17

2.9K 218 3
                                    

Instagram: kakra.story
Masih ada waktu sepuluh hari lagi buat gue tinggal. Harusnya gue udah berangkat besok, tapi tentu mama tidak mengizinkan dengan segala drama yang dibuatnya. Beruntungnya mama tidak lagi berusaha membujuk gue untuk pindah kerja ke sini, mungkin tahu gue enggak bakal nurut dan hal itu hanya akan membuang-buang waktu dan tenaganya aja. Lagipula cari kerja itu enggak gampang.

Hari ini mama ngajak gue jalan-jalan ke salah satu pusat pembelanjaan, hanya berdua karena Kak Renita menolak saat diajak, Bastian juga sibuk sama urusannya sendiri. Pantas aja semalam mama merengek katanya kesepian, ternyata anak-anaknya yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing. Kak Renita sibuk dengan keluarganya, itu hal yang wajar. Sementara Bastian, itu yang membuat gue sedikit curiga, dia di luar rumah terus berbanding terbalik dengan sikapnya waktu itu yang tidak pernah mau lepas dari ketek mama.

Gue memeluk salah satu lengan mama seraya melihat-lihat apa yang kami lalui. Gue udah janji mau traktir mama apa pun kemauannya, tapi sedari tadi beliau tidak kunjung menunjukan minatnya, membuat gue bingung juga pusing karena sudah lebih dari satu jam hanya berjalan dan melihat-lihat saja. Sebenernya apa yang mama cari?

"Kita makan aja, yuk!" ajak gue seraya menggoyangkan lengan mama, gue lapar bahkan perut udah keroncongan sejak beberapa menit yang lalu.

Namun, mama tidak menghiraukan gue, beliau bahkan tidak menoleh sama sekali, terus berjalan dengan tatapan terfokus entah ke mana, tapi beberapa saat kemudian wanita itu menarik gue ke sebuah ruangan dengan tas-tas yang terlihat mahal terpajang di sana.

"Mama mau beli tas baru?" Gue bertanya dan memandang benda yang mama sentuh, memandang brand yang tertera pada benda tersebut lebih tepatnya.

Seketika itu juga gue meringis mengetahui milik brand mana benda yang kini mama pegang itu. "Uang Jessi enggak bakal cukup kalau Mama mau minta traktir itu," ucap gue jujur.

"Mama tahu," balasnya seraya meletakan kembali benda yang sedari tadi dipandangnya dan menatap gue. Kalau udah tahu ngapain coba masuk ke toko barang branded kayak gini?

"Siapa coba yang mau minta bayarin kamu?" tanya mama. "Mama bisa beli sendiri!"

Gue mengerucutkan bibir. "Tapi kan Jessi udah janji, mama beli barang yang lain aja!"

"Enggak, Mama mau beli tas di sini, besok Mama ada arisan, Mama harus pake tas baru yang keren!" ucapnya membuat gue memutar kedua bola mata malas.

Dasar orang tua gede gengsi!

"Sekalian Mama beliin kamu, ya!" ucap mama sekali lagi yang kontan membuat gue menggeleng tegas.

"Enggak usah, Ma, tas Jessi udah banyak dan masih bagus, masih bisa dipake!"

"Mama beliin kamu!"

Tanpa menunggu respons gue, mama berlalu begitu aja, lanjut memilih-milih tas yang diinginkannya. Sementara gue, setia berjalan kembali di sebelahnya seraya memberi pendapat setiap melihat apa yang mama sentuh.

"Itu lebih cocok dipake anak muda, Ma," ucap gue saat mama menyentuh tas berwarna merah muda menggemaskan yang gue rasa enggak cocok kalau mama yang pakai.

"Tapi ini lucu, terus kayaknya mama punya pakaian yang matching sama tas ini," balas mama, tapi walau begitu beliau kembali meletakan benda itu pada tempatnya.

Mama kembali menjelajah. Namun beberapa menit kemudian, sepertinya bencana akan terjadi di mana kini gue sama mama berdiri di hadapan Tante Ajeng dan Mario. Kenapa di antara sekian banyak tempat, kita harus ketemu mereka?

Gue, sih enggak masalah, tapi mama. Ingatan gue berputar pada kejadian tempo hari, bagaimana mama masih mengumpati keluarga cowok itu bahkan setelah kami sampai di rumah. Mana kini Mama dan Tante Ajeng menyentuh benda yang sama. Gue kontan menatap Mario dan entah kebetulan Mario juga menatap gue.

Love Scenario [REPOST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang