Dua Puluh Delapan

21 4 0
                                    

.
.
.
.
.

Sudah seminggu berlalu sejak kepulangan keluarga Adista dan Arganta dari Puncak dan saat ini keluarga besar Adista sedang sibuk mempersiapkan acara lamaran antara Tyana dan Jevian, yap. Besok malam secara resmi Jevian akan melamar Tyana.

Tyana hanya pasrah dengan ini semua, sebenarnya saat Jevian mengantarkannya pulang hari itu mereka sama sekali tidak membahas mengenai pernikahan lagi karena Tyana saat itu meminta waktu kepada Jevian untuk memikirkan lamaran Jevian

Flashback

Saat ini mobil Jevian sudah berhenti tepat di depan rumah Tyana, sebelum turun Tyana sempat mengatakan beberapa hal kepada Jevian.

"Jev, makasih ya udah mau bantu saya untuk sembuh dan untuk lamaran kamu kemaren siang kasih saya waktu ya-"

" saya juga ingin sembuh Jev, tapi untuk memutuskan menikah saya butuh waktu dan keberanian Jev, jadi kasih saya waktu ya"

Setelah mengatakan itu dengan lembut, Tyana menoleh kepada Jevian yang mana laki-laki tersebut sedang tersenyum kearahnya

" Maaf kalau aku terkesan memaksa, aku akan beri kamu waktu selama yang kamu mau, sekarang masuk gih pasti kamu capekkan?" ucapnya tak kalah lembut

Flashback end

Entah berapa lama Tyana membutuhkan waktu tapi saat itu Jevian tidak mempermasalahkannya dia akan tetap menunggu, tapi kata menunggu tidak berlaku untuk kedua orang tua mereka tanpa sepengetahuan mereka berdua kedua pihak keluarga sudah sepakat akan menggelar acara lamaran besok malam

Tyana yang tidak tau harus apa dan bagiamana hanya tertunduk lesu di sebuah meja cafe Sunrise tempat dia pertama kali membicarakan perihal ide gilanya pada Jevian dan sama saat ini dia sedang menunggu laki-laki itu bedanya saat ini dia tidak membahas mengenai sperma lagi tapi mengenai lamaran mendadak ini

Kalut, ya.. Tyana sangat kalut

Sret..

Sebuah suara dari kursi yang ditarik membuyarkan lamunan Tyana, dia yang dari tadi menunduk dengan tangan yang menopang kepalanya menongak melihat apakah itu Jevian?

Dan benar saja, seorang laki-laki yang mengenakan kemeja baby blue yang mana lengannya di gulung rapi sampai siku serta di padu padankan dengan celana hitam panjang yang membungkus kakinya terlihat begitu pas ditubuh tingginya

Jevian sudah tepat berada dihadapannya, tapi Tyana seolah masih linglung dengan kehadiran Jevian, entah apa yang dia pikirkan saat ini padahal sedari tadi dia sudah menunggu kedatangan Jevian

Setelah sedikit berdehem lalu Jevian mengibaskan tangannya di depan wajah Tyana

" Yana... hey are you oke?"

Satu detik... dua detik...

" oh.. sorry.. saya, saya hanya kurang fokus"

Ucapnya sedikit terbata, sepertinya Tyana memang sedang berada diambang batas kesadarannya, kenapa tidak acara lamaran akan diadakan besok malam tapi antara dia dan Jevian sama sekali belum ada membahas masalah ini sama sekali, apalagi Tyana juga sudah mengatakan kepada Jevian dia butuh waktu tapi kenapa dengan tanpa sepengetahuannya acara lamaran itu sudah begitu terencana dengan baik

Dan itulah tujuan dari pertemuan mereka saat ini yaitu membahas mengenai lamaran.

"Oke, Jev langsung saja. Bukankah saya udah minta waktu sama kamu soal pernikahan ini tapi.. tapi kenapa malah lamarannya besok bahkan saya belum memberi kamu jawaban mengenai  keputusan saya apa kamu lupa Jev, kenapa kamu se egois ini dan menuruti keinginan kamu tanpa persetujuan dari saya... kenapa Jev..?!"

Kalimat panjang, menyudutkan, bahkan menyalahkan Jevian mengalir dari mulut Tyana

" Yana.. please tenang dulu oke"

Jevian yang menyadari kondisi Tyana yang tidak stabil berusaha membuat Tyana lebih tenang sambil menyodorkan gelas air putih kehadapannya dia sedikit sudah terbiasa menghadapi perubahan gejolak emosi Tyana yang awalnya tenang tapi hanya hitungan detik akan meledak dan itu selalu berlaku saat membahas masalah pernikahan ; segitu takutnya Tyana.

" Kamu minum dulu, setelah itu kita bicara"

Dengan tenang Jevian menuntun Tyana untuk minum, untung saja Tyana menurut dan setelah setengah air didalam gelas habis Tyana mencoba mengontrol deru nafasnya

Setelah sedikit stabil, dia kembali melanjutkan

" Maaf " ucapnya dengan sedikit menunduk, dan Jevian yang melihat itu tersenyum

" Kenapa minta maaf kamu ngak ada salah apa - apa kok" nada suara Jevian tetap halus tanpa ada rasa tersinggung dari ucapan Tyana tadi dan dia kembali melanjutkan

"Soal lamaran itu aku juga minta maaf aku juga sama sekali tidak tau mengenai lamaran ini dan sama kayak kamu aku juga dikasih tau Mama kemaren siang"

Tyana yang mendengar itu mengernyitkan keningnya sambil menatap Jevian

" Kamu juga baru tau?"

Jevian mengangguk pasti, sebenarnya dia juga tidak mengetahui tentang acara lamaran ini dia hanya di beri tau oleh orang tuanya kemaren siang saat itu dia baru saja selesai melakukan tugasnya dirumah sakit dan mendapatkan telpon bahwa sang ibu menyuruhnya bersiap-siap membeli cincin untuk melamar Tyana besok malam, belum habis rasa bingung dan kagetnya dia juga di kejutkan oleh sebuah pesan masuk dari Tyana yang mengatakan ingin bertemu dengannya

Kecemasan saat itu mulai menggerogoti hatinya, apa Tyana baik-baik saja dengan acara lamaran ini,  dia tentu ingat bahwa Tyana meminta waktu kepada Jevian untuk memutuskan menerima ajakan Jevian menikah dengannya, tapi kenapa sekarang acara lamaran tiba-tiba saja akan di gelar? dari pemikiran Jevian pasti Tyana akan menyalahkannya dan benar saja baru saja Tyana menyalahkannya seolah-olah ini adalah rencana Jevian.

Bukannya Jevian tidak senang dengan acara lamaran ini, dia senang bahkan menurutnya tidak perlu pakai acara lamaran langsung menikah lebih baik, tapi dia juga tidak mau kalau keadaannya seperti ini, yang mana Tyana belum menyetujuinya sama sekali.

Dia senang ketika Tyana meminta waktu, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang mana Tyana menolaknya secara tegas dan didalam hari-harinya menunggu jawaban Tyana, orang tua mereka ternyata sudah mencuri start yaitu mempercepat acara lamaran

"Kita harus apa?" Tyana menunduk pasrah

" Menurut kamu kita harus apa?" Jevian membalikan pertanyaan Tyana

Tyana kembali kesal, kenapa Jevian selalu bertutur kata lembut padanya padahal Tyana sering mengeraskan suara bahkan berucap ketus pada laki-laki ini

Satu lagi yang membuatnya kesal dia saat ini membutuhkan jawaban bukan malah dikasih pertanyaan.

.
.
.
.
.

TBC

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang