12. lovesick

294 40 42
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Sepulang sekolah Amy memutuskan untuk mampir ke rumah Oliver. Ia ingin sekali bertemu dengan pemuda itu. Amy merasa sangat merindukannya.

Amy berjalan menyusuri trotoar dengan earphone yang menutupi kedua telinganya. Ia berjalan terburu-buru karena ia sudah tak sabar ingin bertemu lagi dengan Oliver.

Sesampainya di depan rumah Oliver, Amy mengetuk pintu beberapa kali. Ia berdiri menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.

Tak lama, tampak seorang wanita membuka pintu. Nath.

"Hai–" Nath kaget melihat Amy. Ia tampak sedang mengingat nama gadis itu.

"Amy. Aku Amy, Bibi," jawab Amy mengingatkan.

"Oh ya, Amy." Nath tersenyum. "Ayo masuk."

Nath masuk ke dalam diikuti Amy dari belakang. Mereka duduk di ruang tengah.

"Apa Oliver di rumah?" tanya Amy membuka pembicaraan. Nath tampak sedang serius memandangi wajah Amy. Membuat Amy merasa sedikit gugup.

"Oh ya, Oliver ada di atas. Ia sedang beristirahat. Sepertinya ada orang yang memukulinya beberapa malam lalu. Aku menemukannya sudah tergeletak di depan rumah. Keadaannya sangat parah."

Mata Amy membelalak mendengar jawaban Nath. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Ya Tuhan, apa karena itu Oliver tidak masuk sekolah beberapa hari ini?" Amy menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Ia merasa ingin berlari ke atas sekarang dan melihat keadaan Oliver.

"Ya, kepalanya masih sering pusing. Kurasa akibat hantaman benda keras. Aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Anak itu tidak mau membuka mulutnya padaku. Kau tahu, kan?" Nath tersenyum kecut. Ia mengeluarkan sebatang rokok dan menawarkannya pada Amy.

Amy menggelengkan kepalanya.

"Tidak, terima kasih," jawab Amy. Nath mulai menghisap rokoknya.

"Aku tidak percaya Oliver bisa mendapatkan gadis sepertimu." Nath tertawa. Menertawai kehebatan anak laki-lakinya. "Maksudku, kurasa kau berasal dari keluarga baik-baik. Dan kudengar orang tuamu berasal dari Kanada."

"Iya, Bibi. Mum dan Dad berasal dari Kanada. Tapi aku lahir di sini."

"Itu bagus. Yang penting kau tidak berasal dari Italia. Oh ya, hampir aku lupa. Kau pasti ingin melihat keadaannya, kan? Kau naik saja sendiri ke atas, aku akan tetap di sini."

Amy mengangguk dan segera berlari ke atas, ke kamar Oliver. Saat ia membuka pintu, tampak Oliver sedang sibuk dengan ponselnya.

Oliver menoleh ke arah pintu saat Amy masuk, ia tampak terkejut.

"Amy? Apa yang kau lakukan di sini?" Oliver meletakkan ponselnya ke atas nakas.

Amy menutup mulutnya melihat keadaan Oliver. Wajahnya penuh lebam di sana sini, ada perban menutupi pelipis kanannya.

"Ya Tuhan, Oliver. Apa yang terjadi?" Amy berusaha menyentuh wajah Oliver tapi pemuda itu memalingkan wajahnya, ia takut Amy menyentuh bagian yang paling sakit.

"Tidak apa-apa. Biasa, urusan laki-laki," jawab Oliver santai.

"Siapa yang melakukan ini semua? Mengapa kau tidak memberitahuku?" Wajah Amy tampak sangat cemas. Ia terus berusaha menyentuh wajah Oliver tapi lagi-lagi pemuda itu menolak.

"Eric yang melakukannya. Dia bersama kedua temannya memukuliku dengan tongkat bisbol."

"Aku tidak percaya Eric yang melakukan semua ini." Amy menggelengkan kepalanya. "Apa kau melihatnya dengan jelas?"

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang