Haris sedang mengekor di belakang seorang wanita berhijab yang entah bagaimana akhir-akhir ini sering sekali bersama dirinya. Dia berjalan mengamati etalase yang memajang banyak sekali bahan makanan yang akan ia gunakan untuk membuat kue atau masakan. Wanita itu tampak begitu fokus dengan bahan-bahan itu. Haris tak paham, jadi dia memilih pergi ke etalase lain yang jelas bermanfaat untuknya.
"Li, gue ke sana dulu. Beli rokok!" ujarnya. Lia hanya menoleh dan mengangguk.
Iya, Haris sama dengan Jevan. Keduanya perokok. Hanya saja tidak terlalu ketergantungan. Mereka hanya akan menyalakan barang tersebut jika memang merasa suntuk. Katanya untuk menghilangkan penat. Hal yang jelas di luar nalar Lia. Jika memang suntuk kenapa tidak pergi jalan-jalan saja. Kenapa harus merokok—begitu pikirnya.
Lia mengambil bahan-bahan yang ia perlukan. Mengamati dengan seksama sebelum memasukkannya ke dalam troli. Ia menoleh saat Haris berjalan menjauh. Wanita itu membiarkannya lalu kembali menikmati suasana belanja bahan bahan makanan yang paling ia sukai.
"Apa aku buat puding coklat aja ya!" monolognya saat mengambil salah satu bahan untuk pembuatan puding.
"Yang ini atau yang ini? Tapi enak yang ini deh kayaknya!" ujarnya pada diri sendiri lalu meletakkan bahan kue puding dengan merek berbeda.
"Ah ambil dua-duanya aja!" ucapnya final lalu memasukkan bahan itu pada troli yang sudah mulai terisi penuh.
Jauh dari tempat Lia berada, Haris yang kebetulan sedang membeli rokok itu di tegur oleh seseorang. Lelaki itu menoleh. Mendapati seorang wanita cantik yang beberapa bulan ini sudah jarang ia temui. Tak jauh dari dirinya, berdiri seorang baby sister yang sedang menggendong seorang bayi. Haris hanya melirik sekilas sebelum membalas sapaannya.
"Oh Karin!" sahutnya. Sedikit terkejut. Ia menoleh ke arah belakang. Memastikan bahwa Lia belum datang.
"Apa kabar?" sapa wanita itu lengkap dengan senyumannya. Ia melirik sekitar, seakan mengamati sesuatu.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Karin tiba-tiba. Agaknya asing baginya melihat Haris pergi ke supermarket seperti ini.
"Hm... Hahaha belanja lah, memangnya ngapain lagi kalo ke supermarket!" tawa Haris hambar. Sejujurnya dia lebih khawatir jika orang yang ada dalam pikirannya tiba-tiba datang.
"Bener juga sih. Tapi....." Karin menjeda sejenak.
"Tanpa barang apapun? Cuma beli rokok?" Haris menggigit bibir bawahnya bingung.
"Gue....."
"Mas Haris!"
Haris menoleh. Mendapati seorang wanita lainnya mendorong troli dan berjalan ke arahnya. Wanita itu juga mengamati seseorang yang sedang diajak bicara oleh lelaki itu. Otak Haris mendadak tidak berfungsi. Ia bingung harus berbuat apa.
"Loh kamu sama seseorang?" tanya Karin lagi sambil mencoba melihat sosok yang memanggil Haris di balik tubuh tegap lelaki itu.
Tubuhnya menegang mengetahui siapa yang memanggil Haris barusan. Dia menatap tajam ke arah lelaki itu, sedangkan Lia belum sadar jika ada Karin di sana. Wanita itu masih tersenyum ke arah Haris dan berjalan mendekat.
"Mas, aku mau ke bagian....."
"Lo!"
Karin menarik Haris agar tak menghalanginya. Membuat Lia bisa melihat keberadaan Karin di sana. Wanita itu sama terkejutnya dengan Karin dan juga Haris. Ekor matanya sekilas melirik baby sister yang menggendong seorang bayi. Karin yang paham dengan kondisi itu maju mendekat ke arah Lia.
"Mbak Karin?"
"Ngapain lo di sini?" tanya Karin dengan suara yang tertahan.
"Saya hanya....."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING AGREEMENT
FanfictionLiana adalah gadis desa yang hidup sederhana dengan kedua orang tuanya. Hingga suatu saat dia mengenal Jevano Laksha Rajendra yang kemudian dalam waktu singkat berubah status sebagai suaminya. Namun pernikahan ini bukan pernikahan indah sebagaimana...