please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.Lucia memandangi wajah Oliver yang sedang tertidur di pangkuannya. Sesekali ia mengusap wajah pemuda itu. Tidak banyak yang berubah dari penampilan Oliver sejak Lucia bertemu dengannya beberapa waktu lalu. Tubuhnya masih dihiasi banyak tattoo dan rambutnya pun masih dengan model yang sama.
Pikiran Lucia melayang pada kejadian beberapa bulan yang lalu. Tepat seminggu setelah kepulangan mereka dari Hereford, Tom mendapat telepon dari Oliver yang mengatakan bahwa pemuda itu ingin menyusulnya ke Sisilia. Tentu saja Tom menyambut kabar itu dengan senang hati, begitu pula Lucia. Akhirnya mereka menyiapkan sebuah jet pribadi untuk Oliver yang akan membawanya ke Italia. Tapi bukannya kehadiran Oliver yang mereka dapatkan, melainkan kabar mengenai mobil Oliver yang terjun ke dalam sungai saat ia sedang bersama seorang gadis, Amy. Lucia dan Tom segera saja terbang kembali ke Hereford dari Sisilia.
Sesampainya di rumah sakit, mereka berdua langsung saja berhadapan dengan kedua orang tua Amy. Kedua orang tua Amy, khususnya ibu dari gadis itu sangat tidak terima karena anak lelaki Tom sudah membuat anak gadis mereka tidak sadarkan diri hingga saat ini. Padahal keadaan anak lelaki Tom sendiri juga tidak lebih baik, Oliver sedang kritis.
"Ini semua akibat ulah anak lelakimu yang berandalan itu!" Melanie menghardik Tom. "Kalau ia tidak berusaha kabur lagi dari kami, ini semua tidak akan pernah terjadi!"
Tubuh Melanie lunglai, ia jatuh duduk di lantai rumah sakit, wanita itu menangis sejadi-jadinya mengingat kondisi anak gadis semata wayangnya sekarang.
Tom dan Lucia terdiam. Mereka berdua juga tidak tahu harus mengatakan apa. Hati Lucia merasa hancur mengetahui bahwa Oliver sedang berada di ambang kematian. Sejak bertemu dengan Oliver malam itu, Lucia sadar bahwa ia tertarik pada pemuda itu. Lucia tidak pernah peduli walau ia tahu kalau Oliver jelas-jelas sangat membencinya.
"Lebih baik sekarang kau urus anak lelakimu. Bawa ia pergi jauh dari sini. Anakmu sudah memberikan dampak buruk bagi anakku. Ia seperti wabah mematikan!"
Kalau saja itu bukan benar-benar kesalahan Oliver, Tom pasti sudah meledakkan kepala ibu Amy dengan pistolnya. Wanita itu tidak pernah tahu bahwa Tom juga merasa sangat khawatir pada Oliver. Anak lelakinya yang sudah ia telantarkan sejak kecil. Kalau saja terjadi hal buruk pada Oliver, Tom tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, Lucia meminta Tom untuk membawa Oliver ke Italia bersama mereka. Ia berniat menjauhkan Oliver dari Amy.
Beberapa bulan kemudian keadaan Oliver mulai membaik. Ia telah sadar dari tidur panjangnya. Saat pertama kali Oliver membuka matanya, keduanya menghampiri pemuda itu dengan perasaan lega.
"Oliver, kau sudah sadar?" Tom tersenyum bahagia. Di sampingnya, Lucia juga tampak lega.
Dan, Keberuntungan Lucia sepertinya tidak berakhir sampai di situ karena hal yang tidak mereka duga terjadi.
"Kalian berdua siapa?"
Ucapan yang keluar dari bibir Oliver membuat Lucia dan Tom terhenyak. Oliver tidak mengenali ayahnya sendiri.
Pemuda itu sudah kehilangan seluruh ingatannya.
Lucia dan Tom bertukar pandang. Tom merasa bingung sementara Lucia merasa bahagia. Lucia merasa seperti mendapat keberuntungan. Akhirnya, ia dapat membuat Oliver melupakan Amy tanpa harus melakukan apa pun.
Sejak saat itu Lucia membawa Oliver tinggal bersamanya . Ia sendiri yang mengurus segala keperluan Oliver. Semakin hari, Lucia semakin mencintai Oliver. Ia tidak peduli walau kakaknya, Alberto, tidak suka jika adiknya itu berhubungan dengan orang asing, apalagi jika lelaki yang berhubungan dengannya tidak memiliki darah yang sama dengan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑
General Fiction[𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄 𝟐𝟑/𝟎𝟒/𝟐𝟐] Oliver Harris, seorang pemuda broken home, bertato, mempunyai temperamen buruk dan tidak pernah segan untuk menghajar setiap orang yang menghalangi jalannya. Tumbuh besar bersama ibunya yang seorang pemabuk setelah...