43. sweet(est) escape

644 30 55
                                    

Beberapa bulan setelah pernikahan mereka, Amy berhasil lulus dari kuliahnya dan Oliver masih bekerja bersama ayah mertuanya, Tuan Levesque. Sementara itu, Amy mendengar kabar kalau Alex sudah benar-benar pergi ke NY dan akan menetap di sana sampai batas waktu yang belum ditentukan. Hubungan antara keluarga Levesque dan Tunner pun sudah membaik seperti dulu lagi. Dan sejak mengetahui semua kebenaran mengenai alasan kegagalan pernikahan Amy dan Alex, Melanie sekarang sudah bisa membuka hati pada Oliver dan menerima pernikahan anak mereka itu.

Dan untuk Lucia, menurut kabar yang didapat dari Tom, wanita itu sudah kembali ke Italia. Lucia memutuskan untuk menutup semua akses yang berhubungan dengan Oliver agar ia bisa cepat melanjutkan hidupnya dengan normal. Dan Oliver benar-benar menghargai keputusan wanita itu.

Hari ini hari Sabtu dan Oliver mengajak Amy untuk pergi mengunjungi Benji di Hereford. Entah kenapa Oliver merasa sangat merindukan pamannya itu. Merindukan bengkel tempatnya bekerja dulu, merindukan taman di dekat tempat tinggal mereka dan yang paling utama, ia merindukan apartemen jelek yang pernah mereka tinggali saat ia dan Amy melarikan diri dulu. Amy dan Oliver pergi dengan menaiki kereta siang itu. Amy yang memintanya, gadis itu mengatakan kalau ia ingin tidur dengan tenang selama perjalanan dan agar Oliver tidak terlalu kelelahan menyetir mobil. Dan Oliver menyetujui usulan Amy.

Dalam perjalanan, saat Amy terlelap di hadapannya, Oliver terus saja memandangi gadis itu. Mengetahui bahwa sekarang semua mimpi buruk dalam hidup mereka telah berakhir dan Amy telah menjadi istrinya membuat Oliver merasa sangat bersyukur sampai tersenyum-senyum sendiri. Kedua tangannya terus saja menggenggam tangan Amy di atas meja.

Sekitar beberapa jam kemudian, Amy dan Oliver sampai di kediaman Benji.

Oliver memperhatikan tempat itu. Kenangan saat pertama kali mereka datang untuk meminta tolong pada Benji dulu berputar dengan sangat jelas di kepalanya. Ia melihat tidak ada perubahan yang signifikan dari bengkel pamannya, kecuali jumlah pekerja dan mobil pelanggan yang semakin banyak. Perlahan Amy dan Oliver menghampiri Benji yang tampak sedang memperhatikan salah satu pekerjanya.

"Permisi, selamat siang, Tuan," ucap Oliver berpura-pura menyapa pamannya itu.

"Ya, ada yang bisa kubantu?" Benji membalikkan tubuhnya dan lelaki itu tampak terkejut melihat kedatangan keponakannya itu karena Oliver sengaja tidak memberitahunya. Ia benar-benar ingin membuat kejutan untuk Benji dan ingin mengobrol banyak hal dengannya karena saat Benji menghadiri acara pernikahannya kemarin, keduanya tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengobrol karena pasangan pengantin itu sibuk meladeni tamu-tamu lain.

"OLIVER?" Benji berteriak lalu memeluk Oliver dengan erat. "Sebuah kejutan, huh?" Benji melepas pelukannya pada Oliver lalu berpaling pada Amy. "Ah–dan ini si pengantin wanita." Ia memeluk Amy sesaat. "Aku tidak menyangka kalian akan berkunjung kemari!"

Benji menepuk-nepuk pundak Oliver.

"Kami sengaja merencanakan untuk berkunjung kemari karena kami merindukanmu, Benji."

"Oh benarkah? Aku merasa tersanjung walau mungkin kau berbohong mengenai hal itu." Ketiganya tertawa. "Oh ya, kalian pasti lelah. Ayo kita masuk ke dalam."

Di dalam mereka duduk di ruang tamu tempat mereka biasa mengobrol dulu.

"Baiklah, pertama-tama kalian mau minum apa?" tanya Benji dengan antusias. Lelaki itu tampak sangat senang menerima kedatangan Amy dan Oliver, itu terlihat dari senyuman di wajahnya yang tidak pernah pudar dan sikapnya yang jadi tampak salah tingkah.

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang