Dua Puluh Tujuh

34 5 1
                                    

.
.
.
.
.

Sudah tiga puluh menit berlalu, selama itu juga Jevian memberikan Tyana waktu untuk menenangkan dirinya dia tau ini tidak mudah tapi dia akan menunggu, tidak hanya menunggu Tyana kembali tenang saat ini tapi dia juga akan tetap menunggu Tyana membuka diri dan hatinya suatu saat nanti.


Dia akan berusaha perlahan-lahan untuk membuat Tyana lepas dari traumanya dan satu-satunya cara yaitu selalu berada dekat dengan Tyana, dan jalan untuk bisa selalu dekat dengan Tyana adalah  membuat sebuah komitmen pernikahan dengan begitu dia selalu bisa mengontrol Tyana secara dekat sah di mata hukum dan agama.

Sebenarnya Jevian sudah sering menemui dan berkonsultasi dengan teman sesama dokternya yang mana juga merupakan dokter yang membantu Tyana dalam mengobati traumanya, dari hasil konsultasi itu sebenarnya dia bisa membuat Tyana lepas dari traumanya dan kebetulan saran yang diberikan oleh dokter Tyana adalah sesuatu hal yang membuat Jevian senang karena memang inilah yang dia inginkan  yaitu menikahi Tyana.

Menurut sang Psikiater dia sudah menyarankan itu dengan Tyana, 'hal yang dia takuti harus di lawan dengan ketakutan itu sendiri' tapi Tyana menolak saran itu karena menurutnya itu sama saja membunuhnya secara perlahan dan Tyana lebih memilih untuk mengobati dengan jalan yang lain yaitu menghindar dari segala hal tentang pernikahan itu sendiri.

Saat Jevian menemui psikiater Tyana sejak beberapa minggu terakhir, awalnya sang dokter tidak mau membahas segala hal yang menyangkut privasi pasiennya apalagi itu tidak ada sangkut pautnya dengan Jevian walaupun Jevian itu adalah temannya sendiri, karena Dokter Tyana sangat menjunjung tinggi kerahasiaan pasien.


Flashback

"Please bro..bantu gue"

" Kenapa sih lo pengen tau banget tentang kondisi Tyana? Lo kan tau ini rahasia mengenai pasien Jev walau sedekat apapun lo sama keluarganya ini tetap rahasia lagian kita tidak sedang dalam kerjasama menangani satu pasien dan gue tau lo juga paham mengenai itu"

ucap sang Dokter dengan tenang

Sudah hampir 10 kali dalam seminggu ini Jevian menemui temannya itu tapi jawaban tak juga dia dapatkan

" Gue sebenarnya ingin menikahi dia tapi lo tau sendiri gimana Tyana"

Dengan nada yang terlihat putus asa Jevian menanggapi ucapan psikiater dihadapannya itu

" please bantu gue, apa yang harus gue lakuin untuk Tyana"

Lama sang Dokter untuk menjawab dan sambil menatap Jevian Dokter itu tersenyum

"Sebenarnya Lo udah tau Jawabannya Jev, yaitu buat dia percaya lagi akan cinta, gue dukung niat lo karena memang itulah obat untuk Tyana, sulit memang tapi berjuanglah"

Setelah Melihat kesungguhan Jevian akhirnya sang psikiater yakin untuk mendukung niat baik Jevian, mengatakan kepada Jevian bahwa satu-satunya hal untuk mengobati trauma Tyana memang menikah, menikah dengan orang yang tepat bukan sembarang orang.

Karena memang inilah yang obat yang dibutuhkan Tyana agar lepas dari bayang-bayang masa lalu dan traumanya berharap Jevian memanglah seseorang yang bisa membuat Tyana keluar dari zona itu dan dia tetap berpesan pada Jevian agar tidak terburu-buru serta mendesak Tyana, karena melihat kondisi emosional Tyana yang masih jauh dari kata stabil apalagi terkait traumanya.

Seperti yang dikatakan temannya itu, mungkin memang sulit untuk membuat Tyana percaya tapi Jevian akan tetap berjuang

Flashback End

"Kita pulang Jev"

Jevian yang masih sibuk dengan ingatannya mengenai pembicaraannya dengan teman sekaligus dokter yang menangani Tyana itu, dia sedikit terlonjak dari lamunannya karena mendengar suara lirih Tyana lalu dia menoleh kearah Tyana  sepertinya Tyana sudah kembali stabil tadi dia ingin sekali mendekati Tyana tapi dia ragu Tyana akan kembali mengamuk mungkin dengan cara memberi ruang untuk Tyana mengelola sendiri pikiran serta tubuhnya saat kambuh adalah jalan terbaik karena selama ini itulah yang di pelajari Jevian dan ini sudah ketiga kalinya Tyana kambuh di hadapan Jevian.

Dengan tenang Jevian kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan normal tak ada kata yang terucap, hollow coves mengalun lembut dari audio mobil Jevian dan Tyana dengan tenang menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil memejamkan matanya, nafasnya teratur sepertinya dia sudah jatuh terlelap ke alam mimpi Jevian yang memperhatikan itu tersenyum tipis; Tyana sudah kembali tenang.

Apakah dia egois? Mungkin memang terlihat seperti itu tapi saat ini dia tetap pada keyakinannya untuk menikahi Tyana maka dengan ini dia bisa selalu dekat dengan Tyana dan memudahkannya untuk membantu Tyana dalam menangani traumanya, soal perasaannya kepada Tyana akan berbalas atau tidak dia tidak terlalu memikirkannya baginya dia sudah cukup senang Tyana bisa berada dalam jangkauannya mungkin ini juga terdengar berlebihan tapi itu benar adanya bahwa dia memang sudah jatuh begitu dalam pada perempuan yang sedang tertidur di sampingnya ini karena ketenangan dan rasa damai melingkupinya saat Tyana berada di dekatnya ; seperti rumah.


" Aku akan selalu berusaha menjagamu Tyana" ucapanya pelan.


.
.
.
.
.


TBC




Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang