"Saya terima nikah dan kawinnya Lilyana Chaliana Jelita binti Suherman dengan mas kawin tersebut tunai!" ucap Jevan di depan orang tua Lia sebagai wali gadis itu dan di depan seorang penghulu yang menikahkan dia dengan Lia.
"Bagaimana para saksi, sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah!"
Suara doa mengiringi saksi pernikahan Lia dan Jevan saat itu. Jevan menoleh ke arah Lia yang tengah menangis. Mungkin terharu bisa menjadi istrinya dan mungkin juga sedih menangisi nasibnya. Entah Jevan tak perduli, yang jelas dia sah menikahi gadis itu secara agama dan hukum. Sesuai permintaan mamanya yang ingin seorang cucu dari darah dagingnya.
"Asal kamu mau melahirkan anak saya!"
Wajah Lia menegang, ia tak menyangka bawa Jevan akan mengatakan hal itu padanya. "Bapak, saya memang orang miskin. Tapi saya masih punya harga diri!"
"Jangan berpikir aneh-aneh, saya tidak ingin meniduri kamu!" ucap Jevan yang sadar gadis itu salah menangkap maksud dia.
"Lantas apa maksud bapak?"
"Kamu harus menikah dengan saya, menjadi istri kedua saya sampai kamu melahirkan anak saya. Tapi dengan syarat dan ketentuan di atas materai tentunya!"
Lia tertegun. Istri kedua katanya. Jadi dia harus mau menikah dengan Jevan sebagai istri kedua lelaki itu. Lia ingin menolak tawaran itu, ia tak bisa membayangkan bahwa di usia mudanya dia sudah harus merasakan di madu. Lagi pula dia juga tak sampai hati menyakiti perasaan istri pertama Jevan.
"Itu terserah kamu. Jika kamu mau orang tua kamu hidup dengan layak dan mendapat pengobatan yang layak, kamu bisa menerima tawaran saya. Tapi jika tidak, itu juga tak masalah dengan saya. Tapi kamu harus menanggung semua masalah yang sudah kamu perbuat!"
Lia menoleh ke arah sang ibu yang menangis menatap bapaknya yang saat ini sudah di tangani oleh dokter. Biasanya Lia harus memohon dulu agar bapaknya ditangani, tapi kali ini tidak. Miris memang. Dia memang sadar, uang akan dengan mudah menjalankan semuanya.
"Gimana?"
Lia menatap ke arah Jevan bimbang. Namun gadis itu akhirnya mengangguk setuju. Tak ada pilihan lain, dia tak memiliki uang untuk membayar semuanya. Tidak apa, demi mengabdi pada kedua orang tuanya, dia rela walau harus jadi istri kedua. Untungnya Jevan memang berniat menikahinya secara sah menurut agama dan hukum. Jadi dia tak perlu khawatir.
Di sini lah Lia sekarang, di dalam sebuah ruangan kerja di rumah mewah yang ada di desanya. Ruangan kerja Jevan. Lelaki itu sedang mengetik sesuatu. Setelah mencetaknya ia baru memberikannya pada Lia, lengkap dengan materai di atasnya.
Lia membaca surat perjanjian kontrak nikahnya dengan Jevan. Di sana di tulis jika Lia hanya perlu menuruti semua perintah Jevan, melahirkan anak Jevan, dan tidak ikut campur dengan segala sesuatu yang lainnya. Dia juga harus siap jika sewaktu-waktu Jevan akan menggugat cerai dia.
"Tanda tangani ini!"
Lia menghela napas pelan. Dia memejamkan mata sejenak. Mencoba memberi pengertian pada dirinya bahwa keputusannya benar. Tidak apa, ini semua demi kedua orang tuanya. Jika orang tuanya bahagia, maka dia akan bahagia juga.
Setelah yakin, Lia segera menggoreskan tinta hitam untuk menandai dia setuju dengan ketentuan itu. Jevan tersenyum puas. Lelaki itu juga sudah melakukan hal yang sama, yaitu menandatangani perjanjian pernikahan di atas materai tentang kewajiban apa yang harus dia lakukan pada Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...