4. dinner with the tunners

399 48 70
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you<3
.
.
.

Minggu berlalu sejak Oliver membawa Amy ke rumahnya malam itu. Keduanya terlihat jauh lebih dekat sekarang. Hubungan mereka mengalir begitu saja tanpa adanya pernyataan dari salah satu pihak bahwa mereka telah bersama sekarang. Walaupun Amy masih tidak mau memberitahukan hubungan mereka pada orang-orang karena khawatir kalau berita itu akan sampai ke telinga kedua orang tuanya.

Oliver sering kali mengantar Amy pulang dan terkadang, gadis itu pun tiba-tiba menghilang saat jam istirahat. Mereka benar-benar tidak terpisahkan satu sama lain. Lynn yang melihat perubahan sikap Amy dan mendengar desas-desus dari para murid mengenai sahabatnya itu mulai merasa tidak nyaman.

Siang itu Amy dan Lynn menghabiskan waktu bersama di sebuah pusat perbelanjaan. Selesai membeli beberapa buku dan aksesoris, mereka beristirahat di sebuah kafe.

"Kau tahu, Am? Minggu depan Alex akan pulang." Mata Lynn berbinar. "Dan ibuku akan mengadakan pesta makan malam untuk merayakan kepulangan Alex dari New York."

"Luar biasa. Aku penasaran seperti apa Alex sekarang," jawab Amy santai. Ia sedang asyik dengan ponselnya. Diam-diam ia chatting dengan Oliver.

Oliver :
Dmn?

Amy :
Mall. Dgn Lynn.

Oliver :
Mau aku jemput?

Amy :
Nope. Lynn akan mengantarku pulang.

Oliver :
K.

"Am, kau dengar apa yang baru saja kubilang tadi?"

Amy kaget mendengar suara Lynn. Ia buru-buru mengunci ponselnya.

"Apa? Maaf aku sedang mengirim pesan. Apa yang kau bilang tadi?"

Lynn menghela napas. Ia tahu Amy pasti sedang mengirim pesan pada Oliver.

"Aku bilang Alex sangat merindukanmu. Kau tahu kan dari kecil Alex menyukaimu. Tapi, kau tidak pernah mau menjadi pacarnya. Kenapa? Apa kakakku kurang hot?" Lynn menyenggol siku Amy.

Amy tersenyum. "Bukan begitu. Aku selalu menganggap Alex seperti kakakku sendiri. Kau tahu, kita bertiga tumbuh bersama dan aku sudah menganggap kau dan Alex seperti saudaraku sendiri."

"Kau benar-benar mau jadi saudaraku kan, Amy? Kalau begitu menikahlah dengan Alex. Aku yakin kau akan menjadi wanita paling bahagia di dunia."

Amy tertawa mendengar ucapan Lynn. Dari dulu Lynn memang sangat suka menjodoh-jodohkan dirinya dengan Alex.

"Berhenti menggodaku Lynn." Amy memukul pundak Lynn dengan tinjunya perlahan.

"Oh iya, makan malam pukul 7 minggu depan. Alex akan menjemputmu pukul 6. Bersiaplah."

"Tunggu dulu. Maksudmu aku diundang ke acara kalian?"

"Tentu saja. Bahkan Bibi Mel dan Paman Josh. Keluarga Tunner tidak menerima penolakan, Am."

Amy terdiam, padahal ia sudah membuat janji dengan Oliver untuk keluar bersama pada hari itu.

***

"Baiklah, Am. Tidak apa-apa, mungkin nanti aku akan pergi ke rumah Jona saja sepulang bekerja."

Amy bisa mendengar nada kekecewaan dalam suara Oliver. Pemuda itu hanya sedang berpura-pura tenang. Andai Amy bisa melihat wajahnya saat ini.

"Aku minta maaf, Oli. Mum dan Dad juga akan pergi. Aku tidak punya alasan untuk tidak hadir. Keluarga Tunner adalah teman dekat keluargaku."

"Jangan merasa tidak enak. Menyambut kepulangan Pangeran Tunner memang jauh lebih penting dari apa pun, ya kan?" Nada bicaranya terdengar dingin. Tapi entah kenapa Amy merasa seperti ingin tertawa mendengar ucapan Oliver yang terkesan cemburu pada Alex.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang