41. meet the sunshine

192 28 33
                                        


"Benarkah itu, Tom? Kau seharusnya tidak perlu melakukan hal itu untukku. Aku bisa mendapatkan Amy tanpa bantuan siapa pun dan aku benar-benar tidak berminat pada perusahaan Tuan Levesque. Sejujurnya, kalau boleh memilih aku lebih tertarik untuk kembali bekerja di bengkel Benji."

"Aku tahu, Oliver. Aku tahu kalau kau adalah anak lelaki yang hebat, yang selalu bisa berdiri di kakimu sendiri. Tapi kumohon berikan aku kesempatan untuk menjadi ayah yang berguna untukmu. Sekali ini saja. Aku melakukan itu sebagai simbol penebusan dosaku padamu karena telah menelantarkanmu sejak kecil. Lakukan saja hal yang kukatakan padamu. Setelah kau dan Amy bersama, keputusan selanjutnya ada di tanganmu. Lagipula kau tahu wanita macam apa ibu Amy itu. Aku benar-benar ingin menikmati ekspresi wajahnya saat ia pertama kali mengetahui kalau aku yang menjadi rekan bisnis suaminya nanti. Apalagi saat ia melihatmu lagi setelah bertahun-tahun. Apa kau pikir wanita itu nanti akan terkena serangan jantung?"

***
.
.
.

"Oliver, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah gila?" bisik Amy dengan wajah yang tampak panik saat menyadari kalau Oliver mengikutinya ke toilet wanita. Sejak mengetahui kalau Oliver adalah anak lelaki dari Tuan Harris, Amy merasa begitu canggung di meja makan tadi. Ditambah dengan sikap ibunya yang semakin membuatnya tidak nyaman. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke toilet untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan di meja itu.

Oliver yang melihat keadaan toilet wanita sepi langsung menarik Amy masuk ke dalam salah satu bilik dan sekarang ia sedang duduk di atas kloset dengan Amy yang duduk di pangkuannya. Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggul Amy sehingga gadis itu tidak bisa pergi. Oliver menyeringai ke arahnya, wajah mereka sudah sangat berdekatan sekarang.

"Kenapa kau terlihat sangat ketakutan, sunshine? Seharusnya kau senang bisa melihatku lagi. Aku tahu kau merindukanku karena sudah beberapa hari aku tidak menghubungimu."

Oliver mencoba mencium Amy tapi gadis itu memalingkan wajahnya.

"Hentikan omong kosongmu, Oliver. Sekarang lepaskan aku dan keluarlah dari sini. Kau tidak takut kalau ada orang yang memergokimu memasuki toilet wanita? Dan bagaimana kalau ada yang melihat kita berduaan di dalam sini?"

"Kau takut orang-orang akan melihat kita atau kau takut ibumu yang datang?" Amy menatap kedua mata Oliver yang sedang menatapnya. Tidak ada seorang pun yang mengenal Amy sebaik Oliver dan hanya pemuda itu satu-satunya orang yang bisa membaca pikirannya. Amy menundukkan pandangannya.

"Keduanya," bisik Amy. Di hadapannya Oliver tersenyum. Ia menyelipkan rambut Amy ke belakang telinga gadis itu.

Oliver memandangi seorang gadis yang sedang menundukkan wajah di hadapannya sekarang. Seorang gadis yang begitu ia cintai, begitu ia puja. Seorang gadis yang pernah lepas dari genggamannya. Seorang gadis yang Oliver tak bisa hidup tanpanya.

"Aku sangat merindukanmu, Amy. Kau tahu itu, kan?" bisik Oliver.

Amy kembali mengangkat wajahnya dan menatap kedua mata Oliver yang sedang menatapnya sejak tadi. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Jauh di lubuk hatinya, Amy pun merasa sangat merindukan pemuda itu. Amy sadar, ia tidak akan pernah bisa menang melawan perasaannya pada Oliver. Tidak akan pernah bisa.

Tapi menyadari kalau Melanie begitu membenci Oliver membuat dada Amy terasa sesak. Ia tidak mau menyakiti perasaan ibunya lagi setelah kegagalan pernikahannya dengan Alex kemarin.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang