Tiga Puluh Delapan

20 0 0
                                    

.
.
.
.
.

" Eoy... ngelamun aja lo pagi-pagi"

Suara seseorang yang mengejutkan Citra membuatnya sadar atas lamunannya, menongak-kan kepalanya baru-lah ia sadar siapa orang yang membuatnya terkejut.

" Tyaaaaann... long time no see"

Sebuah pelukan erat didapati Tyana dari sang sahabat yang mana sudah hampir satu minggu lebih tak bertemu.

" Jahat lo gak jenguk gue" sambil memanyunkan bibirnya Tyana mendudukan dirinya di sebelah Citra.


" Dilarang ama laki lo" balas Citra


" Ha? Bisa-bisanya lo nurut sama Jevian?" Tyana heran sahabatnya yang satu ini setaunya akan melawan kalau keinginannya tidak terpenuhi.


"Ya. Gimana lagi ya Yan, dia bilang gini
'Maaf uni Yana harus istirahat total nanti aja ya kalau dia udah agak mendingan' gituuuuu dia bilang gitu yana.. so ya udah demi kesehatan lo gue mah nurut"


" Tapi kan cuma jenguk Cit gak lo kan gak ngajak gue dugem"


" Tau deh laki lo " Citra mengedikan bahunya.


Kalau dipikir lagi semenjak Tyana sakit Jevian sangat overprotektif dengannya walaupun sedang bersikap dingin, untuk melihat ponsel saja dia dilarang, bahkan Bundanya kala itu mendukung Jevian.


" Yana dengerin tuh suami-mu, jangan banyak gerak dan kemauan ini-itu dulu kamu lagi sakit gini loh, untuk suami mu Dokter kalau gak di opname loh kamu di rumah sakit"

Dia masih sangat ingat perkataan Bundanya ditelfon kala itu, bahkan Bundanya saja tidak mau menjenguk dengan alasan " ntar kalau Bunda kesana kamu banyak maunya lebih baik kamu di urus Nak Faras aja sampai sembuh" mengingat itu Tyana masihlah kesal Bundanya bukan pro ke anaknya sendiri malah pro dengan menantunya dan oleh karena itu dia hanya berdiam diri diatas kasur selama sakit bahkan untuk bergerak pun di atur.

" Eh.. trus gimana lo ama laki lo udah baikan?"


" Tunggu dulu nanti gue cerita, pertanyaan gue tadi belum lo jawab kenapa lo melamun gue tau ya lo begitu kalau ada masalah"


Dan diputuskan mereka berbincang setelah jam istirahat kantor.

.


" Nathan nyuruh gue berenti kerja"


Tyana yang baru saja menghabiskan air putih dalam gelasnya memperbaiki posisi duduknya biar lebih nyaman mendengar curhatan Citra.


" Trus?" Tyana bertanya kelanjutannya.


Menghela nafas kemudian Citra meminum Jus Tomat di hadapannya.


" Ya trus menurut lo gimana?"


" Ya bagus dong, kan kalian juga pernah bahas ini lagian kasihan juga Nadira lo tinggal sama si mbak terus"

" Tapi-kan, lo tau sendiri gue seneng kerja disini, salah satu impian gue kerja disini dan ada lo juga disini" Citra yang biasanya bersemangat di setiap waktu saat ini kelihatan lesu.

" Lo gak boleh gini loh Cit, lagian kehidupan ekonomi lo sama Nathan udah stabil lagi, proyeknya juga udah berkembang pesat jadi wajarkan dia minta lo mundur, dia juga pernah bilangkan kalau dia gak mau ngelihat lo capek setiap pulang kerja"


Tyana paham sekali ke galauan sahabatnya itu, sebenarnya Citra bekerja bukan tanpa alasan 4 tahun yang lalu usaha yang dibangun Nathan sempat mengalami masalah dan mengakibatkan ekonomi mereka lemah, dan dengan berat hati Nathan mengizinkan Citra untuk bekerja karena Citra tidak mau hanya memberatkan sang suami apalagi Nadira membutuhkan hidup yang layak, oleh karena itu mereka memutuskan untuk sama-sama bekerja.


" Ntar deh gue pikir-pikir lagi, kalau lo gimana? Jevian ada nuntut lo buat berenti?"


Mendengar pertanyaan dari sang sahabat Tyana hanya mengerutkan keningnya karena selama ini Jevian tidak pernah menuntut apapun padanya apalagi pernikahan mereka juga baru seumur jagung bahkan mengobrol intens saja baru dua hari ini lagian hubungan mereka juga baru membaik.


Kecuali, pas dia sakit Jevian memang tidak membolehkannya bekerja dan itu masih tergolong wajar tentunya larangan ini tidak bisa di samakan denga kasus Citra dan Nathan.


"Ngak sih Cit, kayaknya dia fine fine aja gue kerja kecuali pas sakit kemaren"
Tyana hanya tersenyum kecil sambil mengaruk pipinya yang tidak gatal.

" Ya iyalah, gue hajar juga tu anak kalau dia gak larang lo buat kerja pas lo sakit trus gimana lo ama dia?"

Lalu mengalir-lah cerita Tyana mengenai hubungannya dengan Jevian yang mulai ada perubahan ke arah lebih baik.

" syukurlah akhirnya lo sadar"

" maksud lo?"

" hahaha jangan emosi dulu, maksud gue syukur lo sadar kalau lo emang nyaman dan nerima dia jadi suami lo"

Sekarang gantian Tyana menghela nafas "sebelum gue jatuh sakit kemaren, lo pasri sadar kenapa gue gila kerja saat itu pikiran gue kacau Cit gue sadar kalau gue membutuhkan dia tapi gue takut kalau dia akan ninggalin gue sama kayak-"

" Gak.. Jevi gak gitu" belum sempat Tyana menyudahi ucapannya Citra  memotong ucapan tersebut dengan tegas.


" gue berani jamin Jevian gak begitu" tambahnya.


Tyana hanya tersenyum mendengar sanggahan sang sahabat, ternyata Jevian sangat di percaya oleh orang-orang terdektanya; ya semoga.

.
.
.
.
.

TBC




Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang