Dua Belas

38 8 0
                                    

.
.
.
.
.

Sinar Matahari menilisik masuk melalui celah gorden, mengganggu tidur Tyana yang saat ini masih bersembunyi di balik selimutnya

"Jam berapa ini?"

Mengerjapkan matanya, Tyana menatap jam dinding

" Astagfirullah, udah jam delapan? Shubuh gue Ya Allah"

Setengah melompat dari kasur, tapi tak lama kepalanya serasa berputar dia seolah lupa masih dalam kondisi sakit dengan tidak menghiraukan pusing yang tiba-tiba mendera Tyana berlari keluar dan hal yang pertama di lihatnya adalah Jevian yang tertidur dengan selimut membungkus tubuhnya di kursi ruang tamu yang sempat di dudukinya malam tadi

"Ngapain ni anak tidur disini"

Tersadar dari pikirannya, Tyana barulah paham bahwa dia memakai kamar Jevian dan meniduri ranjangnya semalam pantas saja Jevian tidur diluar tapi tidak mungkin-kan Apartemen sebesar ini hanya memiliki satu kamar pikirnya

Sambil melangkahkan kakinya ke arah Jevian. Tyana memberanikan diri untuk membangunkan Jevian dari tidurnya

"Jev" dengan suara pelan Tyana membangunkan Jevian, sebenarnya dia agak sedikit ragu tapi saat ini dia betul-betul membutuhkan pria itu karena dia ingin segera pulang

Setelah memanggil Jevian beberapa kali barulah terlihat pergerakan dari Dokter tersebut, dan tak lama setelah itu Jevian mengerjapkan matanya dan mendudukan tubuhnya

"Kamu udah bangun?" Setelah melihat Tyana di depan matanya sebuah perntanyaan lolos dari bibirnya, dan anggukan dia terima dari gadis tersebut " oh sudah jam delapan ya, sepertinya selepas shubuh tadi aku ketiduran" lanjutnya

" maaf membangunkan mu, kenapa kamu tidak membangunkan Saya Shubuh tadi ? Tyana menanggapi pernyataan yang baru saja dilontarkan Jevian yang mana saat ini sang Dokter itu masih menyesuaikan retina-nya karena sepertinya dia masih mengantuk

"Tidurmu sangat nyeyak, aku ragu membangunkan mu" jawabnya, setelah itu dia bangkit menuju dapur entah apa yang akan dilakukan pria tersebut

" Saya mau pulang" Tyana membawa kakinya mengikuti Jevian yang saat ini sibuk menatap isi kulkasnya

" Kita sarapan dulu ya"

" Please Jev, saya butuh pulang dari kemaren saya belum mandi" Tyana sedikit memohon kepada Jevian sudah cukup dia menahan Tyana semalaman di Apartemennya

Sejak pulang dari kantor kemaren dia memang sama sekali belum berganti pakaian apalagi mandi, dan dia Juga masih mengenakan kerudung, mengenai kerudung yang masih melekat dikepalanya, malam tadi ketika dia pingsan sebenarnya Jevian ingin menanggalkan-nya agar Tyana bisa sedikit relax karena memakai kerudung saat tidur pastilah tidak nyaman apalagi kondisi Tyana yang sedang demam tinggi

Tapi pria itu belum cukup gila untuk melakukannya dia masih menjaga batasan untuk melakukan itu apalagi melihat kondisi mental Tyana yang begitu takut berhubungan dengan laki-laki, setelah melihat Tyana sadar dan tertidur Jevian menganggap tidak masalah kalau dia masih mengenakan-nya lagian itu terlihat tidak mengganggu sama sekali kecuali kondisi Tyana malam tadi betul-betul sangat emergency mungkin saja dia sudah menaggalkan-nya tadi malam

Walaupun dia seorang Dokter dia bisa melakukan apapun agar pasiennya bisa sembuh dan nyaman dalam masa perawatannya, tapi dibalik itu dia juga juga harus mendapatkan persetujuan dari pasien ataupun keluarga pasien tapi bedanya saat ini yang dia rawat adalah Tyana yang mana saat itu mereka bukan berada dirumah sakit melainkan di Apartemennya, tentunya sangat besar kemungkinan dia bisa melakukan apapun kepada Tyana tapi dia masih berpikiran waras untuk tidak melanggar kode etik yang berhubungan dengan privasi seseorang

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang