Sembilan Belas

33 8 1
                                    

.
.
.
.
.

Waktu sudah hampir menunjukan angka 08.00 WIB, tadi setelah melaksanakan Ibadah dan juga makan malam dengan keluarga kecil Citra serta Jevian, saat ini Tyana sudah bersiap-siap untuk pulang.

Setelah berpamitan dengan Citra dan Jonathan tentunya tetap mengabaikan kehadiran Jevian, Tyana bergegas melangkah ke arah mobilnya tapi belum sempat dia membuka lebar pintu kemudi tiba-tiba sebuah tangan menghentikan pergerakannya sehingga pintu yang sudah dibuka setengah tadi kembali tertutup rapat reflek Tyana membalikan tubuhnya.

"Tyana, bisa bicara sebentar"

Ya. Pelaku yang menghentikan pergerakan Tyana adalah Jevian.

Memejamkan matanya sejenak tatapan dingin kembali Tyana tujukan kepada sosok didepannya ini.

" Mau apa lagi kamu?"

Mendengar nada dingin dari Tyana, Jevian menghela nafasnya pasrah tadi sejak masih bersama Nathan dan Citra mereka memang seolah - olah menunjukan sikap yang biasa saja seperti tidak ada masalah walaupun diantara mereka tidak ada interaksi.

Bahkan Jevian tadi berpikir mungkin inilah saat yang tepat untuk berbicara dengan Tyana karena melihat cara Tyana yang masih bisa bercengkrama hangat dengan Nathan dan Citra walaupun tidak dengan dirinya tapi Jevian yakin dia bisa berbicara dengan Tyana apalagi melihat mood Tyana yang terbilang cukup bagus.

Tapi pemikiran itu sepertinya tidak berlaku lagi saat ini, ternyata Tyana memang masih susah untuk diajak berbicara apa Jevian salah mengambil langkah lagi kali ini ?

Lelah, itulah yang Jevian rasakan saat ini sorot mata yang begitu sendu wajah yang sangat berantakan dan Tyana sempat tertegun memandang wajah yang hanya terpaut setengah meter dari hadapannya saat ini dengan perlahan Jevian melangkahkan kakinya  kearah Tyana pelan namun pasti dia menumpukan kepalanya di pundak kecil Tyana.

Tyana hanya bisa terdiam membeku dengan perlakuan tiba-tiba Jevian, bahkan dia seolah terhipnotis dia tidak bisa bergerak kemanapun bagian belakang tubuhnya yang terhalang mobil dan bagian depan tubuhnya juga terhalang oleh tubuh Jevian yang mana saat ini sedang menumpukan kepalanya di bahu Tyana.

" Maaf Tyan" bisikan lirih keluar dari mulut Jevian yang mana hanya bisa didengar oleh telinga Tyana karena saking lirihnya

Setelah mendengar bisikan Maaf dari Jevian perasaan hangat tiba-tiba saja menelusup masuk ke rongga dada Tyana tatapan dingin tadi hilang digantikan dengan tatapan sendu dan menerawang jauh entah kemana tak lama setelah itu akhirnya Tyana kembali sadar dan ini tidak boleh terjadi dengan segera dia menyentuh lengan atas Jevian dan menyingkirkan kepala sang lawan jenis dari pundaknya

" Jev, sebaiknya kamu pulang dan istirahat"  ucapnya pelan bahkan sangat pelan tak ada lagi kalimat berhawa dingin. Bingung, bimbang, ragu entahlah saat ini Tyana terlihat seperti kehilangan keyakinan serta kepercayaan dirinya.

Setelah mengatakan itu dengan segera Tyana membuka pintu mobilnya dan demgan cepat melajukan mobilnya tanpa menghiraukan lagi posisi Jevian yang saat ini masih terpaku melihat kepergiannya.

" Ngak... ini ngak boleh lagi terjadi" tegasnya, Tyana kembali meyakini  dirinya sendiri helaan nafas naik turun sangat terdengar jelas dan tak lama sebuah bulir bening ikut jatuh membasahi pipi mulusnya entah apa yang dia rasakan saat ini.

.

Sang raja malam sudah tergantikan oleh pesona sang ratu siang, malam tadi gerimis sempat menguyur kota itu tapi tidak disangka-sangka pagi ini cuaca Ibukota tak menampakan raut duka sedikitpun; cerah dengan suhu udara yang terbilang sangat sejuk.

Setelah memarkirkan mobilnya dengan sempurna Tyana meninggalkan parkiran basemant dengan pijakan pasti menuju lift yang akan mengantarkanya ke lantai dimana  ruangannya berada, tapi belum sempat dia masuk kedalam pintu lift yang sudah terbuka sebuah suara menginterupsinya.

" Yan... tungguin gue" Citra terlihat sangat terburu-buru menyusul sang sahabat sebelum pintu itu tertutup karena dia tidak mau menunggu lift berikutnya.

Setelah mereka sama-sama masuk pada ruangan kecil berbentuk persegi itu pintu yang terbuka tadipun kembali tertutup dengan membawa dua karyawan ini ke lantai yang dituju.

Setelah nafasnya kembali teratur Citra kembali bersuara

" Ada yang lo sembunyiin dari gue"

Itu bukan pertanyaan tapi fix pernyataan, setelah mengatakan itu Citra melirik ke arah sahabatnya begitu juga dengan Tyana setelah mendengar perkataan sang sahabat dia tau mungkin sudah saatnya dia bercerita.

" Jam makan siang ya Cit"

Bagi sebagian orang jawaban yang  seharusnya Tyana berikan dari perkataan Citra tadi bukanlah itu, tapi bagi Citra itu sudah lebih dari cukup dan dia paham maksud dari ucapan Tyana.

Baiklah dia akan menunggu penjelasan dari Tyana, walau harus menunggu sampai jam istirahat kantor

.
.
.
.

TBC

Sun (Your My Medicine)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang