.
.
.
.
."Ada kenyataan yang membuat kau bahagia tapi ada kenyataan yang menusukmu hingga inti jantungmu terluka"
Tyana yang sudah mulai tenang mengucapkan itu dengan suara yang masih serak, lalu Jevian menjawab dengan suara lembutnya yang disertai usapan lembut dirambut istri cantiknya itu.
"Tapi jangan terlalu lama menikmati luka, karena setiap luka pasti ada obatnya"
Tyana menongakkan kepalanya menatap manik jati suaminya, sebuah senyum lembut terukir di bibir tipisnya setelah itu kecupan lembut menyapa bibirnya.
"Eits.. Jev" Tyana kaget dengan perlakuan tiba-tiba Jevian itu, sambil menutup mulutnya.
"Kenapa hmm? Itu morning kiss kata orang-orang"
"Aku belum sikat gigi jangan aneh-aneh deh"
"Loh kenapa kalau belum sikat gigi, masih wangi gini kok kamu"
Semburat merah muncul di pipi cantiknya, dan setelah itu dengan segera di bangkit dari kasurnya dan berlari kekamar mandi.
Jevian yang melihat itu tersenyum, lucu sekali istrinya itu apalagi kalau sedang malu, pagi ini Jevian sangat bahagia karena Tyana sudah mulai bisa menerimanya.
Di dalam kamar mandi Tyana masih sibuk menetralkan detak jantungnya, Jevian betul-betul membuatnya merona dan baru kali ini setelah beberapa tahun dia kembali merasakan euphoria berbunga-bunga.
" Ya ampun jantung please... tenang oke" masih dengan tangan didada Tyana berjalan mendekati westafel kamar mandi dan melihat pantulan dirinya.
" Gue masih acak-acakan gini, di tambah udah hampir seminggu kagak mandi wangi apanya sih, dasar Jevian"
Iya, sejak Tyana sakit dia sama sekali tidak pernah mandi dan hari-harinya dia habiskan di atas tempat tidur kekamar mandipun hanya menuntaskan panggilan alamnya, kali ini dia benar-benar malu dengan Jevian.
.
Hampir satu jam Tyana di dalam kamar mandi, Jevian yang dari tadi menunggu bahkan sup ayam buatannya untuk Tyana sudah tersaji di meja makan tapi Tyana masih betah di kamar mandi.
Jevian yang mulai cemas mencoba mengetuk pintu kamar mandi mereka, tapi sebelum itu terjadi pintu putih iti sudah terbuka di iringi dengan keluarnya sang istri yang hanya berbalut bathrobe.
" Kamu mandi?" Dengan nada cemas Jevian menghampiri istrinya.
" Udah satu minggu aku gak mandi, aku malu kamu aja pagi-pagi gini udah wangi" Tyana mengalihkan pandangannya dari Jevian.
Jevian yang mendengar dan melihat sikap malu tapi gengsi istrinya ini tersenyum sampai kematanya.
" Kamu walau seminggu gak mandi masih wangi kok"
" gak usah nge-gombal, dan ngeledek aku" setelah mengatakan itu dia segera masuk kedalam walk in closet untuk mengganti bajunya.
Jevian? Dia masih tersenyum, senyum yang sangat bahagia.
.
Jam sudah menunjukan angka 08.00 pagi, sarapan telah usai dan saat ini Jevian memeriksa keadaan istrinya dengan alat-alat kedokterannya.
" Udah stabil, tekanan darah sama suhu tubuh kamu juga udah stabil, sekarang apa yang kamu rasakan? Pusing masih ada?"
Tyana tersenyum mendengar hasil diagnosa Dokter plus suaminya itu.
" Alhamdulillah akhirnya aku sembuh, aku udah gak pusing lagi tapi..."
" Tapi kenapa hmm??" Usapan lembut lagi-lagi diterima Tyana dia kepalanya suaminya ini memang tipe act of service
;Tyana menyukainya."Aku masih sedikit lemas Jev"
"Wajar kok sayang, kan kamu masih dalam masa pemulihan"
Jantung Tyana lagi-lagi bergemuruh hebat.
Jevian bisa gak sih gak usah manis-manis gitu
Tapi itu semua hanya bisa dia ucapkan dalam hati, tentunya dia berusaha bersikap biasa saja seolah panggilan "sayang" yang di lontarkan Jevian tidak berefek apa-apa untuknya.
" Tapi aku boleh ngantor kan senin depan?"
"Hmm gimana ya?" Dengan wajah yang serius Jevian menjawab pertanyaan istrinya itu.
" Please Jev, aku udah capek di kamar terus, lagian aku gak demam lagi"
Jevian sebenarnya hanya ingin sedikit menggoda Tyana tentunya dengan susah payah dia menahan senyum apalagi melihat tatapan memohon istrinya.
" Iya.. boleh.. tapi dengan syarat kamu harus aku antar dan aku jemput"
" Ish.. kok gitu?" Tyana memanyunkan bibirnya tanda tidak setuju.
"Iya atau tidak sama sekali"
Jevian melipat tangannya di dada lagi-lagi meneruskan actingnya memasang wajah serius, Jevian sebenarnya memang tidak mengizinkan Tyana untuk menyetir sendiri dengan kondisi yang masih bisa dikatakan baru sembuh dan masih perlu pengawasan tapi dia juga tidak mau membuat istrinya tidak nyaman dengan keinginannya itu.
Sebenarnya tadi dia menyangka Tyana akan kembali marah saat dia mengajukan syarat itu, tapi malah hal lain yang di jumpai Jevian dari respon istrinya, Tyana malah terlihat seperti anak kecil yang memohon kepada kedua orang tuanya biar di bolehkan membeli permen;lucu sekali istrinya itu, apa ini sisi lain dari Tyana?
Tentunya melihat dari respon Tyana itu juga-lah semakin membuat Jevian yakin bahwa Tyana benar-benar sudah menerima dirinya sebagai suami dan tentu saja menerima pernikahan ini bahkan dia juga sudah mulai membuka diri dan itu adalah hal yang sangat disyukuri Jevian bahwa perjuangannya tidak sia-sia.
" Iya deh.. kamu yang antar" Tyana menundukan kepalanya dan menjawab Jevian dengan suara yang sangat kecil.
Jevian yang tidak tahan melihat istrinya itu, langsung saja memeluk istrunya erat sambil tertawa.
"Hahaha.. kamu kok lucu gini sih, padahal kemaren-kemaren galak bener loh"
Dengan tawa yang masih mengalun, Tyana mencoba melepas pelukan Jevian.
"Berhenti gak ketawanya, jadi kamu cuma becandain aku ya??"
Kali ini Tyana memasang wajah merajuknya Jevian yang melihat itu dengan segera mengecup seluruh wajah istrinya itu tanpa ampun.
" Jev.. ih.. lepas gak"
Jevian yang sudah puas mencium seluruh wajah istrinya melepaskan dengan perlahan dekapannya lalu menatap Tyana sambil merapikan rambut Tyana yang sedikit acak-acakan karena ulahnya.
" Aku ngak lagi becanda soal mengantar jemput kamu kekantor, tapi ngelihat respon kamu yang kayak bayi yang dilarang jajan permen bikin aku ingin becandain kamu tau gak"
" Udah berani ya kamu sama mbak"
" Mbak siapa?? Kamu bukan mbakku tapi kamu bayi manisku"
" Ih Jevian....!"
Matahari pagi yang menyelinap masuk dari kaca jendela, menyebarkan cahaya hangatnya kesegala penjuru titik beku.
Akhirnya beku itu mencair, ini adalah pagi pertama dengan rasa hangat yang tercipta dikamar yang sudah hampir satu bulan dingin membeku itu.
.
.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun (Your My Medicine)
Romance"Dan. Opsi yang terakhir, aku akan tetap memberikan sperma ku kepadamu, tapi aku tidak akan menjamin hidupmu akan aman dari jangkauan keluargamu walaupun kamu melarikan diri ke Kutub Utara sekalipun." ------------------------------ "Ada kenyataan yg...