Dua Puluh Tiga

38 5 1
                                    

.
.
.
.
.

Hujan deras menguyur Kota Bogor, kemaren malam keluarga Tyana bertandang ke kota ini guna menghadiri undangan keluarga besar Arganta yaitu dalam rangka merayakan  ulang tahun Hadinata Arganta orang tua dari Jevian Arganta sekaligus sahabat dari Dirgantara Adista Ayah kandung Tyana.


Seperti kata pepatah pucuk di cinta ulam pun tiba, sejak memutuskan untuk menuntaskan masalahnya dengan Jevian, Tyana sudah beberapa hari ini juga sibuk memikirkan bagaimana cara untuk menemui Dokter tersebut karena sejak bertemu dengannya dirumah Citra tempo lalu mereka sama sekali tidak ada lagi saling berkomunikasi. Bahkan Jevian sendiri pun sepertinya juga masih ragu untuk menemui Tyana.

Dan dengan adanya undangan dari keluarga Jevian, ini merupakan suatu keberuntungan untuk Tyana, jadi dia tidak susah payah untuk memulai menghubungi atau menemui Jevian karena saat ini Jevian berada tepat di depan matanya; Dejavu bukan?

Acara ulang tahun Papa Jevian akan di laksanakan sore ini, tapi sejak tadi hujan belum juga reda karena rencananya mereka akan mengadakan secara Outdoor.

Mungkin tidak banyak yang diundang karena yang menghadiri acara tersebut hanya keluarga besar Arganta dan pihak dari keluarga Adista yang seperti kita ketahui dua keluarga ini sudah menjalin hubungan persahabatan sudah sejak lama mungkin sudah lebih berpuluh tahun hubungan persahabatn ini terjalin.

Sambil menunggu hujan reda beberapa dari mereka terlihat sibuk berbincang di gazebo villa milik Arganta ini, Jevian yang sibuk berbincang dengan saudara laki-laki Tyana, sanak saudara dari Jevian yang lainnya terlihat juga ikut menimbrung disana terluhat juga para orang tua mereka yang juga sibuk  bercengkrama entah apa yang mereka perbincangkan Tyana sama sekali tidak menyimak perbincangan itu karena sedari tadi dia juga sibuk memikirkan bagaimana caranya mengajak Jevian berbicara tanpa di ketahui kedua belah pihak keluarganya.

Jevian sebenarnya tau bahwa dari tadi Tyana melirik dan mencuri pandang kearahnya tapi dia berusaha bersikap biasa saja, dia masih ragu untuk menatap langsung Tyana karena dia masih merasa bersalah atas perlakuannya terhadap Tyana di depan rumah Jonathan hari itu.

Tapi walaupun perasaan bersalah itu menghantui pikirannya tidak dipungkiri juga dia ingin menyapa serta berbicara lagi dengan Tyana, mungkin meminta maaf atau sekali lagi meyakinkan Tyana dengan kesungguhan dirinya tak ada salahnya bukan?

Baru kali ini dia begitu menginginkan seseorang, bukan obsesi hanya saja dia merasa perasaannya terhadap Tyana tidak bisa dikatakan main-main padahal sudah lama dia mengenal gadis itu tapi entah kenapa sejak hari itu, hari dimana gadis itu mengutarakan niatnya pada Jevian dari sanalah hari-harinya tidak pernah tenang karena selalu terusik oleh detak jantungnya yang selalu berdetak diluar kendalinya saat memikirkan Tyana, Ya. Gadis itu begitu mengusik hidupnya.

Detak jantung yang selalu bertalu keras saat menatap dan memikirkan Tyana bahkan rasa risau serta khawatir apabila saat jauh dari Tyana tapi saat dia bertemu dengan Tyana jantungnya tak kalah berdetak cepat tapi disaat bersamaan rasa tentram dan damai juga ikut melingkupi, seperti hidu

Dan sejak dia menyadari bahwa dia telah jatuh se jatuh-jatuhnya pada gadis itu maka sejak saat itu jugalah dia memutuskan akan berusaha untuk mendapatkan Tyana, tapi sejak melihat penolakan bahkan kemarahan yang selalu Tyana tampakan padanya sebenarnya sangat mempengaruhi keyakinan Jevian tapi tidak ada salahnya dia berusaha sekali lagi untuk meyakinkan Tyana; pikirnya

Dan seandainya Tyana menolaknya lagi mungkin kata mengikhlaskan akan dia pilih untuk akhir kisahnya dengan Tyana, karena dia juga tidak ingin memaksa Tyana terlalu jauh dia juga merasa sakit seandainya Tyana sakit karenanya biarlah dia akan menelan pahitnya patah hati dari pada Tyana tersiksa karena ulahnya.

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang