6. us against the world 2

279 43 63
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Sesampainya di sekolah Oliver langsung memarkirkan mobilnya. Untuk beberapa saat ia terdiam di dalam mobilnya di parkiran sekolah. Mengingat kembali apa yang sudah terjadi dengannya dan Nath di rumah tadi. Oliver berusaha untuk tidak memikirkannya tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Setiap kali habis berurusan dengan Nath, selalu saja ada perasaan tidak nyaman mengganjal dalam hatinya. Seperti ada beban besar menghimpit hati Oliver yang terasa begitu menyakitkan.

Biar bagaimana pun Nathalie adalah ibunya. Ibu kandung yang melahirkannya.

Oliver memejamkan kedua matanya dan menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Jauh di dalam hatinya, sebenarnya Oliver merasa benar-benar gagal. Ia merasa gagal menjadi seorang anak yang baik. Ia gagal mengubah ibunya menjadi wanita baik-baik dan sebagai seorang anak lelaki, Oliver merasa gagal untuk menjaga dan melindunginya ibunya itu.

Sejujurnya Oliver ingin sekali memulai semuanya lagi dengan Nath, melupakan semua kepahitan yang sudah terjadi di antara mereka berdua di masa lalu. Tapi entah kenapa setiap kali melihat wajah wanita itu kemarahan dan kebencian seperti muncul lagi ke permukaan. Apalagi jika melihat perilaku Nath yang belum juga berubah sampai saat ini. Oliver benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

Oliver membuka kedua matanya dan mengusap air mata yang tanpa terasa mengalir di sudut matanya. Saat ia beranjak keluar mobil, ia melihat Amy. Tampak dari kejauhan Amy sedang berbicara dengan seorang pria paruh baya yang mengenakan setelan jas berwarna hitam. Oliver yakin pria itu adalah ayah Amy, Tuan Josh Levesque.

Oliver memperhatikan mereka dari jauh. Wajah Amy tampak sedikit pucat dan ia hanya mengangguk-angguk perlahan saat ayahnya seperti sedang mengatakan sesuatu kepadanya. Tak berapa lama ayah Amy kembali masuk ke dalam mobil dan segera pergi meninggalkan sekolah.

Oliver berlari ke arah Amy. Ia merasa sangat senang melihat Amy sudah kembali ke sekolah.

"Amy tunggu!" Amy menghentikan langkahnya saat mendengar suara Oliver. Ia berbalik. "Amy, kau baik-baik saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu. Apa yang terjadi?"

Oliver menatap wajah Amy. Ia merasa Amy sepertinya kurang sehat.

"Aku baik-baik saja, Oli. Jangan khawatir. Maaf kemarin aku tidak bisa mengangkat panggilanmu. Kepalaku sedikit pusing."

Mereka berjalan beriringan masuk ke dalam sekolah. Dalam hati Oliver bertanya mengapa hari ini Amy tidak memintanya untuk segera pergi menjauh darinya. Apa Amy sudah tidak peduli pada Lynn? Atau sekarang Amy hanya terlalu pusing untuk mengusirnya?

"Aku terus memikirkanmu sejak kemarin. Kupikir ada yang salah sejak terakhir kau pulang lewat jendela kamarmu itu." Mata Oliver tidak bisa lepas dari wajah Amy. Ia merasa ingin terus bersama Amy, khususnya saat ini. Agar Oliver terus bisa melindunginya dan yakin kalau Amy akan baik-baik saja.

Amy tersenyum kecil mendengar ucapan Oliver. "Tidak, Oli. Tidak ada yang terjadi. Semua baik-baik saja. Aku sudah bilang kan, aku hanya sedikit pusing."

"Baiklah kalau begitu. Kuharap kau tidak menyembunyikan apa pun dariku."

Sepanjang pelajaran hari itu Oliver terus saja memikirkan Amy. Ia merasa senang Amy sudah kembali ke sekolah tapi ia merasa ada yang aneh dengan sikap Amy hari ini.

***

Sejak mereka bertemu pagi itu, Oliver merasa ada yang berbeda dengan Amy. Perubahan yang justru membuatnya senang. Di sekolah, Amy tidak pernah lagi memintanya untuk pergi menjauh. Mereka tak terpisahkan satu sama lain di mana pun mereka berada. Setiap hari Amy selalu meminta Oliver untuk mengantarnya pulang. Mereka berdua selalu pergi menghabiskan waktu bersama sepulang sekolah sebelum Oliver benar-benar mengantar Amy ke rumah. Semakin hari Oliver semakin mencintai Amy. Untuk sesaat Oliver bisa benar-benar merasa hidup.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang