9. bornday

260 41 56
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Seminggu kemudian ...

02.30 dinihari

Oliver mematikan mesin mobilnya. Ia menghela napas dalam-dalam melihat ada sebuah mobil yang lebih dulu terparkir di depan rumahnya. Ia tidak mengenali mobil itu, tapi yang Oliver tahu pasti adalah, saat ini ada orang asing yang menginap di rumahnya. Lagi.

Oliver memutuskan untuk memarkir mobilnya di tepi jalan dan berjalan kaki menuju rumahnya. Kepalanya terasa sedikit pusing akibat dari alkohol yang ia minum di rumah Jona, temannya tadi. Oliver merogoh saku celananya untuk mencari kunci tapi ia tidak bisa menemukannya. Saat ia memutar knob pintu, ternyata rumahnya tidak terkunci. Oliver masuk dan dengan susah payah menaiki tangga menuju kamarnya.

Dalam keadaan setengah mabuk, dari kamarnya Oliver bisa mendengar percakapan Nath dengan lelaki yang menemaninya malam ini. Terkadang ia mendengar suara cekikikan dan itu membuat Oliver merasa mual. Ia benar-benar mual. Perutnya terasa seperti diaduk-aduk dan seperti ada sesuatu di tenggorokannya yang mendorong ingin dikeluarkan. Oliver berlari ke kamar mandi dan langsung terjatuh dengan posisi wajah terjerembab di lubang kloset. Ia mengeluarkan semua isi perutnya.

"Shit! Aku minum terlalu banyak tadi." Oliver mengutuk dirinya sendiri. Ia mem-flush muntahannya.

Setelah merasa sedikit lebih baik, Oliver kembali ke tempat tidurnya. Ia melepas sepatu dan seluruh pakaiannya, menyisakan boxer-nya. Kali ini dengan jelas Oliver bisa mendengar suara desahan dan rintihan Nath. Oliver benar-benar sudah tidak tahan lagi. Ia sangat ingin pergi dari rumah itu dan takkan pernah kembali.

Oliver meraih earphone yang tergeletak di atas nakas, mencolokkannya ke ponsel dan segera menutup kedua telinganya dengan teriakan Corey Taylor pada lagu People=Shit.

Oliver menutup kedua matanya. Berusaha untuk melupakan segalanya. Tapi, tanpa ia sadari air mata mengalir dari sudut matanya. Hatinya sangat hancur malam ini melihat semuanya. Ia benar-benar ingin pergi meninggalkan Nath, rumah itu dan segala yang ia punya.

Pergi ke suatu tempat di mana tak ada seorang pun yang mengenalinya. Suatu tempat di mana ia bisa memulai lagi kehidupannya dari awal.

Tapi tiba-tiba ia teringat Amy. Oliver tidak bisa pergi meninggalkan Amy begitu saja seorang diri. Ia harus membawa gadis itu bersamanya. Suatu saat nanti. Ya, suatu saat nanti.

Oliver membuka layar ponselnya. Masih dengan earphone yang menutupi kedua telinganya, ia membuka pesan singkat terakhir dari Amy dan membalasnya.

Oliver : Sleep tight, sunshine. Ily

Oliver kembali mematikan layar ponselnya dan berbaring miring, menutup kepalanya dengan bantal. Ingin sekali rasanya ia berteriak tapi tubuhnya terasa sangat lelah saat ini. Ia memejamkan matanya dan tak lama ia pun terlelap.

***
.
.
.
.
.

Oliver membuka matanya dan menyadari dirinya berada di sebuah lapangan luas. Dengan rumput yang berwarna hijau membentang sepanjang mata memandang dan langit sore yang berwarna merah muda. Ia dapat melihat dengan sangat jelas, ada banyak sekali balon udara berwarna-warni terbang di atas kepalanya.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang