please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.Siang itu Amy sedang duduk di sebuah tempat pencucian baju umum. Ia duduk seorang diri sambil menunggu pakaiannya yang sedang dikeringkan sambil membaca-baca majalah lama yang disediakan di tempat itu.
Tiba-tiba saja, Amy merasakan ada seseorang yang berdiri di hadapannya.
"Boleh aku duduk di sini?"
Amy mengenal suara lelaki itu. Tubuhnya menegang seketika. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kakinya terasa sangat lemas.
Perlahan Amy mengangkat kepalanya dan melihat sosok yang sedang berdiri di hadapannya sekarang.
Ia melihat Alex tersenyum dengan sangat manis di hadapannya. Alex duduk tepat di sebelah Amy. Amy tertegun melihat kehadiran Alex yang datang tiba-tiba.
"Alex?" Ekspresi wajah Amy tidak bisa menutupi rasa tidak percayanya. Ia menelan ludah. Amy benar-benar tidak percaya bisa melihat Alex lagi saat ini.
"Iya, Amy. Ini aku. Kenapa kau terlihat kaget seperti itu?" Alex tersenyum pada Amy.
"Apa yang kau lakukan di sini, Alex?" Amy celingukan melihat sekelilingnya.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu, Amy. Apa yang kau lakukan di sini?"
Amy terdiam mendengar pertanyaan Alex. Dengan gugup ia menutup majalah di hadapannya.
"Aku—sekarang aku tinggal di sini, Alex," jawab Amy. Keringat mulai bermunculan di keningnya. Amy merasa tubuhnya terasa sangat panas saat ini.
"Oh, bagus sekali. Kau tinggal di mana? Aku juga tinggal di sini. Boleh aku berkunjung ke tempatmu?" Alex merasa sangat kagum Amy tidak berusaha berbohong padanya.
"Tidak, Alex. Aku tinggal bersama Oliver. Ia akan sangat marah jika ia melihatmu," jawab Amy panik.
"Oliver tidak pernah mengenal wajahku, Amy. Ia tidak akan tahu kalau aku adalah seorang Alex Tunner."
"Tidak Alex, kumohon. Kau tidak mengenal Oliver."
Alex memandangi wajah Amy yang seperti hampir menangis. Tampak sekali gadis itu sedang merasa sangat ketakutan.
"Kau baik-baik saja, Amy?" Alex menatap Amy lebih dekat.
"Iya, Alex. Aku hanya minta kau jangan pernah datang ke tempatku. Kumohon."
Alex memperhatikan Amy yang sudah memohon padanya untuk yang kedua kali.
"Baiklah, Amy. Jangan khawatir. Aku tidak akan melakukannya."
Amy menghela napas lega. Ia memaksakan senyuman di wajahnya yang masih kelihatan panik.
Alex memperhatikan wajah Amy. Gadis itu sudah banyak berubah. Tubuhnya tampak lebih kurus lagi dan kulitnya sedikit pucat. Tapi Alex tetap menyukai Amy, tidak peduli bagaimanapun keadaannya.
"Apa yang kau lakukan di sini, Alex? Bukankah kau sudah pindah ke—" Amy menghentikan kalimatnya sendiri. "Ya Tuhan, jangan bilang kalau kau ternyata pindah ke Hereford?" Amy menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Ya, Amy. Aku tinggal di sini. Dan, aku sangat senang bisa bertemu lagi denganmu. Ibu dan ayahmu sangat merindukanmu, Amy. Pulanglah bersamaku." Alex menggenggam tangan Amy.
"Tidak, Alex. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa pulang. Mum dan Dad pasti akan sangat marah padaku. Aku tidak sanggup menghadapi mereka. Lagipula, aku tidak bisa meninggalkan Oliver seorang diri di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑
Fiksi Umum[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄 𝟐𝟑/𝟎𝟒/𝟐𝟐] Oliver Harris, seorang pemuda broken home, bertato, mempunyai temperamen buruk dan tidak pernah segan untuk menghajar setiap orang yang menghalangi jalannya. Tumbuh besar bersama ibunya yang seorang pemabuk setelah...