Tiga Belas

46 8 3
                                    

.
.
.
.
.

"

udah, Saya mau pulang !"

Setelah mendengar permintaan Tyana, Jevian bangkit dari duduknya "baiklah, aku akan antar kamu pulang tapi sebelum itu bisakah kita pindah ke ruang tamu karena ada yang mau aku bicarakan"

Dengan melangkahkan kakinya Jevian berjalan menuju ruang tamu, dan Tyana hanya bisa menghela nafas pasrahnya setelah itu dia mengikuti langkah kaki Jevian menuju ruang tamu

Melihat Tyana yang sudah tenang di kursinya Jevian kembali mengeluarkan suaranya, saat ini posisi mereka saling berhadap-hadapan yang mana hanya di pisahkan oleh sebuah meja kaca yang ada diruang tamu tersebut

"Menikahlah denganku Tyana"

Seperti peluru yang tiba-tiba menyerang Lagi-lagi kalimat yang dibenci Tyana kembali mengganggu telinganya, sambil menatap manik Jevian dengan tajam Tyana menjawab ucapan Jevian

" Jangan bercanda dengan saya Jevian Farras Arganta!"

Dengan mengatupkan giginya serta dengan muka merahnya karena menahan emosi Tyana menjawab permintaan tersebut dengan amarah yang mungkin sebentar lagi akan meluap, baru saja dia merasa sedikit tenang dengan keberadaan laki-laki itu lagi-lagi dia membuat suasana diantara mereka kembali panas, bahkan Tyana tidak habis pikir apa sebenarnya yang ada di dalam otak Jevian saat ini

" Saya tidak bercanda Tyana Kalendra Adista"

Mendengar dan melihat keyakinan dari sorot mata yang saat ini menatap pada mata bulatnya Tyana mengalihkan pandangannya ke arah kaca jendela yang terletak di samping kanannya

"Saya tau keadaan kamu, tapi bisakah kamu mencoba untuk keluar dari ketakutan itu Tyana?"

Sesak lagi dan lagi menyerang dadanya dan itu sudah tidak bisa lagi dia tahan, setelah itu air mata keluar begitu saja dari mata bulatnya satu patah kata-pun tak ada yang mampu keluar dari bibirnya bahkan dia tak tau apa yang harus dia jawab saat ini

Hampir lima menit ruangan itu sunyi, Jevian tau dia sangat keterlaluan kepada Tyana sejak kepulangan mereka dari rumah Citra kemaren sebenarnya dia sangat gugup setengah mati apalagi dihadapkan dengan tatapan dingin serta kalimat ketus yang selalu keluar dari mulut Tyana tapi kegugupan itu berhasil dia tutupi dengan sikap santainya

Sejak hari mereka berpisah dirumah sakit, dia memang sudah bertekat dan menyiapkan diri untuk mengatakan niatnya kepada Tyana dan dia sama sekali tidak main-main dengan niatnya itu

"Kenapa kamu ingin menikah dengan saya? Apa karena kasihan? Saya tau saya sangat terlihat bodoh dan memalukan meminta hal itu kepadamu tempo hari tapi jangan pernah mengasihani saya apalagi kamu membawa-bawa gangguan yang saya alami"

Masih menatap gedung-gedung diluar sana Tyana melontarkan kalimat itu kepada Jevian tapi air mata nya masih saja mengalir dipipinya

Sebenarnya Jevian merasa sangat bersalah saat ini karena lagi-lagi dia membuat Tyana menangis, tapi dia tidak mau mundur dengan tekadnya karena niatnya ingin menjumpai Tyana kemaren itu adalah memang untuk membicarakan inj tapi karena kondisi Tyana tadi malam dia mengurungkan niatnya itu

"Aku tidak menganggap itu sebuah kebodohan" jawabnya

"Lalu apa Jevian? Apa kamu mau bermain-main dengan penyakit saya??"

Dengan mata basah dia menatap sengit ke arah Jevian

" Saya tau kamu seorang Dokter yang sangat hebat dan tentunya masih sangat muda, apalagi persaingan di dunia kedokteran saat ini sangat lah tinggi, apakah kamu bersekongkol dengan Dokter Fahreza? bisa jadikan kalian sedang merencanakan sesuatu kepada saya, menjadikan saya objek observasi tentunya dengan penyakit yang sedang saya derita dan setelah tujuan kalian berhasil maka setelah itu kalian akan menertawakan saya, jadi ini kan tujuan kamu mau menikahi saya"

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang