyun terdiam. Menimbang, apakah harus melakukan hal yang sama seperti tadi pagi atau bagaimana. Jake pun terlihat ingin segera mendapatkan jawaban.

Tapi Chaehyun malah tersenyum sinis."Heuh? Kenapa lo nyari-nyari gue?" tanyanya dengan nada yang membuat Jake tiba-tiba merasa tak enak.

Dia juga agak tidak percaya jika ini adalah Chaehyun yang ia kenal.

"Eh...anu, itu...gue ada salah ya sama lo?" tanya Jake.

Jake terlihat berhati-hati. Ia mungkin takut jika benar-benar memiliki kesalahan yang tak ia sadari pada gadis yang kini berada di depannya.

Sedangkan Chaehyun malah tertegun sendiri.

"Kalo ada, tapi gue lupa, gue minta maaf Chae. Apapun kesalahannya, gue yakin gue gak sengaja ngelakuin itu. Dan gue janji gak akan kayak gitu lagi." ujar Jake kemudian karena Chaehyun tak juga bicara.

"Chae?"

Chaehyun merasa bersalah. Ia sangat egois. Memang sesempurna apa dirinya sampai berharap Jake hanya memandangnya saja? pikir Chaehyun menyesal.

Ia menunduk, dan memilin ujung kacunya yang panjang.

"Sorry Jake, mood gue lagi buruk. Kalo mau ngobrol kapan-kapan aja. Atau lo bisa chat gue aja. Gue mau pulang." Chaehyun berbalik dan berlari dari parkiran, tanpa mendengar apa-apa lagi dari Jake.

Entah itu jawabannya atau apapun.





















































Ketika pulang kerumah, Chaehyun tak membuka sepatunya dan langsung berlari ke dalam rumah.

"HUWAAAA MAMAAHHHHH!!!" tangis Chaehyun pecah.

Ia berlari kedapur dan mendapati mamahnya ternyata ada dirumah.

Keduanya sama-sama terdiam. Bengong dengan apa yang baru saja terjadi. Mamah Yujin yang terkejut melihat putrinya pulang-pulang nangis beler, sedangkan Chaehyun terkejut karena ia terciduk nangis seperti bayi oleh ibunya.

"I-iya, ke-kenapa?" tanya mamah Yujin tersadar, ia menatap putrinya dengan senyuman aneh.

Tapi tiba-tiba Chaehyun kembali berteriak sambil menangis keras.

"HUWAAAA MALUUUU!!!" sebelum ia jatuh terduduk dan menyembunyikan wajahnya diantara lutut dan menangis disana.

Mamah Yujin kembali terkejut, namun kali ini mendekati putrinya.

"Kenapa sayang, hmm? Siapa yang bikin anak mamah yang cantik ini nangis?" tanya wanita itu lembut.

Ia menepuk-nepuk pundak kecil Chaehyun yang bergetar. Membantu putrinya bangkit dan membawanya untuk duduk dikursi meja makan. Tangan kirinya terus mengusap pucuk kepala Chaehyun.

"Kenapa sii cantiknya mamah? Coba dong, sini cerita. Beban banyak tuh kalo udah gak kuat, ya ceritain aja. Sini ngomong sama mamah." ujar mamah Yujin yang membuat Chaehyun berhambur pada pelukan hangat sang ibu.

"Cha-Chae...Chae mau...huks..ce-cerita..." isak Chaehyun lalu mulai bercerita banyak hal.

Terutama apa yang membuatnya menjadi sedikit menyebalkan akhir-akhir ini. Perasaannya juga tentang Jake.

Semuanya, semua yang ia alami beberapa waktu terakhir.

Tapi setelah selesai bercerita pun, tak lantas membuat Chaehyun merasa tenang. Tangisnya tetap sama seperti sebelum ia bercerita pada mamahnya. Ia gugup menunggu ibunya berkomentar.

Sedangkan Yujin, mendengarkan dengan seksama. Permasalahan putrinya memang cuma masalah sepele, tapi sebagai seorang ibu ia harus menanggapinya dengan bijak dan tidak salah tangkap. Agar tidak membuat contoh yang buruk juga.

Yujin pun tetap mengelusi pucuk kepala Chaehyun. Ia melirik putrinya yang kini menatapnya dengan penuh harap. Ibu tiga anak itu lantas menghela nafas.

"Kamu bener, kamu egois buat hal ini Chae." itulah kalimat pertama yang ia ucapkan setelah terdiam cukup lama.

Chaehyun pun menganggukinya dengan antusias. Hal yang dikatakan mamah nya tak membuat Chaehyun merasa kecewa karena tidak dibela atau semacamnya. Ia justru senang karena ibunya jelas sepemikiran dengan dirinya.

"Dan...itu gak bagus ya mah?" tanya Chaehyun takut-takut. Yujin pun mengangguk tegas.

"Kecuali," Yujin terdiam sejenak,"Kamu sama dia punya hubungan yang jelas, dan kalian udah sepakat buat gak biarin satu sama lain ngerasa sakit atau cemburu." tutur Yujin serius.

Chaehyun pikir, bukan dia saja yang punya masalah hati seperti ini.

"Te-terus, Chae harus gimana mah? Hiks."

Yujin memutar otaknya. Ia juga bingung. "Hmm, harus gimana ya?"

"Chae, emangnya Chae beneran suka sama cowok itu?" tanya Yujin lagi dengan serius. Chaehyun tak menjawab. Sesungguhnya Chaehyun tak paham dengan apa yang terjadi.

"Chae gak tau." jawab Chaehyun seadanya.

"Chae gak paham mah, Chae gak ngerti, HUWAAAAAAAA!"

Chaehyun menangis lagi, kali jauh lebih keras. Hingga dua adiknya terbangun dan turun dari kamar mereka ke lantai bawah.

"Kak Chae gede-gede kok nangis gitu sih?" tanya Sunoo keheranan.

Chaehyun yang sedang sensi menatapnya sinis."Emang kalo udah gede gak boleh nangis gitu?!" tanyanya balik dengan wajah sinis.

Sunoo terkejut karena baru pertama kali bertemu Chaehyun mode seram begini. Ia bahkan bersembunyi dibelakang tubuh Dayeon yang memang lebih besar darinya.

Dayeon juga ikut-ikutan ngeri.

"Balik ke kamar aja yuk?" ajak Sunoo berbisik.

"Hitungan ke tiga, let's go!" belum juga berhitung, Dayeon sudah berlari lebih dulu sambil mentertawakan Sunoo yang lagi-lagi terkena tipuannya.

"AAAAHH! DAYEEOONN!!" rajuk bocah itu.

It's so Hurt[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang