♪ s i x t e e n ♬

61 18 0
                                    

Chaehyun tengah melamun diteras rumahnya kini. Sedangkan di dalam rumah, teman-teman Dayeon dan Sunoo ramai bermain dan makan.

Chaehyun tentu sudah mempersiapkannya. Ngomong-ngomong, ini hari sabtu. Awalnya, Chaehyun ingin pergi dengan Yedam, mengantar cowok itu membeli sepatu dan sekalian jalan-jalan. Tapi, Yedam malah membatalkannya karena ada janji lain.

Jadilah, Chaehyun hanya melamun sekarang.

Yah, sebenarnya bukan masalah batal pergi dengan Yedam juga yang ia pikirkan. Chaehyun justru sedang memikirkan dirinya sendiri. Tentang apa yang sedang terjadi padanya beberapa hari ini.

"Kak Chae kenapa sih?"

"Gak tau, coba Dayeon tanyain."

"Sunu aja!"

"Kak Chae kayak lagi galau." celetuk Bahiyyih. Dayeon, Baekseung, Sunoo, Dajeong, Hyewon dan Yubin menatap anak perempuan itu polos.

Bahiyyih sendiri membuat ekspresi wajah serius yang begitu lucu.

"Kayak abang Kai." katanya sambil mempertahankan ekspresi seriusnya.

"Abang Kai kenapa galau?? Kakak Chaehyun juga, kenapa galau?" tanya Dajeong penasaran.

"Iya, kenapa??" imbuh Hyewon.

Kali ini, Bahiyyih juga kebingungan."Gak tau, mikirin pa-ca-r-nya mungkin!" jawab bocah itu sedikit kesulitan untuk mengeja kata 'Pacar'.

Menggemaskan.

"Pacar itu...apa?" tanya Yubin. Bahiyyih sangat antusias ketika Yubin bertanya.

"Pacar itu..!" Mulut Bahiyyih terbuka, namun tak sepatah kata pun keluar. Ia yang tadinya terlihat begitu yakin seketika jadi ragu.

Bahiyyih menggaruk kepalanya."Apa ya?"

Dayeon menepuk dahinya dan menggeleng tak percaya.

"Kalian ngapain disitu?"

Bak terciduk, anak-anak itu langsung berlari berhamburan ke dalam rumah meninggalkan Chaehyun yang kebingungan. Lalu merusak kesenangan Yeseo, Taki, Sein dan Kio hingga terdengar tangis Sein yang begitu kencang.

Kali ini, Chaehyun yang menepuk dahinya, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Niat hati mau pikiran jernih, ini malah tambah runyam.























































Hari minggu itu, Yedam dan Chaehyun sudah rapi dengan setelan seragam cokelat mereka. Tak lupa memakai kacu, juga Bantara yang sudah mereka dapatkan dengan penuh kerja keras.

Tentu saja, mana mungkin Chaehyun dan Yedam tidak memakainya. Balok berwarna hijau seharga sebesar dua puluh tujuh ribu rupiah itu, mampu membuat Chaehyun meriang sehari-semalam setelah berkemah hanya untuk mendapatkannya.

Balok itu dipakai di bahu, dan setiap melihatnya di cermin, Chaehyun selalu teringat dengan kerja kerasnya kala itu.

Chaehyun pun melangkah keluar kamar, didapur ia mendapati mamahnya tengah membuat sarapan. Tidak biasanya mamahnya ada dirumah hari minggu pagi ini.

"Loh kak? Kok masih sekolah?" tanya mamah Yujin.

Chaehyun duduk dikursi makan, dan memakan sarapannya dengan cepat. Ia sudah mendengar suara motor yang berderu, artinya Yedam sudah siap berangkat.

"Heum, hahu mahu phamukha mah." Chaehyun menelan kunyahan makanannya lalu meminum segelas susu hangat yang juga disiapkan mamahnya.

"Chaehyun berangkat ya! Dadah mamaaah!" pamit Chaehyun, bersalaman dan langsung berlari keluar rumah.

Gadis itu terkejut ketika mendapati kedua adiknya justru tengah asik memainkan kubangan air didepan rumah.

"Heh! Jangan maen air itu! Kotor!!" pekik Chaehyun dan kembali berlari-lari menghampiri Dayeon dan Sunoo.

Umur mereka 11 tahun, tapi  mereka masih sama dengan ketika berumur 4 tahun. Pakaian keduanya basah, dan tangan mereka berlumuran lumpur.

"Aduh, jadi kotor kan." keluh Chaehyun.

Sang kakak mengambil sesuatu dari tas nya. Sekotak tisu. Chaehyun memang biasa membawanya. Dia yakin, akan selalu membutuhkan benda itu. Dan benar saja.

Gadis itu mengeluarkan beberapa lembar tisu dan mengelap kedua tangan Dayeon serta Sunoo secara bergantian.

Ia tersenyum."Nah dah bersih. Cuci tangan lagi sana, abis itu sarapan ya? Mamah masak makanan enak tau!" ujar Chaehyun membuat adik-adiknya tertawa riang.

"Yeay! Sarapan!!"

"Yang sampe duluan, jatahnya boleh nambah!" seru Dayeon lalu berlari lebih dulu membuat Sunoo panik sambil menjerit-jerit meminta Dayeon berhenti berlari.

Chaehyun tertawa pelan. Kedua adiknya itu memang memiliki tingkah yang unik.

"Chae!"

Chaehyun menolehkan kepalanya, diluar gerbang rumah, Yedam duduk diatas motor maticnya yang masih menderu.

"Oke!" balas Chaehyun paham.

Ia pun segera keluar rumah dan langsung naik di jok belakang motor Yedam. Mereka pun meluncur ke sekolah.

It's so Hurt[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang