"Kenapa wanita itu ke sini?"
"Juan sakit, Karin!"
"Jefrin juga sakit, Van. Kamu tau itu. Tapi kamu mementingkan dia dari pada anak mu!" Jevan memejamkan mata sejenak.
"Aku malas berdebat!"
"Aku juga tidak mengajak untuk berdebat. Kamu sendiri yang berjanji pada ku Jevan. Kamu sendiri...."
"Aku tau, maaf. Sudah ya, lebih baik pikiran kan saja keadaan Jefrin sekarang. Aku tadi mendapat telefon dari dokter. Kamu kemana saja?" Karin terdiam. Ia mengatur suaranya, wanita itu tampak gugup hanya saja Jevan tak terlalu memikirkannya.
"Apa kata dokter?" tanya wanita itu.
"Jefrin membutuhkan donor darah, aku akan mengajukan diri nanti!"
"Jangan!" cegat Karin tiba-tiba. Jevan mengerutkan keningnya.
"Apa maksud mu dengan jangan?" tanya Jevan heran.
"Aku akan mencari donor darah tanpa melibatkan mu. Percaya pada ku semua akan baik-baik saja!" ucap Karin meyakinkan.
"Kau yakin?" Karin mengangguk. "Aku akan melihat kondisi Jefrin!"
Jevan terdiam sejenak. Namun lelaki itu tak ambil pusing. Dia tak ingin mengambil resiko lagi. Ia memutuskan untuk pergi mengurus sesuatu. Ia tampak menghubungi seseorang sebelum akhirnya pergi menemui dokter yang merawat Jefrin.
Di sebuah rumah makan, Lia terduduk sambil menunduk di hadapan pria paruh baya yang hampir seusia bapaknya. Pakaian pria itu tampak rapih. Dia adalah Doni ayah dari mantan suaminya, Jevan.
"Bagaimana kabar mu, nak?" Lia masih menunduk. Sebenarnya lelaki paruh baya itu tak mengintimidasinya, namun wanita itu hanya merasa tak nyaman karena sebelumnya ia pergi tanpa pamit.
"Baik, bapak sendiri apakah sehat?" sahut Lia dengan imbuhan pertanyaan balik.
"Alhamdulillah. Kau juga terlihat lebih baik setelah meninggalkan rumah. Apakah semuanya lebih baik?" Lia mengangguk kecil.
"Bapak ikut senang, selama ini kamu pasti tertekan tinggal di rumah bapak!" Lia menggeleng sebelum akhirnya mengangkat wajahnya.
"Lia bahagia tinggal di rumah bapak, hanya saja tugas Lia sudah selesai!"
"Tugas?" Lia terkesiap atas kesalahannya sendiri.
"Tugas apa maksudmu?" Lia menunduk takut, karena selama ini keluarga Jevan memang tak tau perihal perjanjian pernikahannya dengan Jevan.
"Saya tidak akan marah atas apa yang sudah terjadi. Kamu hanya perlu jujur Lia!"
"Saya dan mas Jevan menikah hanya untuk memberikan mas Jevan keturunan, dan juga untuk kesembuhan bapak saya yang saat itu sakit-sakitan!" Doni terdiam, rahangnya mengeras dengan tangan yang mengepal. Namun lelaki paruh baya itu berusaha menahan emosinya di hadapan Lia.
"Kalian melakukan perjanjian pra nikah?" Lia mengangguk membenarkan. Sesungguhnya Lia tak pernah ingin ada perjanjian itu. Lia juga tak menyesal menikah dengan Jevan dan bertemu dengan keluarganya yang begitu baik padanya.
"Saya sudah menganggap mu sebagai anak ku sendiri. Saya tidak menyangka kalian memilih jalan seperti ini. Meski pernikahan kalian dilakukan secara diam-diam, dan itu memang salah Jevan!"
"Lia tidak apa, pak. Lia senang bisa menjadi bagian dari kalian meski tak bertahan lama."
"Hal ini pasti juga karena tekanan dari istri saya, saya minta maaf Lia. Anak semuda kamu harus menanggung semuanya. Harusnya kamu bisa belajar sama seperti Rianti."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...