20. r is for ridolfi

152 31 36
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Keesokan harinya, tepat di jam yang sama Lucia kembali mengunjungi tempat Oliver bekerja. Oliver benar-benar tidak mengerti apa yang wanita itu inginkan.

Sebelum menemui Lucia, Oliver masuk ke dalam rumah Benji dan menghampiri pamannya itu.

"Benji, bisa tidak setiap wanita itu datang, kau katakan saja padanya kalau aku sangat sibuk. Aku benar-benar tidak mau bertemu lagi dengannya."

Benji tersenyum melihat Oliver yang tampak sangat kesal.

"Apa yang salah dengannya, Oliver? Lihatlah, ia begitu cantik. Dan, kurasa ia menyukaimu."

"Ah, berhenti menggodaku, Benji. Kau tahu, ia wanita yang sangat berbahaya. Aku tidak mau berurusan lagi dengannya dan lelaki itu. Pertama kali aku bertemu dengannya, ia dan kakaknya itu mengirimku ke penjara. Bagaimana kalau aku mengenalnya lebih jauh lagi."

"Itu semua sudah berlalu, Oliver. Dan, kurasa ia hanya ingin meminta maaf. Bagaimana kalau kau memberikannya kesempatan satu kali ini saja untuk menjelaskan semuanya. Siapa tahu setelah ini ia tidak akan mengganggumu lagi."

Oliver terdiam mendengar ucapan Benji. Ia merasa apa yang barusan Benji katakan sepertinya ada benarnya juga.

"Baiklah, kurasa kau benar. Aku akan memberikannya satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Setelah itu kuharap ia pergi dari kehidupanku selama-lamanya."

"Ya, begitu lebih baik, Jagoan. Good luck!"

Oliver keluar dan kembali menghampiri Lucia yang masih berdiri di luar menunggunya.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?" Suara Oliver mengagetkan Lucia yang tampak sedang memperhatikan Cadillac miliknya.

"Mobil yang bagus. Sangat klasik," ucap Lucia. Oliver senang jika ada orang yang memuji Cadillac-nya. Oliver memang sangat menyayangi mobil pemberian ayahnya itu.

"Terima kasih. Tapi, kau belum menjawab pertanyaanku."

"Kau bertanya sesuatu? Pertanyaan yang mana?" tanya Lucia dengan raut wajah yang tampak terkejut. Tapi Oliver tahu kalau wanita itu hanya sedang berpura-pura dan itu membuat Oliver sangat gemas melihatnya. Wanita itu seperti ingin mengulur-ulur waktu.

"Aku bertanya padamu, apa yang sebenarnya kau inginkan? Mengapa kau datang lagi ke sini? Bukankah kemarin aku sudah bilang kalau tidak ada lagi yang perlu kita bahas. Aku sudah melupakan semua yang terjadi malam itu."

"Oh, ya." Lucia baru tampak seperti teringat sesuatu. "Jadi begini, Oliver. Aku ke sini untuk mengajakmu makan siang sebagai ungkapan permintaan maafku. Kau mau?"

Oliver berniat untuk menolak tawaran Lucia karena wanita itu sudah begitu lancang mengajaknya keluar setelah kesalahan yang ia lakukan. Tapi Oliver berpikir lagi, kalau ia menolaknya sekarang akan ada kemungkinan kalau wanita itu akan datang lagi besok. Jadi Oliver memutuskan untuk menerima tawarannya kali ini walau dengan berat hati.

Hanya satu kali ini saja, Oliver. Dan, setelah ini wanita Italia menyebalkan itu tidak akan pernah mengganggumu lagi untuk selama-lamanya, bisik Oliver dalam hati.

"Baiklah," jawab Oliver singkat. Senyuman mengembang di wajah Lucia.

***

Lucia membawa Oliver ke sebuah restoran yang baru saja dibuka di daerah sana. Restoran itu tampak mewah dan di atasnya terdapat sebuah bar yang lebih aktif saat malam hari. Saat mereka masuk, beberapa karyawan tampak sangat menghormati keduanya, menghormati Lucia lebih tepatnya. Oliver berpikir mungkin begitulah cara para pelayan di restoran mewah memperlakukan para pelanggan mereka.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang