.
.
.
.
.
.Setelah nama Jevian terucap dari mulut Citra, hanya helaan nafas kasar yang menjadi respon dari Tyana.
" Gue ngak asal mempercayai orang Yan"
" Iya gue juga paham Cit makanya gue milih dia untuk rencana gue ini"
Jawaban Tyana sepertinya berbeda konteks dari apa yang di maksud Citra.
" Maksud gue bukan milih buat di jadiin pendonor Tyana sayang..."
Citra kembali melembutkan nada bicaranya pada sang sahabat yang saat ini terlihat begitu frustasi
" Maksud gue, Jevian itu termasuk laki-laki yang bertanggung jawab dan kita semua juga udah kenal lama sama dia, bahkan dia juga tau gimana keadaan lo dan paham cara menghadapi lo ini juga salah satu alasan yang membuat gue yakin sama dia -"
" Oke gini deh, mengingat apa yang lo bilang tadi bahwa lo sengaja milih dia buat jadi pendonor dan itu semua pasti karena lo percaya bahwa dia mempunyai bibit yang bagus untuk memperoleh keturunan dan secara tidak langsung lo mengakui dia laki-laki yang memenuhi semua aspek kriteria lo kan?"
Setelah mendengar ucapan panjang Citra, Tyana menyetujui dalam hati bahwa semua fakta itu benar adanya, bahwa alasan dia memilih Jevian adalah karena dia yakin bahwa Jevian adalah seseorang manusia yang memiliki kriteria yang dia sukai dan dia mau anaknya nanti juga mewarisi sifat yang baik itu pula dan selain dari pola asuh yang baik hal pendukung lainnya yaitu adalah mengalirnya Gen yang baik dan tentunya itu bisa didapat dari Gen yang terbaik pula oleh karena itu dia memilih Jevian.
"So.. apalagi yang lo tunggu Yan ? Ngak ada salahnya lo memulai untuk menerima Jevian"Cukup lama terdiam Tyana menimbang apa yang akan dia ucapkannya dan setelah itu dia menoleh pada sang sahabatnya itu.
" Iya.. Gue tau bahkan semua yang lo bilang tadi benar bahwa Jevian adalah laki-laki yang memenuhi semua kriteria untuk menjadi seorang suami tapi, gue.... gue belum siap Cit"
Tyana memelankan suaranya seolah ragu mengatakan hal selanjutnya
" Belum siap?" Ucap Citra.
Tyna menganggukan kepalanya merespon pertanyaan Citra
" Iya, gue belum siap buat nikah"
Setelah mengatakan itu kepala Tyana menunduk ke bawah dia takut Citra akan meledak lagi
Sebenarnya Citra paham, bahkan sangat paham mengenai ketidaksiapan yang di maksud Tyana tadi dia marah bukan karena Tyana yang belum bisa lepas dari traumanya tapi dia marah karena rencana Tyana yang ingin mencari pendonor sperma dan lebih memilih menjadi seorang Ibu tunggal yang tidak akan pernah menikah oleh karena itu tadi emosinya tersulut lalu dengan pelan dia mengusap punggung Tyana
" Sampai kapan Yan?" Ucapnya lembut
Hanya sebuah gelengan pasrah yang bisa Tyana beri sebagai respon dari pertanyaan Citra
Semilir angin lagi-lagi berhembus tipis mengenai wajah mereka dan hembusan nafas kasar juga keluar dari mulut Citra.
" Gue belum siap menerima orang lain lagi masuk ke hidup gue Cit, seperti yang lo tau dulu gue pernah siap se siap-siapnya untuk menerima orang lain di hidup gue tapi lo tau sendiri endingnya gimana, bahkan membuat gue akhirnya begini, seperti yang udah gue jelasin tadi bahwa gue mungkin lebih nyaman untuk ngejalanin hidup seorang diri jauh dari kalian semua karena gue udah ngak tahan dengan semua desakan Bunda agar gue segera menikah bahkan gue juga muak dengan omongan orang dan keluarga besar gue mengenai tuntutan bahwa usia gue udah seharusnya menikah dan yang bikin gue marah adalah mereka semua ngak ngerti apa-apa gimana ketakutan yang gue rasakan Cit-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sun (Your My Medicine)
Romance"Dan. Opsi yang terakhir, aku akan tetap memberikan sperma ku kepadamu, tapi aku tidak akan menjamin hidupmu akan aman dari jangkauan keluargamu walaupun kamu melarikan diri ke Kutub Utara sekalipun." ------------------------------ "Ada kenyataan yg...