17. a fiasco

171 29 51
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Setelah perdebatan hebat mereka, sepanjang hari Amy mengurung diri di dalam kamar. Sejujurnya Oliver merasa terluka dengan ucapan Amy mengenai dirinya, tapi menyadari bahwa ia yang menyebabkan Amy kehilangan pekerjaannya membuat Oliver merasa bersalah juga. Oliver sangat menyesal. Ia tahu Amy sangat menyukai pekerjaannya. Tapi, ia tidak bisa diam saja melihat apa yang lelaki berjas itu lakukan pada gadis yang dicintainya itu.

Keesokan harinya, sepulang dari bengkel Oliver mampir ke sebuah toko perhiasan. Ia membelikan Amy sebuah cincin. Oliver berniat untuk meminta maaf pada Amy dan memperbaiki semuanya.

Hari sudah cukup gelap saat Oliver mengendarai Cadillac-nya menuju apartemen. Hatinya sangat bahagia karena ia telah berhasil membelikan sebuah cincin untuk Amy dari sisa uang tabungannya.

Oliver asyik berkendara sambil mendengarkan Baby, I'm Yours, menghisap rokok dan merasakan angin yang berhembus menerpa wajahnya. Setelah ini ia akan meminta maaf pada Amy dan gadis itu pun pasti akan merasa sangat bahagia. Lalu setelah itu mereka berdua akan kembali baik-baik saja.

Hal itu membuat Oliver tanpa sadar tersenyum sendiri membayangkannya.

Saat ia sedang asyik menyetir, tiba-tiba di tengah perjalanan Oliver melihat ada seorang lelaki tampak sedang bertengkar dengan seorang wanita di depan mobil yang terparkir di kegelapan.

Saat mobil Oliver mau melewati mereka, tiba-tiba wanita itu berlari ke arahnya. Oliver mengerem mendadak. Lalu wanita itu berlari ke arah pintu kemudi Oliver.

Tadinya Oliver tidak berniat untuk menolong wanita itu tapi ia berubah pikiran saat ia melihat si lelaki menyusul wanita itu dan menarik tangannya. Oliver memperhatikan mereka dari dalam mobilnya.

"Sudah kubilang jangan berani-berani membohongiku. Kau dengar itu," ucap si pria dengan aksen latin yang kental.

"Aku tidak bohong padamu, Alberto. Percayalah padaku."

Lelaki itu mencengkram pergelangan tangan si wanita sampai wanita itu tampak meringis kesakitan.

"Lepaskan aku, Alberto! Atau kau akan menyesal!" Wanita itu masih berusaha melepas jeratan tangan lelaki itu darinya.

Oliver ingin sekali menjalankan mobilnya lagi tapi pasangan itu malah bertengkar tepat di depan mobilnya. Lama-lama ia merasa tidak tahan juga menjadi penonton mereka. Ia keluar dari dalam mobil dan menghampiri pasangan itu.

"Maaf kalau aku ikut campur tapi kurasa gadis itu sudah kesakitan. Tolong lepaskan tanganmu." Oliver memperhatikan Alberto yang masih mencengkram pergelangan tangan gadis itu.

"Siapa kau? Jangan ikut campur urusanku, Giovanotto-Anak muda!"

"Aku tidak akan pergi sebelum kau melepas gadis itu."

"Oh veramente-benarkah? Lalu apa yang akan kau lakukan jika aku tidak mau melepasnya."

Pria itu mendorong tubuh Oliver dengan kuat hingga tubuh Oliver terjungkal ke tanah. Merasa kesal karena perkataannya secara baik-baik dibalas dengan sebuah dorongan, Oliver bangkit dan langsung melayangkan sebuah tinjuan tepat di hidungnya.

"Dannazione-sialan!!!" Alberto memegangi hidungnya yang terasa seperti patah, ia memandangi Oliver dengan tatapan kesal. "Berani-beraninya kau menyentuh wajahku!"

Alberto memasukkan tangannya ke dalam jas, seperti ingin mencabut sesuatu tetapi segera dihentikan oleh si wanita yang bersamanya.

"No, non fare-jangan, Alberto. Lihat itu." Wanita yang juga memiliki aksen latin itu melirik ke arah mobil polisi yang sedang berjalan mendekati mereka bertiga.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang