6

3.6K 204 1
                                    

Bab 6-nya lupa dipublis😭😭😭😭😭

Tanpa malam itu Mario kasih tahu pun, gue udah sadar kalau Raline itu lebih segalanya daripada gue. Gue sama dia bahkan gak banget buat dijadiin perbandingan. Raline cantik, pinter kayak Mario, tentunya dia populer dan banyak temen. Sementara gue, biasa aja, otak ras-pasan, gak populer samsek bahkan cuma punya beberapa temen doang.

Dan tanpa malam itu Mario kasih tahu pun, gue tahu kalau dia udah punya pacar. Siapa sih yang enggak kenal sama Mario-Raline? Mereka itu pasangan terhitz di SMA Garuda, enggak ada satu pun murid bahkan guru yang enggak tahu kalau mereka itu pacaran.

Pokoknya mereka itu couple goals banget kalau kata orang-orang.

Gue enggak bisa bayangin kalau seandainya para fans couple kya uwu-uwu ini tahu kalau gue dijodohin sama Mario. Mungkin detik itu juga gue cuma tinggal nama doang, tapi lebih bagus begitu, sih, kalau sampe gue di-bully masal gimana? Ngeri.

Sebuah tepukan keras di kedua bahu membuat gue berteriak kaget. Gue lagi asyik bengong dan tindakan itu jelas nyaris bikin jantung gue copot.

Leo duduk di samping gue tanpa menunjukan ekspresi merasa bersalah sedikit pun. Dia emang selalu gak tahu diri, udah bikin jantungan, kini dia narik minuman gue dan meminumnya.

"Bagus!!" sindir gue dan dia justru memberikan cengirannya.

"Ya sory Beb, abis gue perhatiin dari kejauhan lo bengong aja kayak orang bego!" ujar cowok itu seraya memukul bahu gue pelan.

Leo ini sahabat gue satu-satunya dan panggilan 'Beb' yang dia ucapkan ke gue barusan bukan karena kita ada sesuatu yang sepesial, tapi apa, ya? Leo ini memang anaknya sedikit lebay ... ya, seperti itulah.

Omong-omong, memang akhir-akhir ini gue hobi ngelamun kalau lagi sendiri, semenjak ponsel gue rusak dan semenjak gue tahu kalau gue ini dijodohin sama mau dinikahin di umur gue yang masih muda belia.

Gue belum kasih tahu masalah ini kepada Leo, gak berani. Soalnya Leo itu bisa dibilang salah satu penggemar dari hubungan Mario-Raline. Gue enggak tahu kenapa Leo bisa sesuka itu sama mereka, dia bahkan selalu update tentang hubungan dua orang itu sekecil apa pun berita atau masalahnya. Pokoknya dia ngefans banget.

Gue enggak tahu gimana jadinya kalau Leo tahu kalau gue sama Mario ada sesuatu. Mungkin dia langsung gak mau sahabatan lagi sama gue, karena gue, idolanya pada bubar.

"Eh, lo tahu gak?!" tanya cowok itu. Gue lantas menggedikkan bahu karena emang gak tahu.

"Masa lo gak tahu?!" tanyanya lagi dan itu sukses banget bikin gue berdecak kesal.

"Gue kan bukan cenayang, Bambang!!"

Bukan cuma update tentang Mario sama Raline aja kayaknya yang Leo tahu, tapi update tentang berita yang lagi trending di sekolah juga. Buktinya tadi dia cuma izin ke toilet aja sebenar, tapi tahu-tahu pas balik udah bawa informasi.

"Tapi berita ini udah jadi trending topik, masa lo gak tahu?!"

"Enggak!" Heran, emang ada apa, sih, sampe dibilang trending topik segala. "HP gue rusak!" lanjut gue menjelaskan, barangkali dia lupa kalau alat komunikasi milik gue itu rusak, padahal sebelumnya udah dikasih tahu.

"Makanya minta beliin yang baru!"

"Andai semudah itu!" balas gue. "Emang ada apa, sih, sampe lo heboh gitu?!"

"Siapin hati lo, oke, takutnya lo jantungan!"

Sedikit memutar kedua bola mata, gue mengangguk malas. Mengiayakan segala yang diucapkan Leo, paling informasi yang bakal dia kasih tahu ini gak penting-penting amat buat gue.

"Mario sama Raline berantem!"

"Berantem?!" ulang gue lumayan kaget. Jelas karena walau gue bukan salah satu fans mereka, tapi mereka gak pernah tersiar lagi berantem sebelumnya, bahkan tadi gue masih liat mereka masih bareng-bareng. Apa gue salah liat?

Leo mengangguk antusias. "Serius, katanya mereka ribut-ribut, gitulah, gue enggak tahu gimana detilnya, pokoknya mereka berantem aja!"

Jangan-jangan Leo termakan berita bohong dan dia sedang menyebarluaskannya sekarang.

"No pict sama dengan hoax!"

"Ish, kalau enggak percaya, ya, enggak apa-apa!!" Cowok itu mengerucutkan bibirnya, udah pasti dia ngambek sama gue.

Lagipula informasi yang dia sampaikan ini gak jelas banget, hanya sebatas katanya, siapa tahu kan itu ulah haters yang gak suka sama hubungan mereka.

Umm, tapi kalau bener penyebabnya apa, ya? Apa karena Mario ngadu kalau dia dijodohin sama gue, terus Raline marah dan mereka berantem? Itu sama aja dong kalau gue adalah pemicu pertengkaran mereka.

***

Leo beneran ngambek karena gue enggak percaya kalau Mario sama Raline berantem. Mungkin hari ini dia lagi sensitif, tapi enggak masalah, sebentar lagi dia pasti bakal baik lagi ke gue. Cuma, karena dia ngambek gue harus pulang sendiri, kayak anak ayam yang kehilangan induknya.

Gue lagi nunggu ojek online yang gue pesen saat sebuah bunyi klakson terdengar mengejutkan. Gue menoleh ke sumber suara, memandang seseorang yang kini sedang membuka pelindung kepalanya.

Mario?!

Cowok itu natap gue, membuat gue yakin kalau dia sengaja ngasih klakson ke gue barusan.

Maunya apa coba, gue kan gak ngehalangin jalan dia ataupun orang lain.

"Apa?!" tanya gue sewot karena dia enggak kunjung mengeluarkan suara. Hanya menatap gue aja.

Dia menunjuk ke arah belakang tubuh dengan kepalanya seperti sedang memberikan kode.

"Naik!" ucapnya dan detik itu juga gue langsung menoleh ke kana sama ke kiri, ke depan, ke belakang. Heran sekaligus gak mau GR, kali aja ada orang lain di sekitar gue yang Mario ajak bicara, tapi kayaknya gak ada satu pun di antara mereka yang menggubris cowok itu.

"Naik!"

Gue langsung menunjuk diri sendiri begitu Mario mengulang ucapannya. Dia mengangguk setelah sebelumnya memutar kedua bola mata.

"Cepet!!" bentak cowok itu.

Gue berdecak kesal. Dia pikir apa yang dilakuinnya baik apa? Siapa juga yang mau boncengan sama dia, lagipula ojek online gue sebentar lagi datang.

"Sory, gue gak lagi butuh tumpangan!"

Maksud Mario apa, sih, tiba-tiba kayak gitu? Gue kan jadi kepikiran, kalau dia sama Raline beneran berantem, terus liat boncengan sama gue, pasti bakal makin parah. Belum lagi pasti bakal menimbulkan berita baru.

"Gue enggak peduli, ayo cepet naik!!" Dia tetep keras kepala.

"Gak mau, lagipula ojek online gue udah mau datang!" Tapi lama banget, padahal di informasinya sekitar dua menit lagi. Perasaan dari tadi dua menit lagi deh.

"Lo bisa cancle."

Mario tiba-tiba turun dari motornya, kemudian berjalan lebih dekat ke arah gue. Gue jelas terpana sampai pada akhirnya, benda yang ada di genggaman gue kini berpindah ke genggamannya.

Belum sempat protes, dia mengembalikan ponsel gue dan menarik lengan gue menuju kendaraannya.

"Udah gue batalin!" seru cowok itu seraya memasangkan pelindung di kepala gue tanpa persetujuan.

Gila. Mario nyebelin banget, sih!

Love Scenario [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang