14

3.5K 248 6
                                    

Instagram: kakra.story

Sejak enam tahun yang lalu, hingga saat ini gue mencintai Jessi. Enggak butuh banyak waktu dan enggak butuh banyak alasan kenapa gue bisa terpikat sama gadis itu. Dia sangat berbeda, jika dibandingkan dengan Raline sekali pun.

Jessi itu apa adanya, mandiri, suka mengeluh, tetapi tidak mau merepotkan orang lain, dia lucu juga kalau menurut gue. Sementara Raline, dia hanya mementingkan egonya dan semua yang ia mau harus dilaksanakan detik itu juga, hingga gue yang amat sangat mencintai dia waktu itu pun menuruti semua keinginannya.

Termasuk ketika dia mengetahui bahwa gue dijodohin sama Jessi, dia meminta gue untuk mendekati gadis itu dengan alasan yang tidak gue tahu.

Gue dengan enggan menuruti permintannya dibanding bertanya kenapa gue harus mendekati dia. Mendekati Jessi walau gue benci dia karena menurut gue gadis itu sudah menghambat hidup gue. Mulai dari menghambat cinta gue kepada Raline karena gue mau dinikahin sama dia, sampai menghambat cita-cita gue karena gue enggak bakal diizinin sama orang tua untuk kuliah di luar negeri kalau gak nikahin dia.

Kemudian tanpa disangka kehadiran Jessi membuat gue terbiasa. Gue terbiasa menjemput dia sekolah, gue terbiasa mengantar dia, gue juga terbiasa berhubungan dengan dia melalui ponsel.

Jessi selalu menuruti apa yang gue mau, tidak seperti dengan Raline yang gue harus menuruti dia, sementara dia enggak pernah menuruti apa yang gue mau.

Gadis itu sangat menyenangkan, hingga gue lupa kalau gue mendekati dia hanya untuk menuruti perintah dari seseorang yang masih menjadi pacar gue aja.

Setelah ujian nasional, Raline kembali meminta gue untuk menjauhi Jessi, di saat gue bener-bener menjatuhkan hati untuk dia.

Namun karena keegoisan dan kelabilan gue saat itu, gue nurut gitu aja kepada Raline. Gue berusaha menyangkal rasa suka gue kepada Jessi dan kembali pada rencana awal hidup gue, yaitu kuliah di luar negeri bersama Raline.

Sembari menunggu kelulusan dan acara pernikahan bersama Jessi, gue dan Raline kembali mati-matian belajar supaya bisa lolos ke Universitas yang sebelumnya telah kita incar, hingga gue bisa sedikit melupakan Jessi dan dengan dibantu tekanan dari Raline bahwa gue enggak boleh menyukai gadis itu dan hanya boleh mencintainya aja.

Semua berjalan dengan lancar, sampai beberapa bulan gue di luar negeri dan kenyataan bahwa Jessi tidak mudah gue lupain.

Perasaan bersalah pun mulai menyelimuti diri gue saat teringat gue ninggalin Jessi begitu aja tanpa peringatan dan tanpa kejelasan, apalagi saat teringat pengakuannya yang menyatakan bahwa dia merindukan gue.

Gue berusaha menghubungi Jessi kembali setelah sekian lama, tetapi nomornya sudah tidak aktif dan seluruh akun sosial media gue dia blokir.

Hanya ada Jessi, Jessi, dan Jessi yang ada di kepala gue kala itu. Gue selalu memikirkan dia yang berimbas pada hubungan gue dengan Raline.

Raline mengetahuinya, dia tentu aja enggak terima dan marah. Gue yang kala itu udah lelah dengan segala perintah dan keegoisannya, berakhir marah juga. Kita berdua menjadi lebih sering cekcok.

Setiap hari dalam satu tahun terakhir, ada saja yang membuat kita bertengkar dan pertengkaran kita suatu hari adalah pertengkaran yang paling hebat karena kesalahan gue sendiri.

Gue yang tak tahan karena semakin mengingat Jessi akhirnya membuat akun sosial media baru untuk menghubunginya dan entah bagaimana caranya, Raline mengetahui semua itu.

Dia kembali marah, gue marah, dan pertengkaran hebat tidak bisa kita hindari.

Untuk pertama kalinya, gue mengucap kata putus kepada Raline. Gadis itu tentu saja tak terima dan semakin marah besar, dia kemudian pergi dan menghilang beberapa hari dari gue.

Namun setelah kembali, sifatnya berubah 180 derajat menjadi sangat pendiam dan tidak pernah ngeurusi urusan gue lagi walau dia menolak untuk putus, gue tentu heran dan beberapa bulan kemudian, baru gue tahu bahwa sesuatu telah terjadi kepadanya dan dia tengah berbadan dua.

Raline mengakui semuanya kepada gue bahwa dia pergi ke tempat hiburan malam setelah pertengkaran hebat kita.

Gue tentu terkejut, sedikit marah dan merasa kasihan secara bersamaan. Apalagi kondisi Raline yang terlihat begitu terpukul, terlihat sangat membenci dirinya sendiri dan ingin mengugurkan kandungannya.

Gue tahu bahwa banyak risiko yang akan Raline ambil kalau dia mengugurkan kandungan itu, gue melarangnya, tetapi dia kekeh.

Namun pada akhirnya, janin yang ada di dalam rahim Raline begitu kuat dan gue kembali membujuk dia supaya tidak berusaha kembali melenyapkan bayinya dengan cara menawarkan diri bahwa gue siap menjadi ayah bagi bayi itu setelah lahir.

Raline menyetujuinya dan bayi yang dikandunya kemudian lahir, yaitu Jason.

Ya, Jason bukan anak gue, tetapi gue sangat menyayanginya hingga mengakui kepada mama dan papa kalau Jason itu anak gue.

Ditambah orang tua Raline tidak menerima Jason, membuat gue pada akhirnya membawa bocah kecil itu ke rumah gue saat gue sama Raline memutuskan untuk pulang ke tanah air beberapa minggu yang lalu.

Beruntung orang tua menerima, tetapi tentu saja mereka sangat marah. Apalagi gue udah nikah dan mereka memikirkan bagaimana perasaan orang tua Jessi dan Jessi sendiri, memikirkan rasa malu mereka juga karena di luar negeri diam-diam gue udah punya anak.

Padahal saat pertama kali memutusan untuk membawa Jeson ke rumah dan mengakuinya sebagai anak gue, gue enggak pernah mikir ke arah sana.

Pada akhirnya hal inilah yang terjadi, Tante Arum mau pun Jessi marah sama gue dan gue enggak bisa jelasin kepada Jessi siapa Jason sebenarnya. Padahal Jessi adalah satu-satunya orang yang pengen gue kasih tahu kebenaran mengenai Jason dibanding orang tua gue sendiri, gue takut malah nanti Jason gak diizinin tinggal di rumah kalau mengaku kepada mereka.

Ah, memikirkan semuanya membuat kepala gue sakit, sampai rasanya berdenyut.

Hari ini mungkin gue enggak bisa jelasin semuanya kepada Jessi, tapi paling enggak gue udah nyatain perasaan gue kepada dia yang enggak pernah berubah sejak enam tahun yang lalu dan lagi ternyata Jessi juga mencintai gue.

Gue berharap dia masih memiliki sisa-sisa perasaan itu terhadap gue. Semoga. 

Instagram: kakra.story

Love Scenario [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang