Pagi ini Realine atau Rea sudah berdiri di sebuah kantor besar di Jogja. Hari ini adalah hari pertamanya training kerja di bagian divisi keuangan. Rea memang baru lulus dari SMK beberapa bulan yang lalu, dia tidak melanjutkan kuliah karena memang keinginannya. Untung saja dia diterima kerja di kantor ini walaupun sekarang sedang training dulu.
"Huh, susah ya kalau jadi orang introvet. Udah panas dingin duluan sebelum maju berperang," gumam Rea sembari memegangi tas kecil yang berisi make up dan makan siangnya.
Mau tidak mau, Rea yang sangat pemalu itu melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam kantor. Sewaktu interview kerja kemarin Rea juga merasakan hal yang sama. Sangat gugup dan takut, apalagi dia yang selama ini merasa lebih nyaman jika sendirian. Mungkin orang-orang intorvet di luaran sana juga merasakan hal yang sama seperti Rea.
"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" Rea dihadang oleh seorang pria muda memakai jas dan tampan, mungkin karena melihat Rea kebingungan.
"Eh, itu, Mas, saya anak traning divisi keuangan yang baru masuk hari ini." Rea sempat kebingungan saat mengatakannya.
"Oh, mari saya antarkan ke ruangan," ujar pria itu sembari membawa Rea ke dalam.
Entah hanya perasaan Rea saja atau bagaimana. Tapi Rea merasa kini tatapan orang-orang seperti mengintimidasinya. Apakah ada yang salah dengan penampilan Rea sekarang atau bagaimana? Tetapi Rea hanya bisa terdiam sembari mengikuti pria itu membawanya.
"Ini ruangannya, silahkan masuk, Mbak."
"Baik, terima kasih banyak, Mas." Rea melangkahkan kakinya saat pria itu sudah meninggalkan dirinya.
Seperti sebuah adrenalin, tubuh Rea jadi agak gemetar sekarang. Apalagi saat dia masuk ke dalam ruangan divisi keuangan ini tidak ada yang menoleh ke arahnya. Ada 2 orang yang berada di ruangan ini sekarang, selebihnya Rea melihat kursi-kursi kosong. Mungkin karena ini masih pagi, jadi belum semuanya datang.
"Morning gaess!!" Tiba-tiba ada suara wanita yang tepat dibelakang tubuh Rea, sontak suara itu membuat Rea langsung kaget.
"Eh, kamu anak baru? Ngapain berdiri di depan pintu?" Perempuan itu menepuk pundaknya.
"Iya, Mbak, saya baru masuk hari ini. Masih training, sih, di sini." Rea berbicara malu-malu.
"Okey gak masalah, ayo masuk aja. Gue kenalin ke temen-temen yang lain." Perempuan itu langsung merangkul Rea dan membawa masuk ke dalam ruangan keuangan ini.
Sontak 2 orang tadi yang mengacuhkan Rea langsung menatap ke arahnya.
"Ini namanya Dito dan yang itu namanya Cindy." Perempuan itu menunjuk dua orang tadi.
"Dan gue Lia." Perempuan itu mengulurkan tangannya ke arah Rea.
"Aku Rea, Mbak" ujar Rea sembari menyambut tangan Lia. Rea memanggil Mbak karena memang Lia lebih tua darinya, atau bisa dikatakan jika Rea lah yang paling mudah di ruangan ini sekarang.
"Oh iya, untuk kursi kamu ada di sana." Lia menunjuk kursi kosong yang nantinya akan ditempati Rea.
"Terima kasih banyak, Mbak." Rea langsung berjalan ke kursinya sekarang.
Tak butuh waktu lama, jam kerja kantor pun dimulai. Rea awalnya kebingungan harus mengerjakan apa, karena memang ini pertama kalinya dia bekerja. Untung saja ada Lia yang mau membantunya dengan sabar. Sekarang Rea sedang mengerjakan laporan kas masuk dan keluar yang tadi sudah diajarkan oleh Lia.
Saat semua divisi keuangan sedang bekerja, tiba-tiba pintu ruangan di buka oleh seseorang. Membuat mereka semua menatap ke arah pintu tersebut tak terkecuali Rea.
"Kamu, ikut saya sekarang," ujar pria muda itu menunjuk ke arah Rea.
"Aku, Mas?" Dengan bodohnya Rea malah menunjuk dirinya sendiri, padahal kan memang dia yang di panggil.
Anehnya, kenapa orang-orang di divisi ini malah menertawakannya secara diam-diam. Apakah Rea salah berbicara atau bagaimana?
"Iya kamu, ikut saya sekarang." Pria itu mengulangi perkataanya.
Rea mau tidak mau bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah pria muda itu. Pria yang tadi pagi mengantarkannya ke ruangan.
"Selamat pagi, Pak," ujar salah satu karyawan yang berpasangan dengan mereka.
Rea bingung, padahal jika di lihat-lihat pria itu masih muda, tapi kenapa di panggil Pak? Sudahlah, membuat Rea pusing saja jadinya. Rea tetap mengikuti kemana pria itu membawanya.
Sampailah mereka di depan sebuah ruangan, Rea sedikit bingung karena di depan ruangan itu ada papan nama dan juga jabatan.
"Alfarezi Kelvin, chief executive officer," ujar Rea dalam hati.
"Loh, Mas, kita mau ngapain ketemu CEO-nya?" Rea bingung sendiri, apakah dia melakukan kesalahan di hari pertamanya training?
"Memangnya kamu tidak mau kenal dengan pemimpinnya? Oh iya, kalau mau masuk jangan lupa ketuk pintu dulu," ujar pria itu yang masih membuat Rea kebingungan.
"Ini pintunya diketuk sekarang?" Rea malah bertanya, membuat pria itu hanya membalasnya dengan anggukan saja.
Rea mengetuk pintu ruangan itu, dia benar-benar tidak siap jika harus bertemu dengan pemimpin di perusahaan ini. Lagian kenapa juga pria itu malah membawanya bertemu dengan CEO di sini.
"Masuk."
Rea mendengar suara, tapi kenapa dari belakang tubuhnya suara itu berasal? Detik berikutnya Rea dibuat keheranan ketika pria itu membuka pintu ruangan CEO tanpa mengetuk pintu lebih dulu.
"Eh, Mas mau kok main masuk-masuk aja. Gak sopan tahu, ini kan ruangan miliknya Pak Alfarezi Kelvin," ujar Rea mencegah pria itu untuk masuk.
"Saya Kelvin." Satu kata yang terlontar dari mulut pria itu membuat Rea menganga.
Pantas saja tadi ada karyawan yang memanggil pria muda itu, Pak. Ternyata oh ternyata, pria yang tadi mengantarkannya ke ruangan dan yang dia panggil Mas adalah bosnya sendiri. Pantas saja Rea tadi ditertawakan saat memanggil, Mas. Sekarang Rea jadi kikuk sendiri saat berhadapan dengan Pak Kelvin.
"Em ... maaf ya, Pak, tadi saya memanggil, Mas," ujar Rea dengan raut wajah bersalah.
"Tidak apa, sekarang duduklah." Kelvin sudah duduk di kursinya.
Rea jadi merasa dikerjai oleh bosnya sendiri. Kenapa dengan polosnya tadi dia mau-mau saja disuruh mengetuk pintu ruangan ini jika Kelvin saja ada di belakang tubuhnya tadi. Sungguh, pengalaman kerja pertama Rea yang memalukan.
"Siapa namamu?"
"Saya Rea, Pak," ujar Rea sembari mendudukan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Kelvin.
"Yang panjang," balas Kelvin sembari menatapnya intens.
"Reaaaaaaaaaa!"
Kelvin melongo dibuatnya, padahal kan bukan itu maksudnya.
"Nama panjangmu siapa, Rea?" Kelvin menekan kalimatnya itu.
Pipi Rea langsung memerah, dia kira Kelvin menyuruhnya untuk lebih panjang mengatakan kata Rea. Rasanya Rea ingin menengelamkan kepalanya di dasar laut sekarang.
"Sa-saya Realine Humeera Putri."
"Okey, kenapa kamu pakai baju hitam putih?"
Rea mengerutkan keningnya, kenapa Pak Kelvin malah bertanya?
"Soalnya saya kan lagi training, Pak," jawab Rea jujur.
"Hm, besok tidak usah pakai baju hitam putih. Pakai kemeja atau batik saja tidak apa yang penting sopan," ujar Kelvin yang diangguki oleh Rea.
Memang saat dia masuk ke dalam kantor ini, tidak ada yang menggunakan baju hitam putih sepertinya.
"Kamu lugu dan polos ternyata," cletuk Kelvin yang mampu Rea dengar.
"Bisa-bisanya aku di katakan polos, tidak tahu saja Pak Kelvin kalau aku sering baca wattpad," ujar Rea di salam hati.
"Rea, mari ikut saya."
Kira-kira, kemanakah Kelvin akan mengajak Rea pergi?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is My Secret Husband [END]
RomanceDi kantor manggilnya Pak Di rumah manggilnya Sayang *** Nasip buruk sepertinya menimpa Realine atau yang sering di sapa Rea. Dia yang sedang training kerja di salah satu kantor besar di Jogja harus mendapati bos yang super jail kepadanya dan selalu...