Tiga Puluh Dua

27 2 0
                                    

.
.
.
.
.

Suara alram yang berasal dari hape yang terletak di nakas samping kiri membuat Tyana sadar dari tidur lelapnya, sambil mematikan nada alarm tersebut Tyana mengerjapkan matanya dan melihat ke langit-langit kamar ada hal yang aneh pikirnya, setelah menyesuaikan retinanya dengan keadaan sekitar barulah dia ingat bahwa saat ini dia berada di kamar Jevian.

"Kok gue lupa gini sih, kalau udah nikah" sambil mengusap wajahnya dia perlahan menolehkan kepalanya kesamping kanannya tak ada siapa-siapa kemana pria yang tidur disebelahnya malam tadi pikirnya.

Dia edarkan lagi pandangannya ke segala arah, dan berakhir disudut kamar didekat jendela apartemen ini, seseorang terlihat sedang melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Tuhan ;Jevian sedang sholat.

Barulah dia sadar bahwa ini sudah waktunya subuh, dengan segera dia melompat turun dan bergegas kekamar mandi untuk membersihkan diri.

" Pagi Yana?"

Tyana yang baru saja keluar dari kamar mandi di sambut oleh suara lembut Jevian, dan Tyana hanya mengangguk sambil berjalan ke arah lemari mengambil mukena yang akan dia gunakan untuk ibadah subuhnya.

Selesai dengan ibadahnya, Tyana kebingungan apa yang harus dia lakukan setelah ini karena biasanya weekdays begini dia sudah bersiap-siap untuk berangkat kekantor tapi saat ini dia sedang cuti, Tyana terdiam lama memikirkan apa yang akan dia lakukan hari ini dan mengenai Jevian selesai melaksanakan Ibadahnya Tyana tidak menemukan sosok itu lagi di dalam kamar ini, mungkin dia diluar pikirnya.

Tyana dengan perlahan melangkahkan kakinya keluar kamar, tak lama aroma harum masakan menyapa indra penciumannya seperti de javu kakinya melangkah ke arah dapur dan melihat punggung kokoh seseorang yang dia pastikan itu Jevian.

Jevian yang sadar akan langkah kaki yang mendekatinya membalikkan badannya sambil membawa dua piring di kedua tangannya.

" Yok sarapan dulu, kamu suka nasi goreng kan? Sorry aku belum belanja hanya ini yang bisa dimasak" dengan senyum yang menguar tulus Jevian meletakan dua piring nasi goreng dengan telur dadar di meja makan.

Rasa malu tentu saja menggerogoti dirinya, seharusnya dia yang menyiapkan ini bukan Jevian pikirnya, tak ada kalimat yang keluar dari bibir Tyana dia saat ini sudah duduk di meja makan di hadapan Jevian serta sepiring nasi goreng buatan Jevian yang sepertinya sangat menggugah selera.

" Kok hanya diam, ayok dimakan atau kamu gak suka sarapan sama nasi ?"

"Suka kok"

Kalimat pertama Tyana pagi ini, Tyana mulai menyendokkan nasi itu kemulutnya tapi sebelum itu suara kursi yang diduduki Jevian mengejutkannya, Jevian berdiri dari duduknya dan berjalan kearah Tyana.

" Kalau kayak gini kamu gak hanya sarapan nasi goreng, tapi juga rambut" kekeh Jevian.

Tyana hampir saja tersedak, bukan karena ucapannya tapi dengan apa yang sedang di lakukan Jevian padanya saat ini.

" Maaf ya..rambutnya aku pegang, okeh selesai" setelah selesai dengan kegiatannya Jevian kembali duduk dihadapannya "rambutnya gak ikut kemakan lagi kamu boleh lanjutin makannya" kekehnya

Jevian baru saja mengikat dan merapikan rambutnya, Tyana masih sedikit syok dan terdiam dia lupa sejak malam tadi dia tidak lagi mengenakan kerudungnya didepan laki-laki itu lagian juga tidak masalahkan? mereka sudah menjadi pasangan yang halal bahkan Jevian menyentuh rambutnya saja sudah tidak akan menjadi dosa tapi yang bermasalah saat ini adalah jantung Tyana, tidak.. dia tidak kambuh hanya saja dia kaget dengan ulah Jevian barusan.


Mengenai hijab Sejak kejadian yang membuat dia memiliki trauma, dia sudah mulai menggunakan jilbab, menutupi hal yang memang wajib dia tutupi juga untuk menjaga dirinya dari lawan jenis.

Dulu saat dia masih memiliki hubungan atau masih pacaran dengan mantannya dia juga selalu menjaga dirinya dan juga tidak pernah melanggar norma, paling jauh dia hanya berpegangan tangan, apa karena ini Arianda mencari kesenangan dengan wanita lain yang bisa dia ajak melakukan hal yang lebih pikirnya, tiba-tiba saja pemikiran itu melintas di benaknya.

Sudahlah Tyana lupakan semua itu

Melihat Tyana yang masih diam dan menggelengkan kepalanya Jevian bingung " Yana... ada apa?"

" n..ngak.. gak ada kok" jawabnya dengan suara yang sangat lemah dan halus.

Jevian tidak berani lagi bertanya karena saat ini Tyana sudah kembali memakan nasi goreng dihadapannya dan Jevian tidak mau mengganggu lagi sarapan istrinya itu, tadi dia juga reflek mengikat rambut Tyana yang sedikit berantakan walau masih terlihat cantik tapi melihat rambutnya yang sedikit keluar dari ikatannya itu terlihat  mengganggu acara makan Tyana oleh karena itu dia berinisiatif untuk merapikannya.

Jevian juga bingung dengan dirinya, entah kenapa dia selalu bersikap implusif apabila berhadapan dengan Tyana dia ingat awal dia membawa Tyana ke apartemen ini beberapa bulan yang lalu, melihat Tyana yang ketakutan di basement kala itu entah dorongan dari mana dia segera memeluk Tyana, begitu juga didepan rumah pasangan Nathan dan Citra dia dengan mudah menumpukan kepalanya di pundak Tyana.

Padahal dia tau gadis itu susah untuk didekati, dan selama ini dia juga sangat menjaga sikapnya kepada perempuan lain bahkan pada mantan pacarnya saja dia jarang sekali melakukan kontak fisik karena dia juga paham tak akan berlaku jauh pada pasangan yang belum sah menjadi istrinya tapi dengan Tyana semuanya berbeda seperti ada magnet yang membuatnya selalu ingin dekat dengan gadis itu, dan semua itu dia rasakan sejak mendengar permintaan Tyana di cafe sunrise beberapa bulan yang lalu.

Sang gadis yang sudah di kenalnya bertahun-tahun, di hari itu mampu mengacaukan hati dan pikirannya.

Ini bukanlah Jatuh cinta sejak pandangan pertama tapi entah pandangan yang keberapa dan di hari itu Tuhan menyentuh hati Jevian untuk Tyana;Jatuh cinta memang tak mengenal waktu, dan sejak saat itulah sikap Implusif nya pada Tyana muncul.

Tak terasa nasi goreng mereka untuk pagi ini sudah habis, mode hening yang mereka ciptakan sedari tadi mampu membuat nasi goreng itu cepat habis dipiring mereka masing-masing.

"Sini piringnya biar saya cuci"

"Biar aku yang cuci Yana" piring kotor  dihadapannya dibawa Tyana kearah westafel tempat cuci piring tapi ditahan Jevian.

" Kamu udah bikin sarapannya, jadi biarkan saya yang mencuci piringnya"

Jevian yang mendengar itu tidak lagi menghalangi Tyana dengan kegiatan mencuci piringnya, tapi dia masih berdiri disana memperhatikan semua yang di lakukan Tyana.

" Kamu cutinya berapa hari?" Memecah keheningan yang melanda Jevian mencoba untuk memulai obrolan mereka.

" Seminggu sih" Tyana yang baru saja mengeringkan tanggannya dengan tisu menoleh kepada Jevian.

" Aku juga, tapi nanti jam sembilan aku harus kerumah sakit ada panggilan mendadak untuk operasi pasien, kamu ada rencana hari ini?"

Mereka masih berdiri didekat meja makan, mengobrol mengenai aktifitas apa yang akan mereka lakukan hari ini dan itu terlihat normal untuk pasangan suami-istri.

"Saya mau kerumah Bunda, laptop sama flashdisk saya masih disana" Tyana menjawab dengan santai, tapi ada sesuatu hal yang terlintas di kepalanya apa dia harus meminta izin kepada Jevian untuk kemanapun dia pergi mulai saat ini?.

" Oke kalau gitu, kita siap-siap biar aku yang ngantar kerumah Bunda selesai operasi aku akan jemput kamu lagi gimana?"

Tyana menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

Obrolan ringan pagi ini, mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang biasa saja tapi tidak untuk keduanya, karena sama-sama kita ketahui sebelum pernikahan ini terjadi komunikasi dan interaksi antar keduanya tidak berjalan lancar serta sarat akan emosi. Tapi bagai mana dengan pagi ini ?

Awal yang baik bukan?

.
.
.
.
.

TBC

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang