♪ t w e n t y ♬

63 14 0
                                    

"Sunoo, Dayeon, kalian belum nge...ve-e-lo-k lagi??" Bahiyyih, menoleh ke belakang, dimana meja Dayeon dan Sunoo berada.

Keduanya reflek menggelengkan kepala. Hari ini, duo kembar yang biasanya ribut terus, begitu senyap dan tenang. Seperti bukan mereka yang cerewet.

Sunoo bahkan dengan lesu menjatuhkan kepalanya dan menelungkup dimeja.

Dajeong yang memang duduk disamping Bahiyyih ikut berbalik dan menggenggam tangan Dayeon hingga gadis kecil yang tengah menunduk dalam itu, mengangkat kepalanya menatap Dajeong.

Dajeong menurunkan senyumannya.

"Dayeon lagi sedih ya?" terka anak itu.

Dayeon lantas menganggukkan kepalanya.

"Mamah sama kakak sekarang keliatan sedih terus, jadi aku juga ikutan sedih." ujar Dayeon ikut menumpukkan kepalanya diatas meja dengan kedua lengan sebagai bantalan.

Kedua anak kecil itu terlihat benar-benar sedih.

"Anak-anak," Bahiyyih dan Dajeong kembali menoleh ke depan saat mendengar suara yang menginterupsi di depan kelas.

Rupanya, itu adalah wali kelas 5-B.

"Hari ini, Bu Mimi gak masuk ya anak-anak. Beliau ada kepentingan diluar kota. Jadi, hari ini kelas kalian digabung sama kelas 5-B, dan kita mau baca buku di perpustakaan. Yuk!" ajak wanita muda yang sepertinya akan menjadi pengganti sementara wali kelas mereka.

Anak-anak itu pun, keluar dari zona nyaman---kursi---mereka, dan pergi mengikuti guru tersebut.

Sesekali mereka bercanda satu sama lain selama perjalanan menuju perpustakaan yang cukup jauh dari ruang kelas 5-A.

Selama perjalanan itu pula, Dayeon, Dajeong dan Bahiyyih terus berpegangan tangan. Sedangkan Sunoo dibiarkan berjalan dengan mata berkaca-kaca dibelakang mereka.

Lalu seketika Dajeong berbalik."Sunoo sinii, jalannya deket Cheong." ya, Dajeong masih belum fasih dalam mengucapkan beberapa kata terutama namanya dan semua kata yang berawalan huruf 'J' atau 'G'.

Dan posisi mereka saat ini, adalah Dajeong disamping kanan, Bahiyyih disamping kirinya serta Dayeon yang diapit oleh kedua bocah itu. Sedangkan Sunoo? Dia berada di belakang.

Sunoo, meski mau, tapi kalah oleh gengsi. Dia malu pada anak-anak kelas lain kalau berjalan bergandengan tangan dengan anak perempuan selain Dayeon.

Bahkan dengan Dayeon pun, bocah tampan bermata rubah itu kadang enggan.

Ia membuang pandangan dan mendengus."Gak mau!" tolaknya mentah.

Dajeong menggaruk kepalanya pelan."Okeeh." lalu gadis itu kembali menghadap ke depan, dan berbincang seru dengan Dayeon dan Bahiyyih yang lebih cerewet.

Sunoo menghela nafas.

"Ish! Malu tau!" bisiknya sebal.

Dasar anak-anak :)

















































Pukul 11.45, anak-anak sekolah dasar itu sudah pulang. Mereka berjalan ramai menuju ke gerbang sekolah.

"Dayeon! Sunoo!" seru Soobin sambil melambaikan kedua tangannya kelewat heboh pada kedua adik sepupunya.

Padahal, dengan tinggi badannya yang seperti itu, anak-anak sudah bisa melihatnya yang nongkrong di dekat motornya dengan jelas.

Memang kebiasaan Soobin. Malu-maluin.

"Widih, pulang sekolah mah beda nih auranya." gurau Soobin sambil terkekeh mendapati wajah datar Dayeon dan Sunoo. Mereka benar-benar kompak.

Laki-laki itu terkekeh sedikit lebih keras."Ayok tos dulu!" lalu ia menjulurkan kepalan tangannya, yang dibalas kepalan tangan pula oleh Dayeon dan Sunoo bergantian.

"Oke, let's gow kita puulaaaangg!!" katanya bersemangat.

Setelah adik-adik sepupunya naik ke atas jok motor, motor Soobin melaju meninggalkan area depan sekolah. Melaju dengan ringan, membuat angin sepoi-sepoi menerpa wajah masing-masing penumpangnya.

Soobin melirik ke kaca spion, sebentar-sebentar namun berkali-kali. Rasanya, kali ini ada yang beda.

"Cil? Tumben diem-diem ae?" tanyanya heran.

Dayeon yang duduk dibelakang menggelengkan kepalanya pelan.

Sedangkan Sunoo terlihat makin murung dari sebelumnya. Ia pun menarik sedikit kain jaket yang Soobin pakai.

"Ape?"

"Bang Subin,"

"Hmm, ape??"

Dayeon melirik Sunoo, sedangkan adik kembarnya itu tengah menimbang sesuatu dalam kepalanya.

"Bang,"

"Hhiiihh! Iye ape??!?" tanya Soobin greget sendiri.

Ia sempat melirik Sunoo tajam yang dibalas dengan tatapan takut oleh si empunya, sedangkan Dayeon memelototkan matanya tak suka.

Buset, buset. Tuh bocil apa Susanna?

Batin Soobin ngeri.

Soobin pun menghela nafas guna menahan emosinya yang kadang suka kebablasan sendiri.

"Oke Cil, mau ngomong apa lu?" tanya Soobin terdengar lebih lembut.

Sunoo mengangkat kepalanya yang tertunduk. Matanya berkaca-kaca. Melihat itu dari kaca spion, Soobin melemah. Kasihan melihatnya.

"Se-sebenernya, papah kemana bang?"

Motor Soobin tiba-tiba oleng. Jelas saja, yang mengendarainya sempat hilang fokus tadi. Tapi untunglah, Soobin jago mengatasinya hingga kondisi aman terkendali.

Namun meski begitu, ini tak aman untuk Soobin dan kedua keponakannya.

"Cil, jangan sembarangan nanyain soal itu ya? Apalagi di depan mamah kalian."

Baik Dayeon maupun Sunoo menunduk dan mengangguk paham. Soobin tersenyum kaku.

"Karena walau dijelaskan pun, ini bukan waktunya kalian buat paham masalah kayak begitu."

"Intinya aja nih, jangan pernah tanyain soal itu lagi. Paham?"

Lagi, keduanya mengangguk patuh.

It's so Hurt[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang