38. come clean

205 26 48
                                    

please vote and leave comment, dear!
thank you <3
.
.
.

Amy dan Oliver memutuskan untuk memesan makanan dan menikmati makan malam mereka di apartemen Oliver. Mereka berdua merasa sangat bahagia, khususnya Oliver sendiri karena ia sudah bisa mengingat semuanya lagi sekarang.

Sepulang kuliah tadi, Oliver membawa Amy ke apartemennya dan entah siapa yang memulai, keduanya berciuman dan saling melepas pakaian satu sama lain. Perasaan bahagia dan rindu yang selama ini terpendam meledak begitu saja menjadi gairah tak tertahankan.

Sepanjang sisa hari itu mereka berpeluk-pelukan di atas tempat tidur dengan tv yang menyala di hadapan mereka. Sebenarnya tv itu hanya sebagai penambah keceriaan di ruangan itu. Oliver dan Amy tidak benar-benar memperhatikan benda itu karena mereka mempunyai dunia sendiri yang jauh lebih indah untuk dinikmati.

Selesai makan malam, Amy dan Oliver kembali berpelukan di atas tempat tidur. Amy terus saja menyandarkan kepalanya di pundak Oliver sementara Oliver terus mengusap-usap rambut Amy sambil menciumi kepalanya sesekali. Perasaan bahagia di hati keduanya tidak bisa diungkapkan dengan apa pun saat ini.

"Kau tahu, Oliver. Aku merasa sangat bahagia saat ini. Aku benar-benar tidak percaya semua ini terjadi. Kau sudah mengingatku kembali."

Amy menengadahkan wajahnya untuk melihat Oliver. Pemuda itu tersenyum.

"Kau tidak tahu kalau aku jauh lebih bahagia, Amy. Kebahagiaanku tidak bisa diungkapkan dengan apa pun saat ini. Aku mencintaimu."

Oliver mengecup rambut Amy dan gadis itu pun tersenyum. Ia mengeratkan pelukannya pada tubuh Oliver.

"Aku mau setelah ini kau memutuskan hubungan dengan tunanganmu, Amy. Dan kita akan memulai lagi semuanya dari awal. Kau mau, kan?"

Amy melepas pelukannya dari tubuh Oliver lalu menatap lelaki di hadapannya itu.

"Apa jika aku memutuskan hubunganku dengan Alex kau juga akan memutuskan hubunganmu dengan Lucia?"

Oliver terkejut mendengar pertanyaan Amy. Ia tahu Amy pasti akan menanyakan hal itu. Tapi, mereka berdua sekarang sedang merasa bahagia, Oliver tidak mau merusaknya dengan memberi kabar pada Amy kalau Lucia sedang mengandung anaknya.

Amy pasti marah besar, Oliver tahu itu. Tapi Oliver juga tidak mau berbohong pada Amy.

"Oliver, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"

"Aku akan kembali ke London untuk menemui Lucia, Amy," jawab Oliver perlahan. Ia benar-benar takut Amy akan meledak saat ia mendengar kabar tentang Lucia.

"Dan kau akan memberitahu Lucia kalau kau sudah mengingat semuanya? Lalu meninggalkannya?"

Oliver menghela napas. Ia menangkup wajah Amy dengan kedua tangannya lalu menatap Amy dengan sangat lekat.

"Aku tidak bisa meninggalkan Lucia untuk sementara waktu ini, Amy. Lucia sedang hamil. Ia mengandung anakku."

Amy mengernyitkan alisnya mendengar ucapan Oliver. Namun berbeda dengan dugaan Oliver sebelumnya, Amy malah tersenyum mendengar pengakuannya barusan. Amy melepas kedua tangan Oliver dari pipinya dan mendekap tubuh Oliver lagi lalu berkata, "Oh ayolah, Oli. Aku sedang tidak dalam kondisi ingin bercanda saat ini. Itu tidak lucu."

Oliver merasa bingung dengan reaksi Amy. Gadis itu berpikir Oliver hanya sedang mempermainkannya. Oliver menarik tubuh Amy lalu menatapnya lagi. Amy tampaknya benar-benar tidak terpengaruh dengan ucapan Oliver mengenai kehamilan Lucia.

"Aku serius, Amy. Aku tidak sedang bercanda. Lucia memang sedang mengandung anakku. Darah dagingku. Aku harus menunggu sampai anak itu lahir dan setelah itu aku akan mengurus semuanya."

𝐎𝐋𝐈𝐕𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang